'

Selamat Datang di Website Resmi Muhammad Akbar bin Zaid “Assalamu Alaikum Warahmtullahi Wabarakatu” Blog ini merupakan blog personal yg dibuat & dikembangkan oleh Muhammad Akbar bin Zaid, Deskripsinya adalah "Referensi Ilmu Agama, Inspirasi, Motivasi, Pendidikan, Moralitas & Karya" merupakan kesimpulan dari sekian banyak kategori yang ada di dalam blog ini. Bagi pengunjung yang ingin memberikan saran, coretan & kritikan bisa di torehkan pada area komentar atau lewat e-mail ini & bisa juga berteman lewat Facebook. Terimah Kasih Telah Berkunjung – وَالسٌلام عَلَيْكُم
Realitas Pemuda Indonesia: Data KPAI Astaghfirullah, 63% Remaja Indonesia Berbuat Zina

Realitas Pemuda Indonesia: Data KPAI Astaghfirullah, 63% Remaja Indonesia Berbuat Zina



إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apabila zina dan riba telah nampak di suatu kampong, maka sungguh mereka telah menghalalkan diri-diri mereka (ditimpa) adzab Allah ‘Azza wa Jalla. (HR At-Thabrani, Al-Hakim, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Ibnu Abbas. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Al-Bani dalam Shahihul Jami’ nomor 679, dan dishahihkan Adz-Dzahabi dalam At-Talkhish).
Bicara tentang perzinaan sebenarnya sangat risih. Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ada wanita yang mengaku dirinya berzina dan minta dihukum rajam (dilempari batu kerikil sampai mati) pun tidak langsung menyahutnya. Baru setelah wanita itu berkali-kali mengemukakan pengakuannya dan minta dihukum, barulah ditanya secara teliti, kemudian disuruh pulang dan mengasuh anaknya dulu sampai waktu yang ditentukan. Nanti agar kembali untuk mendapatkan hukuman yang dia minta itu.
Kenapa di sini justru membicarakan tentang zina?
Karena sudah ada penelitian dan hasilnya dikemukakan oleh Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat (BKKBN) M Masri Muadz bahwa 63% remaja usia SMP SMA di 33 propinsi di Indonesia telah berzina.
Penelitian di Bandung menunjukkan remajanya 56% telah berzina. Ini sangat memprihatinkan. Betapa rusaknya moral bangsa Indonesia ini, dan telah merambah sampai ke anak-anak SMP sudah berbuat mesum, bahkan sebagian jadi pelacur beramai-ramai. Itu di antaranya karena mengejar hidup enak sesuai nafsu yang istilahnya hedonisme. Dan juga karena tontonan porno-porno ada di mana-mana, di televise dan lainnya.
Siapa yang harus bertanggung jawab?
Ya tentu saja yang berwenang di negeri ini. Mereka lah penanggung jawab pertama atas rusaknya bangsa ini.
Lantaran penelitian itu telah diumumkan, dan berita-berita pun telah tersebar, maka di sini hanya dirangkum berbagai peristiwa yang sangat memalukan bahkan terancam adzab Allah ini dituturkan di sini. Agar manusia yang masih tersisa kesadarannya mau kembali ke jalan yang benar, insya Allah!
Dalam kaitan dengan seks, setidaknya ada dua hal yang terjadi pada diri Remaja Indonesia. Pertama, seks bebas (berzina), yaitu mereka yang berusia remaja melakukan aktivitas seks bebas (berzina) dengan teman sebayanya, atau menjadi pengunjung tempat pelacuran untuk madon (berzina dengan pelacur). Kedua, pelacuran yang dilakukan anak-anak remaja, terutama remaja putri. Pelacuran ini dapat terjadi karena paksaan (ditipu germo dengan janji mendapatkan pekerjaan yang layak), atau bisa juga karena kesadaran.
Pelacur remaja yang terjun ke dunia prostitusi/ pelacuran dengan kesadaran, bukan paksaan, antara lain karena himpitan kemiskinan. Ada juga yang karena didorong oleh keinginan (bukan kebutuhan) menjalani kehidupan yang hedonistis (ingin punya handphone yang mahal, baju-baju yang bagus, dan sebagainya).

