Keutamaan Surah Al-Ashar
Pada kehidupan dunia yang fana ini, tidak ada seorangpun
yang menginginkan dirinya merugi. Akan tetapi, kebanyakan manusia lalai dari
hal-hal yang dapat mengantarkannya menuju keberuntungan dan menjauhkannya dari
kerugian, serta memberikan kebahagiaan yang hakiki dan menghilangkan kesedihan
dalam mengarungi kehidupan yang penuh ujian dan cobaan. Allah telah
menggambarkan kerugian yang akan dialami bani Adam kecuali bagi mereka yang
bersungguh-sungguh menggapai, mengamalkan, dan mempertahankan hal-hal tersebut
agar terus menyelimuti serta menyifati dirinya sampai ajal menjemputnya.
Sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya),
“Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. al-Ashr
[103]: 1-3)
Demi masa sesungguhnya semua manusia dalam keadaan merugi
baik orang miskin maupun kaya, orang punya pangkat maupun tidak, orang tua
maupun muda. Semuanya dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang mempunyai
kriteria sebagai berikut:
Pertama: orang-orang yang beriman
Syaikh Abu Bakar al-Jazairi dalam tafsirnya berkata:
“Orang-orang yang beriman dikecualikan Allah dari kerugian. Mereka menjadi
orang-orang yang beruntung dan tidak tergolong orang-orang yang merugi. Yang
dimaksud beriman di sini adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta
beriman kepada apa yang didatangkan kepada Rasulullah berupa petunjuk dan agama
yang haq (Islam). Dan perlu diperhatikan bahwa iman kepada Allah tidak hanya
sekedar ucapan semata, angan-angan yang terlintas semata, atau apa yang
terbetik dalam hati seseorang, akan tetapi yang dimaksud dengan iman adalah
pengakuan dengan dalam hati, mengucapkannya dengan lisan, dan mengamalkannya
dengan anggota badan.
Syaikh Utsaimin dalam kitab Majmu’ Fatawa berkata:
“Iman menurut Ahlus Sunnah adalah pengakuan dalam hati, mengucapkannya dengan
lisan, dan mengamalkannya dengan anggota badan. Makaorang yang beriman kepada
Allah apabila meyakini dalam hatinya hal-hal yang berkaitan dengan Allah,
kemudian mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan dari
tuntutan-tuntunan bagi hamba yang mengaku dan mengucapkan iman tersebut. Dan
perlu kita perhatikan bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Al-Hafidz Abu Bakr Al-Ismaily dalam kitabnya I’tiqad
Aimati Ahlil Hadits mengatakan: “Iman itu bertambah dengan melakukan
ketaatan dan berkurang dengan melakukan kemaksiatan. Barangsiapa yang melakukan
ketaatan niscaya akan bertambah imannya. Semoga kita menjadi orang yang beriman
kepada Allah dengan iman yang benar yang berlandaskan pada ilmu yang haq,
berpijak dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah sesuai dengan pemahaman Salaful
Ummah. Semoga Allah senantiasa memudahkan kita untuk menambah iman kita
dengan melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada-Nya.”
Kedua: orang-orang yang beramal
shalih
Beliau Syaikh Abu Bakr Jabir al-Jazairi dalam Tafsirnya
mengatakan: “Adapun yang dimaksud dengan amalan shalih adalah amalan-amalan
shalih yang wajib dan yang sunnah.” Akan tetapi perlu kita perhatikan bahwa,
amalan yang kita amalkan belum tentu diterima Allah Karena amalan baik yang
kita amalkan akan menjadi amalan yang shalih yang diterima Allah kalau memenuhi
syarat-syarat diterimanya amal, Maka sebagaimana yang dikatakan
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu bahwa syarat diterimanya amal di sisi
Allah ada tiga:
- Beriman kepada Allah dan mengesakan-Nya Alhamdulillah Allah telah memberikan nikmat yang agung dengan menjadikan kita orang Islam dan beriman kepada Allah sehingga terpenuhi syarat yang pertama dari diterimanya suatu amalan. Adapun orang-orang non Islam seperti orang Yahudi, Nasrani dan Majusi walaupun mereka berbuat kebaikan akan tetapi tidak akan diterima amalan mereka di sisi Allah.
- Ikhlas
sebagaimana firman Allah (yang artinya) : “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya” (QS. az- Zumar [39]: 22)
- Sesuai dengan yang di datangkan Rasulullah, sebagaimana firman Allah (yang artinya) : “… apa saja yang diberikan Rasul kepadamu, maka ; terimalah, dan apa yarvg dilarangnya bagirnu, maka tihggalkanlah. dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya” (QS. al-Hasyr [56]:7)
Oleh
karena itu, hendaknya kita senantiasa berusaha menghadirkan niat yang ikhlas
dan mengharap wajah Allah dan mengikuti amalan Rasulullah agar amalan kita di
terima di sisi Allah, Walaupun kadang hati ini terasa berat untuk bisa
mengamalkan amalan yang sholih agar diterima Allah dengan memenuhi tiga syarat
yang termaktub.
Akan tetapi bila kita laksanakan dengan terus-menerus dan
bersabar, insya’ Allah hal yang berat akan menjadi ringan. Dan
sesungguhnya dalam melakukan ketaatan kepada Allah terdapat kelezatan dan
kesenangan yang tidak dapat diketahui seorangpun melainkan orang yang
mempraktekkan dan mengamalkannya. Hanya kepada Allah kita memohon agar
dimudahkan dalam melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada Allah dan mendapatkan
kelezatan serta kebahagiaan di dalamnya.
