Konsep Dasar Perencanaan
Oleh karena itu, pembelajaran
memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa
yangdipelajari siswa”. Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa
merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran
yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya tujuan. Pembelajaran lebih
menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan tersebut. Dalam kaitan ini
hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan adalah bagaimana cara
menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi
secara optimal.
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media, pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media, pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas, konsep
perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1. Perencanaan pengajaran
sebagai teknologi
2. Perencanaan pengajaran
sebagai suatu sistem
3. Perencanaan pengajaran
sebagai sebuah
4. Perencanaan pengajaran
sebagai sains (science)
5. Perencanaan pengajaran
sebagai sebuah proses
6. Perencanaan pengajaran
sebagai sebuah realitas
Dengan mengacu kepada berbagai sudut
pandang tersebut, maka perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan
konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan
program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin ilmu pengetahuan, realitas,
sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran
berjalan dengan efektif dan efisien. Kurikulum khususnya silabus menjadi acuan
utama dalam penyusunan perencanaan program pengajaran, namun kondisi
sekolah/madrasah dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal
penting jangan sampai diabaikan.
Dasar
Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran
sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan
pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi berikut:
1. untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran;
2. untuk
merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem;
3. perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar;
4. untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan;
5. pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran;
3. perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar;
4. untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan;
5. pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran;
6. sasaran
akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar;
7. perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran;
8. inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran;
8. inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manfaat
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memainkan
peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik
dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga
dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar
mengajar yaitu:
1. sebagai petunjuk arah kegiatan
dalam mencapai tujuan;
2. sebagai
pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat
dalam kegiatan;
3. sebagai
pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid;
4. sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja;
4. sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja;
5. untuk
bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja;
6. untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.
6. untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.
Sedangkan penerapan konsep dan prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi diharapkan bermanfaat untuk:
1. Menghindari
duplikasi dalam memberikan materi pelajaran.
Dengan menyajikan materi pelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya duplikasi dan pemberian materi pelajaran yang terlalu banyak.
Dengan menyajikan materi pelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya duplikasi dan pemberian materi pelajaran yang terlalu banyak.
2.
Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai mengajarkan suatu mata
pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapapun
yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang
dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.
3. Meningkatkan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan kesempurnaan siswa.
4. Membantu
mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi akan lebih
dipermudah dengan menggunakan tolok ukur standar kompetensi
5. memperbarui
sistem evaluasi dan laporan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis
kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan berdasar pencapaian
kompetensi atau subkompetensi tertentu, bukan didasarkan atas perbandingan
dengan hasil belajar siswa yang lain.
6.
Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman
belajar yang harus dilakukan, dan cara yang digunakan untuk menentukan
keberhasilan belajarnya.
7. Meningkatkan
akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun, divalidasikan, dan
dikomunikasikan kepada publik, sehingga dapat digunakan untuk
mempertanggung-jawabkan kegiatan pembelajaran kepada publik.
8. Memperbaiki
sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi yang lebih spesifik dan
terperinci, sekolah/madrasah dapat mengeluarkan sertifikat atau transkrip yang
menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.
Prinsip-prinsip
Umum tentang Mengajar
Prinsip-prinsip umum yang harus
dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah
sebagai berikut.
1. Mengajar
harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah
dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh
karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar mengajar berlangsung
harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior.
Entry behaviuor dapat diketahui di antaranya dengan melakukan pretes. Hal ini
sangat penting agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif
dan efisien.
2. Pengetahuan
dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. Bahan pelajaran yang
bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Hal ini dapat menarik
minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.
3. Mengajar
harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4. Kesiapan
(readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.
Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental
untuk melakukan sesuatu.
5. Tujuan
pengajaran harus diketahui siswa. Apabila tujuan pengajaran diketahui, siswa
mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah diketahui, harus dirumuskan
secara khusus.
6. Mengajar
harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar. Para ahli psikologi
merumuskan prinsip bahwa belajar itu harus bertahap dan meningkat. Oleh karena
itu, dalam mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat gradual, yaitu
dari sederhana kepada yang kompleks (rumit); dari konkret kepada yang abstrak;
dari umum (general) kepada yang kompleks; dari yang sudah diketahui (fakta)
kepada yang tidak diketahui (konsep yang bersifat abstrak); dengan menggunakan
prinsip induksi ke induksi atau sebaliknya, dan sering menggunakan
reinforcement (penguatan).