Zina Di Kalangan Remaja
Menurut hasil survey yang dilakukan sebuah lembaga di tahun 2008, diperoleh data sekitar 63% remaja mengaku sudah melakukan hubungan seks bebas (berzina) sebelum nikah. Responden survey meliputi remaja SMP dan SMA di 33 provinsi di Indonesia. Tiga tahun sebelumnya (2005), sebuah survey yang diselenggarakan sebuah perusahaan kondom, mengungkapkan data sekitar 40-45% remaja berusia antar 14-24 tahun menyatakan bahwa mereka telah berhubungan seks bebas (berzina) di luar pernikahan. Survey tersebut dilaksanakan di hampir semua kota besar di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. (lihat tulisan berjudul Konser Musik, Zina dan Kerusuhan, December …)
Bila data survey tersebut reliable dan valid, maka dari dua data di atas menunjukkan adanya kenaikan yang cukup signifikan. Dari 40-45 persen di tahun 2005, menjadi 63% di tahun 2008. Artinya, ada kenaikan sekitar hampir 30 persen dalam jangka waktu ‘hanya’ tiga tahun.
Sebuah survey yang melibatkan rata-rata 100 responden remaja usia 15-24 tahun yang ada di setiap kecamatan di Kota Bandung, pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan 25 Messenger Jawa Barat, selama Juni 2008 lalu. Hasilnya, sekitar 56% remaja Kota Bandung sudah pernah berhubungan seks bebas (berzina) di luar nikah, dengan pacar, teman, dan pelacur. Perilaku remaja yang mengadopsi seks bebas seperti itu paling banyak dipengaruhi oleh tontonan film porno, termasuk dari internet dan melalui telepon seluler.
Perilaku seks bebas di kalangan remaja tidak hanya dipraktekkan remaja kota besar seperti Jakarta dan Bandung, tetapi juga di kota-kota lain yang bukan tergolong kota metropolitan. Misalnya, sebagaimana dilakukan oleh seorang siswi salah satu SMK di Praya, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
Siswi berusia 17 tahun itu, untuk bisa melakukan seks bebas (berzina) dengan pacarnya yang berusia 21 tahun, harus pergi ke kota yang agak besar (Mataram), di sana mereka menyewa sebuah kamar di salah satu hotel kelas melati. Seks bebas yang dilakukannya itu berlangsung siang-siang sekitar jam 11:00 waktu setempat. Keduanya terjaring razia yang dilakukan aparat Polsek Mataram bersama Satpol PP Kota Mataram dan aparat kecamatan setempat. Siswi SMK yang masih berusia 17 tahun itu, mengaku sedang menjalani liburan pasca ujian tengah semester. (http://kompas.co.id/read/xml/2008/12/16/13390917/siang-siang.ngamar.siswi.smk.digaruk)
Di Batam, tiga siswi sebuah SMP Negeri Tiban, Sekupang, melakukan pesta seks di salah satu hotel. Dua diantaranya merupakan pasangan yang baru saja bersua. Namun perjumpaan yang baru sesaat itu tidak menyurutkan keinginan mereka melakukan seks bebas. Sebagaimana diberitakan Pos Metro edisi Selasa, 21 Oktober 2008, di bawah tajuk Siswi SMP Pesta Seks di Hotel.
