'

Selamat Datang di Website Resmi Muhammad Akbar bin Zaid “Assalamu Alaikum Warahmtullahi Wabarakatu” Blog ini merupakan blog personal yg dibuat & dikembangkan oleh Muhammad Akbar bin Zaid, Deskripsinya adalah "Referensi Ilmu Agama, Inspirasi, Motivasi, Pendidikan, Moralitas & Karya" merupakan kesimpulan dari sekian banyak kategori yang ada di dalam blog ini. Bagi pengunjung yang ingin memberikan saran, coretan & kritikan bisa di torehkan pada area komentar atau lewat e-mail ini & bisa juga berteman lewat Facebook. Terimah Kasih Telah Berkunjung – وَالسٌلام عَلَيْكُم
 Realitas Pemuda Saat Ini: Bobroknya Moral Remaja Masa Kini

Realitas Pemuda Saat Ini: Bobroknya Moral Remaja Masa Kini



MASA remaja adalah masa transisi sekaligus masa kegemilangan. Dikatakan masa transisi karena masa ini adalah masa perpindahan dari usia kanak-kanak menuju usia remaja, usia yang menuntut kedewasaan. Di samping itu, pada masa remaja manusia bisa melakukan banyak hal yang produktif dalam hidupnya. Kekuatan fisik yang mendukung, juga semangat muda yang menggelora, menjadikan remaja sebagai tonggak peradaban manusia.
Melihat dan mencermati moral remaja kita masa kini sungguh sangat memprihatinkan sekaligus sangat disayangkan. Betapa tidak, remaja kita sekarang sudah banyak yang terlibat dalam tindak kriminal, mulai dari ngelem, pencurian, mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkotika, pergaulan bebas (yang mengarah kepada seks bebas), keluyuran tak tentu arah dan tujuan yang jelas (seperti anak-anak punk), dan lain sebagainya bahkan sampai ada remaja di Singkawang yang berani membunuh seperti yang diberitakan koran ini, Senin 1/5/2015. Na’udzubillahi min dzalik.
Beradab atau tidaknya suatu bangsa, dapat dilihat dari perilaku remajanya, terutama aspek moral alias akhlak atau budi pekerti. Moral adalah cerminan hidup bagi penegak bangsa dan remaja adalah harapan bangsa. Di pundaknyalah masa depan bangsa dipertaruhkan. Jika remajanya hancur, maka hancurlah bangsa.
Di zaman yang serba modern ini, remaja semakin lupa dengan apa yang seharusnya mereka kerjakan sebagai generasi penerus yaitu kewajiban belajar, patuh pada orangtua dan juga agama. Para remaja sekarang lebih mementingkan hura-hura (hedonis) dan memperturutkan hawa nafsu daripada menjalankan kewajiban. Hal inilah yang dikhawatirkan, moral bangsa akan terabaikan dan tidak sedikit orangtua yang lebih cenderung memenuhi kebutuhan fisik buah hatinya daripada kebutuhan ruhani mereka.
Para orangtua sering sibuk dengan profesi mereka masing-masing. Sementara anak dipercayakan pada orang yang kurang berwenang terhadap dirinya. Itulah yang menyebabkan anak hidup dengan jalan mereka sendiri, tanpa bimbingan dari orangtua. Mereka tidak menyadari yang mereka lakukan adalah awal dari hancurnya moral mereka, sedangkan orangtua mereka tidak mengetahui sama sekali. Jika kebanyakan orangtua seperti ini, maka nasib bangsa ini menjadi taruhannya. Dengan demikian peran serta orangtua dan lingkungan sangat penting dalam pengawasan pertumbuhan moral anak sebagai generasi penerus.
Faktor Merosotnya Moral Remaja
Ada beberapa faktor utama penyebab menurunnya akhlak remaja. Shirhi Athmainnah (2012) dalam artikelnya yang berjudul “Organisasi: Upaya Meredam Degradasi Moral Remaja”, menjelaskan faktor-faktor itu, yaitu:
Pertama, budaya baca sangat rendah. Remaja Indonesia lebih senang dan terlihat bergengsi ketika menggenggam HP/Smartphone/Tablet Pc dan sejenisnya daripada memegang buku atau sumber pengetahuan/bacaan lain.
Kedua, forum diskusi yang kian dihindari. Remaja Indonesia lebih senang bergosip mengenai selebritis daripada berdiskusi tentang perjuangan para pahlawan, sirah nabawiyah, ilmuwan dan sebagainya.
Ketiga, peran keluarga yang kurang dominan. Keluarga tidak bisa lepas dari tanggung jawab terhadap akhlak remajanya. Sehebat apapun remaja, pastilah ia berasal dari keluarga. Pola didik dan pola asuh dari orangtua pastilah sangat berefek pada mereka.
