Pemuda Yatim Dan Miskin Mendapatkan Anak Ulama
Saya adalah seorang yang selalu
duduk bermajelis di Mesjid Nabawi untuk menuntut ilmu dan saya selalu duduk
dalam halaqohnya Said ibnu Musayyib, suatu waktu saya tidak hadir dalam majelis
dalam beberapa hari lamanya, sehingga Said bin Musayyib merasa kehilangan
diriku, beliau khawatir kalau saya sakit atau sedang ditimpa sesuatu, beliau
pun bertanya kepada orang-orang namun tidak ada seorang pun yang mengetahui
tentang beritaku. Setelah beberapa hari saya pun kembali hadir dalam
majelisnya, diakhir pelajaran, beliau menyapa saya dan mendoakan saya lalu
beliau menanyakan : “Kemana saja kamu wahai Abu Wada’ah?”
Saya katakan: ’’Sesungguhnya istri saya meninggal
dunia maka saya sibuk untuk mengurusinya’’
Ia menjawab: ’’Mengapa engkau tidak memberitahu
kami sehingga kami dapat membantumu?”
Saya katakan: ’’Tidak, semoga Alloh membalas
kebaikanmu.’
Maka ketika saya akan beranjak dari
tempat duduk, beliau tetap memerintahkan saya untuk duduk ditempat, setelah
semuanya beranjak dari tempat duduknya, beliaupun mendekati saya seraya
mengatkan:
“Wahai Abu Wadaah, apakah belum terpikir olehmu untuk
mencari istri baru?”
Saya menjawab: “Semoga Alloh merahmatimu, siapa
orang yang mau menikahkan putrinya denganku, saya adalah seorang pemuda yatim
lagi miskin, saya tidak memiliki harta kecuali hanya 2 atau 3 dirham saja. “
Lalu beliau berkata kepadaku: “Aku yang akan
menikahkan putriku denganmu.”
Maka saya pun terperanjat, seakan-akan mulut saya
tidak dapat berbicara. Saya berkata:
“Anda….? Apakah anda akan menikahkan putri anda
denganku padahal engkau telah mengetahui keadaan saya ?”
Beliau menjawab: ”Ya, kami apabila melihat seorang
itu baik agamanya dan akhlaknya maka kami akan menikahkannya, dan engkau
menurut kami adalah orang yang baik agama dan akhlaknya.”
Lalu beliau memanggil beberapa orang
yang tidak jauh darinya, setelah mereka datang, lalu beliau memuji Alloh dan
bersalawat kepada Nabi-Nya lalu menikahkan saya dengan putrinya dengan mahar
uang dua dirham, setelah akad selesai maka saya pun bangkit, saya seperti orang
bingung, saya tak dapat mengucapkan kata-kata karena saking gembiranya. Lalu
saya pun pulang kerumah, dan tatkala itu saya masih berpuasa hingga saya merasa
lupa dengan puasa saya.
Saya terus berkata: “Celaka engkau wahai Abu
Wada’ah, apa yang baru saja engkau lakukan…dari mana engkau akan mendapatkan
uang… kepada siapa engkau akan berutang….?
Hingga tibalah waktu berbuka.
Selepas mengerjakan sholat magrib saya segera menuju meja makan yang hanya
terhidang roti dan minyak, baru saja saya memulai satu atau dua kali suapan,
tiba-tiba terdengar ada orang yang mengetuk pintu rumahku,
Saya pun bertanya: ”Siapa?”
Lalu dijawab: “Said”
Saya pun terkejut karena telah saya
teliti tidak ada seorangpun yang bernama Said yang saya kenal kecuali hanya
Said bin Musayyib, hal ini tidak seperti biasanya, karena selama 40 tahun
tidaklah beliau terlihat kecuali hanya berada antara rumah atau mesjid saja.
Hingga saya berpikir panjang berangkali beliau berkeinginan untuk membatalkan
akad pernikahan yang tadi siang telah beliau ucapkan, lalu saya katakan:
“Wahai Abu Muhammad, mengapa anda tidak mengutus orang
saja untuk memberi tahu agar saya yang mendatangi anda?”
Beliau menjawab: “Tidak, bahkan hari ini engkau
lebik berhak untuk aku datangi.
Saya katakan: “Kalau begitu silahkan masuk!”
Beliau menjawab: “Tidak, aku hanya ingin
menyampaikan suatu perkara.”
Saya katakan: “Semoga Alloh merahmatimu, perkara
apa itu?”