Cerita bermula pada hari Kamis tanggal 16 Oktober 2008 sore, pemuda Hf (17) ketika itu mengadakan janji bertemu dengan pacarnya Intan (siswi SMP berusia 14 tahun), di Sungai Harapan. Hf tak sendiri bertemu Intan. Dua teman Hf yang lain, Rs (18) dan Dd (18), diajak serta. Di pihak Intan, ia pun membawa serta dua rekan wanitanya, sebut saja Puput dan Indah (kedua siswi ini juga disamarkan namanya). 
Setelah masing-masing berkenalan (kecuali Hf dan Intan yang sudah kenal dan mengaku berpacaran), layaknya pasangan remaja yang lain (yang sebenarnya itu adalah haram menurut Islam), terlibat obrolan apa saja. Hingga larut malam. Puas menghabiskan hari, tiga sejoli ini makin kepincut dengan pasangannya masing-masing. Hf sibuk bermesraan dengan Intan. Rs bermanja ria dengan Puput. Sedangkan Dd dengan Indah. Ketiga pasangan, bahkan sudah bersama selama dua hari. 
Hari Jum’at, tiga pasangan tersebut runtang-runtung tak tentu rimba dengan angkutan umum, antara lain jalan-jalan ke kawasan Jodoh, Batam Centre, Sekupang. Pukul 12 malam, ketiga pasangan remaja itupun melanjutkan acara dengan menginap di sebuah hotel, dan melakukan pesta seks. Hf melakukan persetubuhan dengan Intan. Ketika Hf dan Intan masuk kamar mandi, Rs pun membangunkan Puput untuk melakukan hal serupa. Sedangkan Dd dan Indah, mereka ‘hanya’ berciuman. Dalam ajaran Islam, meski ‘hanya’ berciman, sudah tergolong perzinaan, yaitu zina anggota badan, seperti zina mata, zina tangan dan sebagainya.
Beberapa bulan sebelumnya, kasus yang sama gilanya terjadi antara remaja belasan tahun, juga di Sekupang, Batam. Dila (16) berpacaran dengan Teguh (19), namun tidak direstui kedua orangtua Dila. Meski pendekatan ekstra sudah dilakukan Teguh, namun hasilnya tetap nihil. Karena menemui jalan buntu, akhirnya  Teguh nekat meminta pengorbanan cinta dari Dila. Sebaliknya, Dila rela menyerahkan mahkotanya/ kehormatannya untuk pujaan hatinya, sebagai bukti pengorbanan (Pos Metro edisi Minggu, 26 Oktober 2008).
Peristiwa ‘pengorbanan’ itu pertama kali terjadi di bulan Agustus 2008. Kemudian berlanjut di hari-hari lain. Dila dan Teguh beranggapan, setelah melakukan hubungan badan (berzina), orangtua Dila akan luluh melihat anaknya tak lagi perawan. Nyatanya, kemurkaan orang tua Dila malah kian menjadi. Teguh pun dilaporkan ke polisi dengan tuduhan membawa kabur dan menggauli (menzinai) anak di bawah umur. Kalau saja pasangan yang sedang kemasukan godaan setan itu diberi kondom gratis (seperti yang dipraktekkan oleh para pengaku penanggulang AIDS), bukan penjara, niscaya aktivitas seks bebas mereka akan semakin jauh tersesat.
Kemungkinan remaja putri Dila terlalu banyak nonton sinetron percintaan yang kandungan materinya banyak ‘mengajak’ remaja melakukan seks bebas. Atau Dila kurang mendapat arahan dari orangtua, kurang mendapat bekal agama, sehingga ia tidak bisa membedakan rasa cinta yang datang dari Allah dengan rasa cinta yang datang dari Syaithon. Rasa cinta yang datang dari Syaithon, cenderung mengarah kepada perbuatan yang dilarang Allah. Sebaliknya, rasa cinta yang dari Allah, cenderung mengarah kepada perbuatan yang dibenci syaithon.