Keempat, jauhnya remaja dari agama. Agama bukan lagi jadi pegangan, tapi hanya mata pelajaran satu minggu sekali saja. Tidak akan merugi sama sekali jika meninggalkan shalat. Namun akan rugi jika satu hari tidak memegang HP.
Kelima, mengidolakan orang yang salah dan bermasalah. Sebut saja selebritis, yang jelas-jelas punya kepribadian buruk, tetap saja disanjung dan dipuja tiada henti. Rasulullah Saw. seakan tergeser ribuan kilometer. Teladan yang harusnya dicontoh oleh remaja muslim, seakan tergeletak pada kisah-kisah nabi dalam buku-buku Islam semata.
Tak dapat dipungkiri memang, perkembangan media massa dan teknologi begitu cepat sehingga sekat-sekat batas negara menjadi hampir tidak ada, karena kemajuan teknologi. Hanya dengan mengakses internet ataupun menonton media televisi, setiap orang dengan mudah mendapatkan informasi dari belahan dunia hanya dengan hitungan detik. Namun, kemajuan teknologi tersebut ibarat ‘pisau bermata dua’, bisa menguntungkan, bisa merugikan. Misalnya, sebagai dampak pengadopsian budaya luar yang berlebihan dan tak terkendali oleh sebagian remaja. Persepsi budaya luar ditelan mentah-mentah tanpa mengenal lebih jauh nilai-nilai budaya luar itu secara arif dan bertanggung jawab.
Seorang kolega/sahabat bercerita kepada penulis tentang bobroknya moral remaja kita masa kini, mereka lebih peduli dengan bunyi HP daripada suara azan yang berkumandang di masjid. Bunyi HP sekali, ia langsung dengar dan beranjak dari tempat duduknya untuk sesegera mungkin menghampiri HP itu. Namun suara seorang muazzin yang memanggil berkali-kali (5 waktu sehari-semalam) seakan tak didengarnya dan ia dengan santainya tetap sibuk dengan urusannya sendiri atau bahkan masih terlelap dalam tidurnya. Astaghfirullah!
Cerita di atas membuktikan, teknologi sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja sekarang. Walaupun peran orangtua sangat berpengaruh terhadap perilaku mereka, namun jika orangtua kurang memperhatikan tingkah polah anaknya, maka jangan salahkan keadaan jika anaknya kelak melakukan hal yang menyimpang. Lebih-lebih remaja yang lemah iman dan spiritualnya, yang berada dalam posisi kehidupan yang keras dalam masyarakatnya.
Upaya Pencegahan
Menurut hemat penulis, ada cara yang bisa dilakukan untuk mencegah bobroknya moral remaja dan hal ini penting diperhatikan, misalnya: (1) Kesadaran diri sendiri. Jika remaja diarahkan untuk memahami, sesungguhnya untuk apa dirinya diciptakan dan siapa sejatinya dirinya yang hina itu, maka diharapkan dia akan memanfaatkan waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang positif, sehingga ia tidak menyia-nyiakan waktunya dengan melakukan hal-hal yang dilarang agama. Kesadaran diri ini tentu saja  harus didorong oleh diri sendiri secara internal dan didorong oleh orang lain secara eksternal, terutama orangtua/keluarga.
(2) Kekuatan iman. Orang yang bisa mencegah hawa nafsunya untuk melakukan  maksiat, niscaya ia akan terhindar dari perbuatan amoral. Dalam konteks zaman yang semakin maju ini, keimanan menjadi barang berharga yang mahal harganya dan karenanya harus ditingkatkan. (3) Merasakan kehadiran Allah SWT. Mereka yang bertanggungjawab atas perbuatannya tentu akan merasakan kehadiran Allah SWT. di mana saja mereka berada. Setiap tindakan apapun yang dilakukan pasti akan merasa diawasi oleh Allah SWT. karena Dia Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Perasaan merasa diawasi atau dipantau oleh Allah SWT. inilah yang dalam istilah Nabi Muhammad Saw. disebut dengan ihsan, suatu keyakinan bahwa Allah SWT. senantiasa melihat gerak-gerik kita, sekecil apapun itu. Dengan perasaan ini, semestinya kita pada umumnya, harus merasa malu jika kita kedapatan sedang berada di tengah-tengah orang yang sedang berpesta kemaksiatan. Sebaliknya, seharusnya kita malu juga jika Allah SWT. memantau sekelompok orang yang sedang melakukan kebaikan, sementara kita tidak berada di dalamnya. Wallahu a’lam. ** 