Tipe-tipe
Belajar
Dalam praktik pengajaran, penggunaan
suatu dasar teori untuk segala situasi merupakan tindakan kurang bijaksana.
Tidak ada suatu teori belajar pun cocok untuk segala situasi. Karena
masing-masing mempunyai landasan yang berbeda dan cocok untuk situasi tertentu.
Robert M. Gagne mencoba melihat berbagai teori belajar dalam satu kebulatan
yang Baling melengkapi dan tidak bertentangan. Menurut Gagne, belajar mempunyai
delapan tipe. Kedelapan tipe 1tu bertingkat, ada hierarki dalam masing-masing
tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya.
Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne
pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar.
Artinya, dalam mengajar atau membimbing siswa belajar pun terdapat tingkatan
sebagaimana tingkatan belajar di atas. Kedelapan tipe itu adalah sebagai
berikut.
Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan
conditioned respons atau respons bersyarat. Seperti menutup mulut dengan
telunjuk, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dengan telunjuk dan
lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe
belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi, respons
yang dilakukan itu bersifat umum, kabur, dan emosional.
Belajar Stimulus-Respons (Stimulus Respons
Learning)
Tipe belajar S–R, respons bersifat
spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S–R. Mencium bau masakan
sedap, keluar air liur, itu pun ikatan S–R. Jadi, belajar stimulus respons sama
dengan teori asosiasi (S–R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan
reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
Belajar Rangkaian (Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining
adalah semacam rangkaian antara berbagai S–R yang bersifat segera. Hal ini
terjadi dalam rangkaian motorik; seperti gerakan dalam mengikat sepatu,
makan-minum-merokok; atau gerakan verbal seperti selamat-tinggal, bapak-ibu.
Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Tipe belajar ini adalah mampu
mengaitkan suatu yang bersifat verbalisme kepada sesuatu yang sudah
dimilikinya. Misal “pyramids itu berbangun limas” adalah contoh tipe belajar
asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa piramida berbentuk limas
kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, dan kerucut.
Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk bila unsur-unsurnya terdapat dalam
urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning
Tipe belajar ini adalah pembedaan
terhadap berbagai rangkaian seperti membedakan berbagai bentuk wajah, hewan,
tumbuhan, dan lain-lain.
Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir.
Hal ini diperoleh dari hasil memuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan
antara berbagai fakta.
Belajar Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan adalah lebih
meningkat dari tipe belajar konsep. Dalam belajar aturan, seseorang dipandang
telah memiliki berbagai konsep yang dapat untuk mengemukakan berbagai formula,
hukum, atau dalil.
Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Tipe belajar yang terakhir adalah
memecahkan masalah. Tipe belajar ini dapat dilakukan oleh seseorang apabila
dalam dirinya sudah mampu mengaplikasikan berbagai aturan yang relevan dengan
masalah yang dihadapinya. Dalam memecahkan masalah diperlukan waktu yang cukup,
bahkan ada yang memakan waktu terlalu lama. Juga sering kali harus melalui
berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu. Dalam segala
langkah diperlukan pemikiran sehingga dalam memecahkan masalah akan diperoleh
hasil yang optimal.
Kedelapan tipe belajar di atas
tampaknya para ahli sepakat. Tipe belajar yang memiliki hierarki. Setiap tipe
belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar selanjutnya. Sebaliknya tiap tipe
belajar memerlukan penguasaan pada tipe belajar di tingkat bawahnya. Belajar
memecahkan masalah misalnya harus menguasai sejumlah aturan yang relevan,
seterusnya untuk belajar aturan perlu penguasaan beberapa konsep yang digunakan
pada aturan.
Dalam kaitan dengan perencanaan
pengajaran, tipe belajar ini perlu mendapat perhatian, sebab hal ini menjadi
salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan pengajaran yang diberikan
kepada siswa. Dengan kata lain, agar siswa belajar mencapai taraf yang lebih
tinggi, diperlukan kemampuan guru dalam menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana
yang telah diuraikan di atas.
Semoga
Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@
0 Response to "Konsep Dasar Perencanaan"
Post a Comment