Pelacur Remaja
Belum reda keterkejutan kita terhadap data dan fakta di atas, masih harus ditambah lagi dengan ditemukannya fakta tentang sejumlah siswi SMP di Jakarta yang menjadi pelacur, bukan karena paksaan atau himpitan ekonomi, tetapi semata-mata dalam rangka memenuhi tuntutan hedonisme.
Sebagaimana diungkapkan Kompas Minggu edisi 28 Desember 2008, tentang kasus 22 siswi SMP negeri di kawasan Tambora, Jakarta Barat, yang menjalani kehidupan sebagai pelacur di luar jam sekolah. Sebelum menjalani kehidupan sebagai pelacur, mereka mengawalinya dengan menjual kegadisannya seharga Rp 2 juta kepada pria pelaku zina. Selanjutnya, mereka meneruskannya menjadi pelacur dengan tarif setiap kencan Rp 300.000, di bawah koordinasi seorang mucikari/ germo yang biasa nongkrong di Taman Hiburan Rakyat Lokasari, Tamansari, Jakarta Barat. 
Kasus ini terungkap secara tidak sengaja. Salah seorang guru di sekolah tersebut melihat salah seorang siswi kelas 3 memiliki handphone seharga di atas Rp 4 juta. Ia lantas menaruh curiga. Kemudian, sang guru memanggil siswi tersebut dan memeriksa telepon selulernya. Di ponsel itu sang guru mendapati beberapa pesan singkat yang isinya berupa ajakan untuk berkencan. Dari satu siswi kemudian informasi berkembang sehingga diperoleh beberapa nama siswi lainnya. 
Sang guru tidak begitu saja percaya, ia kemudian menyamar sebagai pemesan, dan mengajak salah satu siswi lainnya untuk bertemu dan berkencan. Tanpa diduga, siswi yang dipesannya itu datang ke tempat yang dijanjikan. Guru yang lain ada yang ikut dalam sebuah razia yang diadakan Satpol PP DKI. Dari hasil razia, beberapa pelacur yang tertangkap ternyata siswi SMP-nya.
Para siswi itu mengaku nekat menjalani kehidupan sebagai pelacur karena silau oleh ‘keberhasilan’ seorang rekan mereka yang telah lebih dulu jadi pelacur, sehingga memiliki banyak uang dan barang-barang berharga mahal.
Perilaku remaja siswi setingkat SMP yang menjalankan kehidupan sebagai pelacur, juga terjadi di Bandung. Sebagaimana diberitakan Tribun Jabar edisi Sabtu, 30 Agustus 2008: Satpol PP Kota Bandung, dalam rangka menyambut bulan  Ramadhan menertibkan wanita malam di jalan-jalan protokol Kota Bandung, Jumat (29/8) dini hari. Berhasil dijaring 42 pelacur, salah satu di antaranya siswi SMP swasta kelas dua. Dengan alasan kemanusian, siswi SMP itu dilepaskan, setelah dinasehati. Ia menjadi pelacur karena butuh uang untuk biaya sekolah dan makan karena kedua orangtuanya tidak mampu membiayai. (http://72.14.235.132/search?q=cache:gaEuCybkccgJ:www.lodaya.web.id/%3Fp%3D1364+Siswi+SMP+Jajakan+Diri&hl=id&gl=id&strip=1) 
Kalau benar ia menjadi pelacur semata-mata untuk biaya sekolah dan makan, bukan karena mengikuti gaya hidup yang hedonistis, dan benar-benar karena kedua oangtuanya tidak mampu, maka apa yang ia lakukan menjadi tanggung jawab masyarakat di sekitarnya, dan menjadi tanggung jawab pimpinan (umara, pemerintah) di lingkungan terdekatnya.
Sejauh ini penelitian tentang remaja putri yang menjalani kehidupan sebagai pelacur, pernah dilakukan di Medan oleh Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA), pada September hingga November 2007, dengan mewawancarai secara mendalam sejumlah 50 responden, di antaranya terdiri dari 14 siswi SMP dan 27 berstatus siswi SMA/SMK. (http://www.eska.or.id/news/detail/?id=27)
Dari pengakuan para responden, di sekolah mereka terdapat sejumlah teman sebaya yang juga terlibat dalam pelacuran, yang jumlahnya bervariasi antara 30 hingga 60 orang. Salah seorang responden yang masih duduk di kelas 3 SMP menuturkan, di kelasnya saja ada 15 teman sebayanya yang sudah biasa berkencan dengan pria dewasa, dengan kisaran usia 30-50 tahun. Aktivitas pelacuran itu dipraktekkan pada siang hari, kebanyakan antara jam 3 hingga jam 6 sore. Namun ada juga yang melakukannya pada malam hari.
Menurut Ahmad Sofian (Direktur PKPA), “Kami menemukan modus baru dalam bisnis seks ini, yaitu pulang sekolah tidak pulang ke rumah tetapi dibawa ke hotel. Untuk meyakinkan orangtua, teman-temannya ikut meminta izin dengan dalih mengajak renang atau jalan-jalan, sehingga orangtua anak tidak curiga.” 
Para pelacur muda ini oleh orangtuanya sampai saat ini dikenal sebagai anak yang rajin sekolah, anak rumahan dan penurut dengan nasihat orangtua. Dengan demikian bukan faktor internal yang mendorong mereka menjalani kehidupan sebagai pelacur, tetapi faktor eksternal, yaitu: 
  1. Sebagian besar dari mereka adalah gadis-gadis yang sudah berpacaran kelewat batas atau dikecewakan pacar (18 kasus).
  2. Mereka yang terjerat konsumerisme, ingin mengikuti gaya hidup mewah seperti punya handphone, baju bagus dan sebagainya (8 kasus).
  3. Karena diajak teman (24 kasus).
  4. Menggunakan uang sekolah (6 kasus).
Sedangkan yang menjadi faktor pemicu adalah karena keadaan mereka sudah tidak perawan lagi. 
Kasus Tambora (Jakarta Barat) sebagaimana diungkapkan Wartakota dan Kompas di atas, nampaknya sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan KPKA. Sebagaimana di Tambora, pelacur muda ini mengawali dengan menjual keperawanannya dengan harga Rp 2 juta hingga Rp 5 juta. Selanjutnya mereka mendapat bayaran antara Rp 200 ribu hingga Rp 800 ribu per kencan.