Read More
PRINSIP PRINSIP LATIHAN

PRINSIP PRINSIP LATIHAN



A. Prinsip Beban Berlebih (Overload)
Pemberian beban terhadap tubuh, akan direspon oleh tubuh itu sendiri. Jawaban dari tubuh merupakan penyesuaian diri terhadap rangsangan yang diterimanya.

B. Prinsip Spesifikasi
Ketika latihan berkaitan dengan unsur biomotorik maka pelatih harus tahu betul sistim energi apa dan unsur-unsur fisik apa yg paling dibutuhkan (dominan untuk cabang olahraga yang dilatihnya. Apakah kapasitas aerobik, anaerobik (laktat atau alaktat), daya tahan, kekuatan, power, kelincahan, kecepatan, stamina atau yang lain.

C. Prinsip Pemulihan Asal (Reversibility)
Prinsip ini menggambarkan bahwa apabila tubuh kita diberikan waktu istirahat yang tertalu lama, maka kemampuan atau kesegaran tubuh yang sudah dimiliki melalui proses latihan sebelumnya, akan kembali ke tingkat semula, atau sama seperti ketika tidak melakukan latihan.

D. Prinsip Aktif dan Kesungguhan Atlet
Atlet dituntut aktif dan memiliki inisiatif sendiri dalam melakukan berbagai latihan yang sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga yang digelutinya dengan sungguh – sungguh agar latihan tersebut hasilnya maksimal.

E. Prinsip Kesadaran Atlet
Atlet dalam berlatih diharapkan memiliki kebutuhan dalam
melakukan latihan, bukan latihan tersebut dianggap sebagai keharusan. Karena dengan memiliki rasa kebutuhan atlet tidak terpaksa dalam melakukan latihan, apabila terpaksa maka hasil latihan tidak dapat mencapai hasil yang maksimal.

F. Prinsip Individual
Salah satu penyebab ketidak berhasilan seorang pelatih dalam mempersiapkan atlet atau timnya, dapat disebabkan oleh kurang pahamnya prinsip indivualisasi ini. Prestasi seseorang atau tim dapat dicapai secara optimal apabila setiap program latihan apapun yang diberikan mengacu pada asas individualisasi ini.
Beberapa ahli olahraga maupun kedokteran mengemukakan pendapat yang senada tentang individu sosok manusia. Mereka mengemukakan bahwa tidak ada satu orangpun yang sama persis baik keadaan fisiknya maupun psikisnya. Setiap orang akan memberikan respon yang tidak sama terhadap setiap rangsangan (fisik, teknik, taktik, mental) yang diterimanya.

G. Prinsip Multilateral
Prinsip perkembangan menyeluruh sebaiknya diterapkan pada atlit-atlit muda. Pada permulaan belajar mereka harus dilibatkan dalam beragam kegiatan agar memiliki dasar-dasar yang lebih kokoh untuk menunjang keterampilan spesialisasinya kelak.

H. Prinsip Spesialisasi
Setelah melakukan prinsip Multilateral, dilanjutkan dengan pengembangan khusus sesuai dengan cabang olahraga yang digelutinya, dan spesialisasi baru dimulai setelah disesuaikan dengan umur yang cocok untuk cabang olahraganya.

I. Prinsip Variasi
Pemberian variasi latihan mrupakan cara yang baik agar atlit dapat menikmati latihan dengan senang dan gembira supaya atlit tidak bosan.