Ketiga: saling menasehati supaya mentaati
kebenaran
Syaikh Abu Bakar Jabir al Jazairi berkata: “Maksudnya adalah
dengan meyakini suatu kebenaran, mendakwahkannya dan mengamalkannya. Dan yang
demikian itu bisa terwujud dengan mengikuti al-Qur’an dan hadits Rasulullah,
(dengan pemahaman yang dipahami generasi salafus shalih, pent).”
Menasehati orang lain merupakan ibadah yang banyak
keutamaannya: Akan tetapi hal ini sangat membutuhkan keikhlasan ilmu,
kelemah-lembutan dan kesabaran. Karena berdakwah denganmenunjukkan jalan
keselamatan dan kebenaran penuh rintangan. Walaupun demikian, tidak akan terasa
sulit dan berat bagi orang yang berdakwah di jalan Allah sebagaimana dalam
firman-Nya (yang aritnya) :
“Siapakah
yang lebih. baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang sholih,
dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri” (QS.
Fushshilat: 33) .
Hasan al-Bashri telah membaca ayat yang mulia tersebut, yang
artinya (Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah) kemudian beliau mengatakan bahwa seorang da’i itu adalah
kekasih Allah, wali Allah, manusia pilihan Allah dan penduduk bumi yang paling
dicintai Allah. Kemudian Rasulullah juga mengabarkan tentang keutamaan orang
yang berdakwah dengan menunjukkan kebenaran, beliau bersabda yang artinya: “Barangsiapa
yang menunjukkan suatu kebaikan maka baginya (pahala) sebagaimana orang yang
melakukannya” (HR. Muslim).
Dan orang yang mengorbankan dirinya untuk berdakwah dengan
ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti metode Rasulullah dalam berdakwah)
merupakan orang-orang yang bersungguh-sungguh mengikuti jejak Rasulullah karena
beliau sangat gigih mendakwahkan agama yang haq ini, sebagaimana firman Allah
(yang artinya) :
“Katakanlah:
“Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang–orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada Allah. dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk
orang-orang yang musyrik”” (QS.
Yusuf[12]: 108).
Keempat: saling menasehati untuk
menetapi kesabaran
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, dalamTafsirnya mengatakan:
“Maksudnya saling menasehati sebagian mereka sebagian yang lain, dengan
kebenaran: Supaya kebenaran itu diyakini (dengan hati), disampaikan (dengan
lisan), dan diamalkan (dengan anggota badan) serta saling menasehati untuk
menetapi kesabaran atas yang demikian itu. Sampai salah satu di antara mereka
meninggal sedangkan ia meyakini suatu kebenaran, mengucapkannya dan mengamalkan
apa yang datang dari kebenaran itu”.
Saudaraku, kesabaran merupakan perkara yang sangat penting.
Kita semua membutuhkannya agar dapat mengarungi kehidupan dunia yang tidak
lepas dari ujian. Semoga Allah menjaga jiwa kita untuk tetap istiqamah dalam
menuntut ilmu syar’i yang menjadi pelita hati untuk semua penduduk bumi, baik
di dunia dan di akhirat nanti. Dan semoga Allah senantiasa memberikan
keistiqamahan untuk beramal kebaikan serta memberi keteguhan dalam
mendakwahkannya. Akhirnya kepada engkaulah ya Allah Dzat yang Maha Kuasa atas
segala sesuatu, penuhilah hati kami dengan kesabaran agar dapat mengarungi
ujian dan rintangan dalam mendakwahkan kebenaran sesuai dengan kemampuan.
Marilah kita memperhatikan hal-hal yang bisa melepaskan diri
kita dari kerugian di dunia dan akhirat sebagaimana disebutkan dalam surat
Al-Ashr serta bersungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita mulia tersebut karena
para ulama dalam menempuh jalan ilmu, amal, dan dakwah mereka bersabar dan
bersungguh-sungguh di atas. Menuntut ilmu syar’i memiliki kenikmatan tersendiri
yang dapat membuat, orang lupa dari kenikmatan dunia. wahai saudaraku sekalian
perhatikanlah perjalanan hidup ulama salaf yang rela menanggung penderitaan
untuk meraih ilmu.
Syaikh Muhammad bin Thahir al Maqdisi berkata: “Saya pernah
mengalami kencing berdarah dua kali ketika belajar hadits, sekali di Baghdad
dan sekali di Makkah. Itu karena saya berjalan tanpa alas kaki di bawah terik
matahari yang menyengat, sehingga saya mengalami kencing berdarah tersebut dan
saya tidak pernah naik kendaraan ketika belajar hadits kecuali sekali saja,
sedangkan saya membawa sepuluh kitab di atas pundak”. Inilah di antara keadaan
ulama salaf yang teguh dan gigih dalam menempuh jalan kemuliaan dengan menuntut
ilmu. Semoga Allah menjadikan kita orang yang dapat mengambil ibrah dari jerih
payah ulama salaf dalam menuntut ilmu dan mewariskan kegigihannya pada jiwa
kita semua.
Inilah sekelumit perjalanan hidup ulama salaf yang
bersemangat dalam menempuh jalan ilmu, amal dan dakwah serta bersabar di
atasnya sehingga menjauhkan mereka dari kerugian dan membawa menuju kemuliaan
dunia dan akhirat. Hanya ini yang bisa kami sampaikan semoga khutbah ini
bermanfaat bagi kami khususnya dan jama’ah umumnya. Serta dapat menjadikan
orang yang lalai segera menyadari kesalahan dan mencari ampunan Rabb-nya. Dan
menjadikan kita mampu memiliki sifat-sifat yang telah Allah sebutkan dalam
firman-Nya dalan surat Al-Ashr, karena hal inilah yang dapat menghindarkan kita
dari kerugian di dunia dan akhirat. Aamiin.
Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@
0 Response to "Keutamaan Surah Al-Ashar"
Post a Comment