Kasus yang hampir serupa juga terjadi di Bogor, Jawa Barat, sebagaimana diberitakan harian SIB edisi 14 Desember 2008. (http://hariansib.com/2008/ 12/14/perawan-anak-sma-rp-15-juta/).
Akibat bekapan kemiskinan dan keterbatasan ekonomi orangtua untuk melanjutkan sekolah, lima siswi SMA di Kota Bogor terpaksa masuk ke dalam sindikat pelacuran yang dikendalikan seorang napi dari balik jeruji penjara. Mereka sudah menggeluti dunia pelacuran sejak SMP. Tarifnya jauh di atas pelacur cilik Tambora dan Medan. Sekali kencan, mereka dibayar Rp 5 juta. Bila masih perawan, dihargai Rp 15 juta.
Salah satu pelacur remaja ini (Ls, 18 tahun) mengaku menjadi wanita panggilan lantaran ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Ayahnya cuma seorang petani penggarap, sehingga tidak bisa membiayai keinginan Ls melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dia tergiur menjadi pelacur remaja setelah melihat temannya yang bergaya hidup mewah. “Waktu itu saya diajak sama dia untuk kerja sampingan. Eh nggak tahunya kerja seperti ini,” katanya.
Di Surabaya April 2008 lalu pernah diungkap kasus pelacuran yang dilakoni pelajar SMP dan SMA. Terungkapnya kasus pelacur pelajar ini setelah anggota Reskoba Idik II Polwiltabes Surabaya menangkap seorang pelacur pelajar berinisial IWP di sebuah hotel. Dari pengakuan IWP, akhirnya terungkap jaringan bisnis pelacuran yang melibatkan pelajar SMP dan SMA di Surabaya. Para pelacur pelajar itu dihargai mulai Rp 500.000 hingga Rp 1,5 juta. Tersangka IWP sendiri saat pertama naik kelas III SMA kegadisannya dijual dengan harga Rp 10 juta kepada seseorang di Bali. Bahkan IWP pernah melayani tamunya yang ada di Makassar dengan imbalan Rp 2 juta. (http://www.surya.co.id/web/index2.php? option=com_content&do_pdf=1&id=42126)
Penelitian di Medan (2007) yang didukung oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan, akan sangat disambut baik oleh rakyat Indonesia bila hal serupa dapat dilakukan di berbagai provinsi yang ada, terutama provinsi-provinsi rawan seperti DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, DI Yogyakarta, dan sebagainya. Bukan mustahil, dari hasil penelitian itu kelak, akan membuat mata kita terbelalak. Namun yang paling penting, bukan bagaimana membuat mata kita terbelalak, tetapi menemukan solusinya secepat dan setepat mungkin. Sarana-sarana yang mengakibatkan rusaknya moral para remaja bahkan masyarakat pada umumnya, perlu segera dihentikan. Tontonan porno lewat televise, CD, internet, majalah, tabloid, suratkabar, buku porno dan sebagainya perlu dirazia, dan penyelenggaranya ditindak.  Kalau dibiarkan, maka ancaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam cukup tegas:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ كِتَابَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.  (الطبرانى ، والحاكم ، والبيهقى فى شعب الإيمان عن ابن عباس ، ولفظ الحاكم : عَذَابَ الله)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apabila zina dan riba telah nampak di suatu kampong, maka sungguh mereka telah menghalalkan diri-diri mereka (ditimpa) kitab (ketetapan) Allah ‘Azza wa Jalla. (HR At-Thabrani, Al-Hakim, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Ibnu Abbas. Lafal Al-Hakim: Azab Allah. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Al-Bani dalam Shahihul Jami’ nomor 679, dan dishahihkan Adz-Dzahabi dalam At-Talkhish).
Al-Munawi dalam Faidhul Qadir (1/ 513) menjelaskan, artinya mereka menyebabkan jatuhnya adzab atas mereka karena mereka menyelisihi ketentuan hikmah Allah yaitu menjaga nasab (keturunan) dan tidak campur baurnya air (mani tanpa sah).  (haji/tede)
Semoga Bermamfaat, Syukrhan Jazakumullahu Khairan@
Read More
Filsafat Ilmu: Kerangka Berfikir Ilmiah