J. Prinsip Model dalam Latihan
Model atau imitasi, atau tiruan merupakan suatu simulasi dari kenyataan yang dibuat dari elemen atau unsure spesifik dari fenomena yang dicari atau diamati serta mendekati keadaan sebenarnya.

K. Prinsip Penggunaan Sistem Latihan
Prinsip ini menuntut bahwa program latihan harus dibuat secara sistematis dan efisien. Dari mulai program jangka panjang sampai program latihan tiap unit, dan juga harus memperhatikan karakter individu atlet.

L. Prinsip Periodisasi
Prinsip ini menekankan dalam proses pemberian materi latihan harus secara bertahap, tidak bisa langsung latihan pada tahap pertandingan akan tetapi kita harus melewati tahap persiapan sebagai modal untuk tahap selanjutnya.

M. Prinsip Presentasion
Dalam prinsip ini proses latihan dilakukan dengan memberikan atlet untuk melihat video mengenai gerakan – gerakan teknik yang benar. Sehingga atlet dapat merekam gerakan yang benar tersebut di benaknya dan berusaha untuk melakukan gerakan yang serupa. 

N. Prinsip Intensitas Latihan
Prinsip fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin terjadi apabila atlet dilatih melalui suatu program latihan yang intensif, dimana pelatih secara progresif menambahkan beban kerja, repetisi, serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. Intensitas latihan dapat diukur dengan menghitung denyut nadi maksimal (DNM).

P. Prinsip Kualitas Latihan
Berlatih secara intensif belum cukup apabila tidak bermutu / berkualitas. Oleh karena itu suatu latihan harus berkualitas agar mendapat hasil yang maksimal tanpa mengeluarkan banyak tenaga dan waktu, karena latihan singkat dan berkualitas lebih baik daripada latihan lama yang tak bermutu.

Q. Prinsip Berfikir Positif
Prinsip penanaman berpikir positif akan berdampak baik pada perilakunya karena akan merasa lebih kuat, melatih atlet selalu berpikir optimis dan positif, mengubah sikap bawah sadar yang negatif menjadi positif.

R. Prinsip Penetapan Sasaran
Menetapkan sasaran latihan bagi atlit sangat penting, karena atlit tidak berlatih dengan sungguh-sungguh atau kurang motivasi jika tidak ada tujuan / sasaran yang jelas untuk berlatih.

S. Prinsip Beban Progresif
Peningkatan beban latihan yang dimulai dengan beban ringan, kemudian ditingkatkan secara bertahap sedikit demi sedikit sesuai kemampuan atlet yang bersangkutan, makin lama bebannya semakin berat.

T. Prinsip Perbaikan Kesalahan
Dalam memperbaiki kesalahan gerak yang dilakukan oleh atlet, pelatih harus mengetahui dimana dan apa penyebab kesalahan gerak yang dilakukan oleh atletnya.
Hubungan Prinsip – Prinsip Latihan dengan Psikologi Belajar
Dalam proses latihan, pelatih mempelajari masalah atlet, baik mental, fisik, teknik, dan taknik. Dengan demikian terjadi interaksi antara pelatih dan atlet. Interaksi tersebut berupa proses belajar yang menuntut hal – hal pokok seperti membawa perubahan yaitu dari yang tidak tau menjadi tau dan yang belum trampil menjadi trampil, adanya kecakapan baru yaitu atlet yang sebelumnya hanya memiliki teknik yang bisa dikatakan masih kurang diharapkan dapat meningkatkan dan memperkaya tekniknya, dan hal pokok yang terakhir yaitu adanya usaha. Tanpa adanya usaha, perubahan dan kecakapan baru tidak mungkin akan tercapai.
Demikian pula dalam penerapan prinsip – prinsip latihan yang dilakukan oleh seorang pelatih kepada atletnya. Dengan menggunakan hal – hal pokok dalam belajar tersebut, penerapan prinsip – prinsip latihan diharapkan mampu membawa perubahan bagi atlet, dan atlet juga memiliki kecapakan baru serta atlet memiliki usaha yang keras guna mencapai perubahan dan kecakapan baru tersebut.
Syukran Jazakumullahu Khairan@
Read More