Beliau menjawab: “Sesungguhnya putriku sekarang
telah sah menjadi istrimu dengan syariat Alloh dan akupun tahu tidak ada seorang
pun yang dapat menghibur kesedihanmu, dan aku tidak ingin engkau bermalam
sendirian sedang istrimu pun bermalam sendirian, maka aku mengantarkannya
untukmu, ”
Lalu aku menoleh, ternyata ia telah
berdiri dibelakang beliau, lalu beliau memerintahkan kepada putrinya:
“Wahai putriku sekarang masuklah engkau ke rumah
suamimu!”
Maka tatkala dia hendak melangkah
seakan-akan kain bajunya mengikat kakinya, karena rasa malu , hingga
hampir-hampir saja ia terjatuh, sedang saya….saya hanya berdiri tercengang tidak
tahu apa yang akan saya katakan, lalu saya langsung mendahului masuk dan
menghampiri meja makan lalu saya pindahkan ke tempat yang gelap agar istri baru
saya tidak melihatnya. Kemudian dengan penuh kegembiraan saya naik ke atas
loteng saya seraya memanggil para tetangga,
“Kemarilah….kemarilah! Sesungguhnya Said telah
menikahkanku dengan putrinya di masjid dan sekarang dia telah datang kerumahku
maka kemarilah dan temanilah ia, karena aku akan menjemput ibuku didesa
sebelah”
Maka datanglah seorang nenek keheranan
“Celaka engkau apa yang telah engkau ucapkan, apakah Said telah menikahkan
putrinya denganmu lalu memboyongnya datang ke rumahmu….padahal kemarin ia
menolak pinangannya Al Walid bin Abdul Malik!”
Aku menjawab: “Benar kemarilah dan lihatlah sekarang
dia berada di dalam rumahku”
Maka beberapa tetanggaku pun datang
seakan-akan tidak percaya, kemudian mereka mendoakanku dan mengajak bicara
istriku. Tidak seberapa lama datanglah ibu saya, tatkala ia melihat istri saya
yang sangat cantik maka ia memandangi saya seraya berkata:
“Aku tidak akan berbicara denganmu sebelum aku membawa
istrimu pulang dan tinggal bersamaku beberapa hari setelah itu baru akan aku
serahkan kepadamu”’
Saya katakan: “Silahkan apa yang ibu kehendaki ?”
Maka setelah berlalu tiga hari, ibu
saya pun datang menyerahkan istri saya, ternyata dia adalah seorang wanita yang
paling cantik dikota madinah,paling menjaga kitabulloh,paling banyak
merwayatkan hadit-hadit Rasululloh dan wanita yang paling banyak mengerti
hak-hak suami. Lalu saya pun tinggal bersamanya beberapa hari, lalu saya pun
datang kembali menghadiri majlis bapaknya ( Said bin Musayyib), saya ucapkan
salam dan beliau pun menjawabnya dan beliau tidak berbicara setelah itu,
tatkala pelajaran telah selesai dan semua manusia telah beranjak pergi kecuali
saya dan beliau. Lalu beliau bertanya:
“Bagaimana keadaaan istrimu wahai Abu Wada’ah?”
Saya menjawab: “Sungguh ia adalah sebaik-baik orang
yang dicintai oleh teman dan dibenci oleh musuh.”
Lalu beliau berkata: “Al hamdulillah.”
Dan tatkala saya kembali ke rumah,
tiba-tiba saya mendapati bahwa beliau telah menyiapkan harta yang sangat banyak
untuk mencukupi kebutuhan saya dan istri saya.
( Sumber H.R.Abu Nuaim dalam Hilyatul auliya)
Mutiara kisah :
1)
Mengenal seorang Ulama Tabi’in yang bernama Said bin musayyib
2)
Sifat ketawadhuan yang dimiliki oleh Said bin Musayyib
3)
Mengenal nama murid dari Said ibnul Musayyib yang bernama Katsir abu Wada’ah
4)
Alloh akan meninggikan derajat seorang penuntut ilmu
5)
Tanda kesholehan seorang hamba adalah pada agamanya bukan pada hartanya
6)
Kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya
7)
Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mencarikan pasangan yang sholeh untuk
anak-anaknya. Penulis : Al-Ustadz Abu Imron
Sanusi
Semoga Bermamfaat, Shukran
Jazakallah Khairan@
0 Response to "Pemuda Yatim Dan Miskin Mendapatkan Anak Ulama"
Post a Comment