Filsafat Ilmu: Kerangka Berfikir Ilmiah


Kerangka adalah bangunan dasar dari sebuah bangunan, sebuah pikiran yang mamapan/kuat dan terstruktur maka harus memiliki sebuah karangka yang Jelas dan kuat. Berpikir adalah aktifitas akal untuk mengetaui sesuatu yang baikl dan buruk, berpikir berbeda dengan menghayal karena menghayal mendepankan imajinasi dan selalu cendrung pada hayalan kedepan, berpikir juga berbeda dengan malamun karena melamun cendrung pada sebuah pristiwa yang sudah terjadi, sehingga tujuan berpikir seseorang yaitu mencari tahu sesuatu, dan berpikir terjadi karena orang sadar.
Lantas bagaimana dengan mimpi, apakah termasuk berpikir? Mimpi adalah sebuah peristiwa dari alam bawah sadar, yang terungkit melalui mimpi, bukan di pengaruhi oleh cara kerja akal. Sedangkan ilmiah adalah ilmu, rasional, dan objektif. Sesuatu yang dapat di katakan ilmu apabila memenuhi ke tiga syarat yang ada tadi. Ilmu artinya pengetahuan yang sistimatis dan dapat di pertanggung jawabkan. Rasional adalah suatu argumentasi yang dapat di terima oleh orang, sedangkan objektif adalah sesuai dengan realitas.  Pengetahuan adalah konsepsi dasar manusia yang tidak berlandaskan analitis.
Dalam rangka menemukan sebuah kerangka berpikir yang ilmiah maka kita membutuhkan filsafat sebagai pisau analitisnya. filsafat” dapat ditinjau dari dua segi, yakni: Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa arab ‘falsafah’, yang berasal dari bahasa yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ = cinta, suka (loving), dan ’sophia’ = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi ‘philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran.
Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut ‘philosopher’, dalam bahasa arabnya ‘failasuf”. Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.  Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti ‘alam pikiran’ atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf.
Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Beberapa definisi kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda.
Pengertian filsafat menurut beberapa tokoh filsuf yang terdiri dari Plato (427sm - 347sm) seorang filsuf yunani yang termasyhur murid socrates dan guru aristoteles, mengatakan: filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
Aristoteles (384 sm - 322sm) mengatakan : filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda). Al-farabi (meninggal 950m), filsuf muslim terbesar sebelum ibnu sina, mengatakan : filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Immanuel kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir barat, mengatakan : filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: ” apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika) ” apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika) ” sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi). Teruslah mencari hingga mencapai titik kesempurnaan.
Kerangka filsafat terdiri dari : epistemologi “membicarakan apa itu pengetahuan:, ontologi “membicarakan apa itu ada”. Dan ekskatologis. Orang pertama yang menemukan epistemology Jl exprer. Dengan metode ini coba kita menganalistis tentang kebenaran, misalnya Tales Segala Sesuatau Berasal Dari Air (Bapak Filsafat), Arciminandus segala kehidupan berasal dari udara, Renedekartes : aku berpikir maka aku ada (berarti dia tidak berpikir maka dia tidak ada).
Dari 3 terori ini mana yang benar, apakah terdapat tiga kebenaran, padahal pada prinsipnya kebenaran tidak mungkin lebih dari satu. Sehingga muncullah Heraklitos mengatan bahwa udara dan air itu bisa beruba, segala sesuatu terus mengalami perubahan. Sedangkan berpikirpun tidak selamanya berada pada manusia. Seringkali manusia lupa, tidur dan sebagainya oleh karena itu heraklitos mengatakan bahwa yang abadi itu adalah perubahan itu sendiri. Tetapi sayangnya perubahan itu juga mengalami perubahan.
Mazhab berpikir
Emperikal
Bertanya tentang apa itu benar, benar adalah kesesuaian antara ide dan realitas (ada). Lantas apa itu ada?, John lock sesuatu itu ada karena dapat di pantau oleh panca indra (memikili wujud), berarti adanya kamu hari ini adalah ada sedangkan yang kemarin tidak ada karena tidak dapat di tampilkan keberadaanmu. (Berarti kamu ada hari ini atau hari kemarin?). apakah benar bahwa sesuatu yang ADA harus berlandaskan panca indra, Namun panca indra tidak dapat di jadikan sebagai landasan kebenaran absolud karena indra pada dasarnya menipu. Contoh melihat lidi dalam botol aqua yang bengkok namun ketika di keluakan dari botol pasti lurus.
Idealisme
tokohnya plato. Kebenaran sebenarnya sudah ada, keberan itu ada dalam ide, segala sesuatu berasal dari alam ide (metafisika), kita pada awalnya berada di alam ide, sedangkan realitas sekarang adalah sekedar mengingat kembali dari alam ide. Teori ini gugur oleh kaum rasionalisme, mana mungkin sesuatu yang tidak terbatas di batasi oleh sesuatu yang memiliki batasan. (renedekartes).
Skriptualis
Semua ajaran memiliki ajaran yang benar jadi kebenarannya lebih dari satu. Kaum skriptualis mencari kebenaran berlandaskan kitab suci sehingga konsekwensinya terjadi klaim-klaim kebenaran, Dari mana anda mengetahui Tuhan itu ada? Dari kitab berarti yang mengadakan tuhan adalah kitab. Jangan sampai semua ritual yang ada hanya sebatas dogma belaka.
Dari sekian mazhab yang ada, tidak ada jaminan yang mesti dalam mencaci hakekat kebenaran (Tuhan) oleh karena itu dalam mencari Tuhan harus menggunakan prinsip identitas, contoh A tidak Sama dengan B. sebab tidak bisa menjadi akibat dan akibat tidak bisa menjadi sebab. Prinsip sebab akibat  (Kausalitas)  contoh Al qur’an adalah bagian dari tulisan manusia? Apakah ini betul, berari tuhan tidak sempurna karena adanya tuhan tergantung oleh manusia. Apa betul tuhan tergantung pada manusia, berarti Tuhan sering ada dan tidaada (kalau solat) Kita adalah akibat, yang namanya akibat selalu kurang satu, berarti yang namanya akibat tidak bisa menjadi penyebab sehingga harus ada kausa prima. Alquran  hanya memperkenalkan Allah (anani anaula) dan rasulpun memperkenalkan Allah, karena akibat membutuhkan sebab.
Contoh-contoh : gerak  (Ibnu sina), Apa itu gerak, Plato : gerak adalah berpindanya sesuatu dari satu tempat ketempat lain (adanya perubahan), Seno mengatakan bahwa gerak adalah diam itu sendiri. Buah apel (perubahan warna dan ukuran, rasa). Mulasadra membedakan dua bentuk gerak, Gerak subtansi dan gerak aksiden, Gerak subtansi adalah (contoh sifat kertas tetaplah kertas karena walaupun di robek) gerak aksiden adalah (contoh air dan ekstra jos = menentukan rasanya). 

