Efektifitas Pembelajaran Penjas
Pada
dasarnya kegiatan mengajar itu seperangkat dari kegiatan yang direncanakan oleh
seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang akan diberikan kepada
orang yang ingin mendapatkan ilmu dan keterampilan dari orang yang mengajar.
Gambaran umum tentang efektivitas
mengajar ditandai oleh gurunya yang selalu aktif dan muridnya secara konsisten
aktif belajar. Dalam lingkungan pembelajaran yang efektif, murid tidak bekerja
sendiri melainkan selalu diawasi oleh gurunya dan mereka tidak banyak waktu
yang terbuang begitu saja: murid jarang pasif. Jalannya aktivitas belajar
begitu aktif, sibuk, dan menantang bagi murid akan tetapi tetap masih berada
diantara tingkat perkembangan dan kemampuan muridnya. Yang pada akhirnya murid
dapat menerima pesan atau instruksi dari gurunya dengan baik dan dapat
melakukan latihan secara independen mempelajari sesuatu sesuai dengan tujuan
pembelajarannya. Maksum (2001) beberapa gambaran ringkas dari efektivitas
mengajar pendidikan jasmani sebagai berikut:
1. Waktu,
kesempatan belajar, dan materi yang diberikan. Guru selalu memfokuskan
pembelajaran agar murid mempelajari bahan pelajaran yang menjadi tujuan belajarnya.
Selanjutnya guru tersebut juga mengalokasikan waktu sebanyak-banyaknya untuk
pencapaian tujuan pembelajaran dan memberi kesempatan yang sebanyak-banyaknya
kepada murid untuk belajar secara aktif. Sementara penggunaan waktu untuk
aspek-aspek lain selain untuk tujuan akademis selalu dibatasi.
2. Harapan
dan aturan. Guru mengkomunikasikan harapan kepada murid yang secara
jelas dapat diobservasi. Harapan guru tersebut sangat realistik dan sangat
mendukung kelancaran PBM yang akan dilakukannya. Selain itu, peranan guru dan
murid dirumuskan dengan teliti, dikomunikasikan, dan dilatihkan kepada murid.
3. Pengelolaan kelas dan keterlibatan murid (student engagement). Guru nampak
seperti seorang manajer yang baik, guru menetapkan kegiatan rutin pada setiap
awal tahun ajaran dan mengelolanya dalam pelaksanaan PBM dengan struktur
organisasi yang ditata rapih, aturan ditetapkan dan diterapkan melalui strategi
pemberian motivasi yang positif kepada murid, pengelolaan kelas ditujukan untuk
mengoptimalkan keterlibatan murid dalam aktivitas-aktiviats akademis. Selama
PBM berlangsung, perilaku guru yang bersifat negatif hampir tidak pernah
muncul.
4. Tugas belajar yang “meaningful” dan tingkat keberhasilan yang tinggi. Aktivitas belajar yang
diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan murid dan cukup memberi tantangan
kepada murid akan tetapi memberi kemungkinan terhadap tingkat keberhasilan
belajar yang cukup tinggi, sehingga aktivitas belajar sangat berarti bagi
murid.
5. Kelancaran
dan momentum. Guru menciptakan dan memelihara jalannya PBM serta
berusaha menghindari kejadian-kejadian yang dapat mengganggu jalannya PBM.
Aktivitas belajar disusun secara bertahap melalui tahapan dan pembagian yang
runtun dan spesifik untuk menjamin keberhasilan.
6. Mengajar secara aktif. Guru cenderung menyampaikan isi
pelajaran kepada murid tanpa harus tergantung pada media pelajaran yang
tercantum pada kurikulum. Demonstrasi dilakukan secara singkat dan diikuti oleh
latihan terbimbing secara berulang-ulang serta diselingi pengecekan terhadap
pemahaman murid mengenai latihan yang dilakukannya.
7. Pengawasan
yang aktif. Pada saat latihan terbimbing, tampak dengan jelas bahwa
murid mengerti dan tidak banyak melakukan kesalahan, selanjutnya murid diberi
kesempatan untuk berlatih secara independen. Latihan independen tersebut
diawasi oleh guru secara aktif. Demikian juga guru memantau kemajuan belajar
murid, memelihara agar murid tetap berlatih, dan memberi bantuan kepada murid
apabila diperlukan.
8. Tanggung
jawab. Guru memberi tanggung jawab kepada murid mengenai tugas yang
harus diselesaikannya. Macam-macam strategi, yang biasanya berorientasi
positif, digunakan untuk mendapatkan rasa tanggung jawab murid
9. Kejelasan, antusiasme, dan kehangatan. Guru selalu jelas dalam
memberi uraian, guru selalu antusias terhadap isi pelajaran juga terhadap
muridnya, guru selalu mengembangkan dan memelihara kehangatan lingkungan
belajar sehingga murid mempunyai sikap yang positif.