silogisme
Deduksi : setiap mahluk hidup pasti akan mati, rahman adalah mahluk hidup jadi rahman pasti akan mati.
Kenapa tuhan tidak dapat di lihat, karena tuhan sangat dekat dengan sumber penglihatan kita maka kita tidak melihatnya, Tuhan tidak dapat di lihat karena tuhan maha besar- sesuatu yang maha besar pasti tidak dapat di liat, Tuhan tidak dapat menampakan dirinya karena kalau di tampakan maka harus di sandingkan, sedangkan Tuhan tidak memiliki sandingan,  (contoh siang di sandikan dengan malam).
Ada tiga macam “ADA” oleh Ibnu sina
1.      Wajib ada/ WUJUD (hujan itu wajib ada maka tdk ada kehidupan)
2.      Mungkin ada/ WUJUD (manuaia berkepala babi)
3.      Mustahil adanya/ WUJUD (manusia yg setinggi langit).
Tuhan itu inmateri karena kalau materi maka tuhan itu terbatas. Tetapi apakah malekat juga inmateri karena malaikatpun tidak dapat di pancaindari, namun berlandaskan wahyu bahwa Tuhan itu maha unik olah karena itu apabila malaikat juga inmateri maka malaikatpun sama dengan Tuhan, konsekwensinya tuhan tidak menjadi unik lagi oleh karena itu Quraib sihab dalam bukunya tafsir misbah bahwa malekat itu di sembunyikan. Kalau di sembunyikan maka bisa ti tampakan atau tidak, (tidak menjadi mustahil bagi Allah karena nabi Isa AS pun bisa lahir dari mariam sang perawan). Waulahua’alam
Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@


Read More
Filsafat Ilmu: Teori-Teori Kebenaran Filsafat

Filsafat Ilmu: Teori-Teori Kebenaran Filsafat



1. Teori Corespondence
Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi, fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar.
Teori korispodensi (corespondence theory of truth) ® menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :
1. Statemaent (pernyataan)
2. Persesuaian (agreemant)
3. Situasi (situation)
4. Kenyataan (realitas)
5. Putusan (judgements)
Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menuru corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.
Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga kebenaran berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku. Apa yang ada di dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar.
2. Teori Consistency
Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu kebenarna bukanlah didasarkan atas hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide, kesannya dan comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam pemahaman subyek lain.
Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di dalam penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan.
Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori korespondensi. Kedua teori ini lebih bersifat melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan yang teliti dan teori korespondensi. Teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran. Sedah teori konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas arti kebenaran tadi.
Teori koherensi (the coherence theory of trut) menganggap suatu pernyataan benar bila di dalamnya tidak ada perntentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya.
Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan trut is consistency. Jika A = B dan B = C maka A = C
Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus rasional dan idealis.
Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
3. Teori Pragmatisme
Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi lebih jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah.
Jika teori itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat secara efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).
Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memliki kebanran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility) dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya.
Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalha Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859).
Wiliam James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi, pada hasil tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di dalam ide itu sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory Dewey bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara tak langsung melalui kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek di dalam program solving.
4. Kebenaran Religius
Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan dengan realita objek. Jika keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar.
Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah kebenarna tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebanaran ini :
Agama sebagai teori kebenaran
Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebanran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebeanran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
Kesimpulan
Bahwa kebanran itu sangat ditentukan oleh potensi subyek kemudian pula tingkatan validitas. Kebanaran ditentukan oleh potensi subyek yang berperanan di dalam penghayatan atas sesuatu itu.
Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension) subjek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek itu realita, perisitwa, nilai-nilai (norma dan hukum) yang bersifat umum.
Bahwa kebenaran itu ada yang relatif terbatas, ada pula yang umum. Bahkan ada pula yang mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah, jasmaniah, indera, ada yang berupa ide-ide yang merupkan pemahaman potensi subjek (mental,rasio, intelektual).
Bahwa substansi kebenaran adalah di dalam antaraksi kepribadian manusia dengan alam semesta. Tingkat wujud kebenaran ditentukan oleh potensi subjek yang menjangkaunya.
Semua teori kebanrna itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia.
Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@


Read More
Filasafat Ilmu: Teori Kebenaran Filsafat

Filasafat Ilmu: Teori Kebenaran Filsafat



Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.
Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas utama untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan, menyampaikan nilai-nilai kebenaran. Semua orang yang berhasrat untuk mencintai kebenaran, bertindak sesuai dengan kebenaran. Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan obyek pikir manusia sudah lama menjadi penyelidikan manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya menyelidiki secara terus menerus apakah hakekat kebenaran itu?
Jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tanpa melaksanakan kebenaran tersebut manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spikologis. Menurut para ahli filsafat itu bertingkat-tingkat bahkan tingkat-tingkat tersebut bersifat hirarkhis. Kebenaran yang satu di bawah kebenaran yang lain tingkatan kualitasnya ada kebenaran relatif, ada kebenaran mutlak (absolut). Ada kebenaran alami dan ada pula kebenaran illahi, ada kebenaran khusus individual, ada pula kebenaran umum universal.
Pengertian Kebenaran dan Tingkatannya
Dalam kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di dalam kepribadian dan kesadarannya tak mungkin tnapa kebanran.
Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio
3. Tingkat filosofis, rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
Keempat tingkat kebenarnan ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya bahkan juga proses dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenarna itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indera, potensi subyek yang menangkapnya ialah panca indra.
Kebenaran itu ialah fungsi kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari kebanran itu, membina dan menyempurnakannya sejalan dengan kematangan kepribadiannya.
Ukuran Kebenarannya :
- Berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran
- Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain
- Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran
Jenis-jenis Kebenaran :
1. Kebenaran Epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan)
2. Kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada/ diadakan)
3. Kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.
Kebenaran agama yang ditangkap dengan seluruh kepribadian, terutama oleh budi nurani merupakan puncak kesadaran manusia. Hal ini bukan saja karena sumber kebnarna itu bersal dari Tuhan Yang Maha Esa supernatural melainkan juga karena yang menerima kebenaran ini adalah satu subyek dengna integritas kepribadian. Nilai kebenaran agama menduduki status tertinggi karena wujud kebenaran ini ditangkap oleh integritas kepribadian.
Seluruh tingkat pengalaman, yakni pengalaman ilmiah, dan pengalaman filosofis terhimpun pada puncak kesadaran religius yang dimana di dalam kebenaran ini mengandung tujuan hidup manusia dan sangat berarti untuk dijalankan oleh manusia.
Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@

Read More