Perlu kiranya digaris bawahi bahwa
banyak guru pendidikan jasmani sekarang ini melakukan sesuatu yang termasuk
dalam satu atau beberapa kategori tersebut di atas. Namun untuk mengetahui
seberapa jauh lingkungan pembelajaran Pendidikan Jasmani sekarang ini mendekati
kategori-kategori tersebut di atas, tentu saja perlu membandingkannya dengan
cara-cara yang bisa dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan uaraian mengenai proses
pembelajaran tersebut, maka akan terdapat tiga variabel pembelajaran yang
secara sinergi bekerja merefleksikan efektivitas pembelajaran. Ketiga variabel
tersebut adalah variabel proses guru, variabel proses murid, dan variabel hasil
belajar. Keterkaitan dari ketiga variabel tersebut digambarkan oleh Siedentop
(dalam Maksum, 2001), sebagaimana tertera dalam Gambar berikut ini.
Umpan balik hasil
|
Variabel Hasil Belajar
|
Variabel Proses Murid
(Perilaku Murid)
|
Variabel Proses Guru
(Penampilan Guru)
|
Pengelolaan rutinitas
Pengelolaan proses pembelajaran
Pengelolaan lingkungan dan materi pembelajaran
|
Waktu transisi
Perilaku menyimpang
Waktu aktif belajar
Kesempatan
Menerima informasi
|
Short. term
Skill
Fitness
Sikap
Pengetahuan
Raihan tujuan belajar
Raihan tingkat kriteria
|
Long term
Fitness
Partisipasi berkelanjutan
Kelayakan kemampuan gerak dan olahraga
|
Umpan balik proses
|
Gambar . Keterkaitan antar variabel
efektivitas pembelajaran penjas
Sumber: Maksum (2001:17)
Gambar 1 di atas menunjukkan
keterkaitan antara variabel proses pada guru dan murid yang pada akhirnya akan
mempengaruhi variabel hasil belajar murid. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dari gambar tersebut yang pertama adalah garis feedback dan
garis yang menghubungkan variabel proses guru dan proses murid yang dua arah.
Garis umpan balik yang pertama
(umpan balik proses) maksudnya adalah guru menggunakan informasi variabel
proses murid untuk merubah perilaku dan strategi mengajarnya. Sebagai contoh
misalnya sebuah penilaian terhadap salah satu variabel proses murid menunjukkan
bahwa keterlibatan murid dalam aktivitas belajar sangat kurang, maka
selanjutnya informasi tersebut menyebabkan guru merubah gaya mengajarnya agar
keterlibatan murid dalam belajar lebih meningkat.
Garis umpan balik yang kedua (umpan
balik hasil) maksudnya adalah guru menggunakan informasi variabel hasil belajar
untuk merubah strategi mengajar yang digunakan oleh gurunya. Misalnya salah
satu hasil tes variabel hasil belajar menunjukkan bahwa kekuatan tubuh bagian
atas murid sangat kurang, maka selanjutnya informasi tersebut menyebabkan guru
merubah strategi mengajarnya dengan cara memfokuskan banyak waktu mengajarnya
terhadap aktivitas yang dapat memberi sumbangan terhadap peningkatan kekuatan
anggota tubuh bagian atas untuk mengatasi masalah rendahnya kekuatan tubuh
bagian atas pada murid.
Garis dua arah
yang menghubungkan variabel proses guru dan variabel proses murid maksudnya
adalah untuk mengingatkan kembali bahwa kedua variabel tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain. Dalam beberapa kasus mungkin kita sulit
mengatakannya: apakah dalam proses belajar mengajar, guru yang mempengaruhi
murid atau murid yang mempengaruhi guru. Kecuali jika guru memahami apa yang
disebut “dual-directional influences” yaitu proses murid dipengaruhi
proses guru demikian juga proses guru dipengaruhi proses murid, maka
kesalahpahaman mungkin terjadi di dalam menginterpretasikan kejadian dalam
proses belajar mengajar.
Sebagai contoh manakala guru mendengar
bahwa “antusias” akan mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar, maka
guru seringkali hanya mengharapkan murid agar belajar dengan penuh semangat (one-directional
influence). Mungkin kita setuju bahwa semangat guru dalam mengajar akan mempengaruhi
semangat muridnya dalam belajar, demikian juga sebaliknya, semangat murid dalam
belajar akan mempengaruhi juga semangat guru dalam mengajar yang pada akhirnya
akan mempengaruhi efektivitas proses belajar mengajar yang sangat penting bagi
tercapainya keberhasilan variabel hasil belajar murid.
Gambar 1 tersebut di atas mempunyai
asumsi bahwa guru dan murid berinteraksi satu sama lain untuk mempengaruhi apa
yang dilakukan murid pada waktu proses belajar mengajar. Kalau kita analisa
lebih jauh, kenyataannya adalah bahwa apa yang sebenarnya dilakukan murid di
dalam proses belajar mengajar itulah yang akan mempengaruhi keberhasilan
belajar murid baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan kata lain,
guru tidak mempengaruhi secara langsung fitness, skill, dan self-concepsts
murid. Apa yang dapat dilakukan guru dalam kelas pada dasarnya adalah
mempengaruhi apa yang dilakukan murid di dalam kelas dan karakteristik apa yang
dilakukan guru itulah yang pada akhirnya akan mempengaruhi fitness, skill,
dan self-concepts murid.
Semoga
Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@
0 Response to "Efektifitas Pembelajaran Penjas"
Post a Comment