'

Selamat Datang di Website Resmi Muhammad Akbar bin Zaid “Assalamu Alaikum Warahmtullahi Wabarakatu” Blog ini merupakan blog personal yg dibuat & dikembangkan oleh Muhammad Akbar bin Zaid, Deskripsinya adalah "Referensi Ilmu Agama, Inspirasi, Motivasi, Pendidikan, Moralitas & Karya" merupakan kesimpulan dari sekian banyak kategori yang ada di dalam blog ini. Bagi pengunjung yang ingin memberikan saran, coretan & kritikan bisa di torehkan pada area komentar atau lewat e-mail ini & bisa juga berteman lewat Facebook. Terimah Kasih Telah Berkunjung – وَالسٌلام عَلَيْكُم
Memperkuat Tauhid di Bulan Ramadhan

Memperkuat Tauhid di Bulan Ramadhan


Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda (yang artinya):
”Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keislaman seorang hamba tidaklah sempurna kecuali dengan melaksanakan semua asas, tiang, dan rukun islam yang dijelaskan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- di dalam hadist ini. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengumpamakan asas dan tiang ini dengan bangunan yang besar dan kokoh dimana tidaklah bangunan ini dapat berdiri tegak kecuali dengan adanya pondasi-pondasi, jika tidak ada pondasi-pondasi tersebut maka bangunan akan rubuh menimpa penghuninya. Sedangkan amalan-amalan lainnya yang diwajibkan di dalam islam adalah pelengkap dari pondasi tersebut sebagaimana bangunan memiliki pelengkap yang seorang hamba juga membutuhkan pelengkap tersbeut. Dan empat rukun islam lainnya yang disebutkan di dalam hadist di atas seluruhnya dibangun di atas pondasi syahadat karena Allah tidak akan menerima amal seseorang sedikitpun yang tidak dilandasi dengan pondasi syahadat.
Syahadat bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah merupakan pondasi islam yang paling agung. Karena dengan adanya pondasi tersebut terjaga darah dan harta. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda (yang artinya):
“Aku diperintahkan untuk memerangi umat manusia sampai mereka mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukannya maka mereka telah menjaga dariku darah dan harta mereka, kecuali dengan alasan yang dibenarkan dalam Islam. Adapun perhitungan atas mereka itu adalah urusan Allah.” (HR. Muslim).
Dengan adanya pondasi syahadat Allah menerima amal-amal ibadah kita dan dengan adanya pondasi syahadat seseorang masuk dapat ke dalam surga dan selamat dari api neraka. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):

“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri darinya maka tidak akan dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan tidak akan masuk ke dalam surga sampai unta bisa masuk ke dalam lubang jarum…” (QS. al-A’raaf: 40). Dan dengan adanya pondasi syahadat dosa-dosa diampuni seberapa pun besarnya.
Makna syahadat laa ilaaha illallah adalah menerima dan tunduk serta patuh kepada Allah dengan melaksanakan peribadatan secara jujur dan berlepas diri dari peribadatan kepada segala sesuatu selain-Nya karena Dia adalah sesembahan yang haq dan segala sesembahan selain-Nya adalah bathil. Sedangkan makna syahadat muhammadur rasulullah adalah bersaksi bahwa beliau diutus dari sisi Allah, wajib mencintainya, menta’atinya dalam segala hal yang beliau perintahkan, dan tidak mendahulukan perkataan seorang pun dari perkataan beliau. Kalimat tauhid berarti memberikan pemuliaan dan penghormatan terhadap syari’at Allah. Allah berfirman (yang artinya):
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)” (QS. Al-A’raaf: 3). dalam ayat lain Allah juga berfirman (yang artinya):
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”(QS. Ar-Ruum: 30).
Kalimat tauhid berarti berlepas diri dari segala bentuk perbuatan-perbuatan jahiliyah. Allah berfirman (yang artinya):
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS. al-Maa’idah: 50). dan berlepas diri dari semua agama selain agama islam. Allah berfirman (yang artinya):
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Ali-Imran: 85).
Dan sungguh Al-Qur’an dari awal hingga akhirnya, isinya menerangkan makna syahadat laa ilaaha illallah disertai dengan penafian terhadap kesyirikan dan derivat-derivatnya, dan menetapkan keikhlasan (kemurnian ibadah) serta syari’at-syari’atnya. Maka semua perkataan dan amalan shalih yang dicintai dan diridhai oleh Allah semuanya adalah kandungan dari kalimat ikhlas. Karena penunjukan kalimat ikhlas atas agama ini seluruhnya bisa berupa penunjukan muthabiqah, penunjukan tadhammun, maupun penunjukan iltizam. Dan sesungguhnya Allah menamakan kalimat tauhid ini dengan kalimat taqwa.
Taqwa adalah engkau menjaga dirimu dari murka dan azab Allah dengan meninggalkan segala bentuk kesyirikan dan kemaksiatan, dan mengikhlaskan segala bentuk peribadatan hanya kepada Allah semata, serta mengikuti segala apa yang diperintahkan-Nya sebagaimana perkataan seorang tabi’in Thalq bin Habib –rahimahullah-:
“(taqwa adalah) engkau melaksanakan ketaatan kepada Allah diatas cahaya petunjuk dari Allah karena mengharap pahala dari Allah, dan engkau meninggalkan perbuatan maksiat kepada Allah diatas cahaya petunjuk dari Allah karena takut terhadap azab Allah”.
Dan tauhid adalah makna dari syahadat laa ilaaha illallah yang berarti seseorang tidak beribadah melainkan hanya kepada Allah semata, tidak kepada malaikat yang didekatkan dan tidak pula kepada Nabi yang diutus, terlebih lagi kepada orang-orang selain mereka.
Dan Al-Ilaah (sesembahan) adalah sesuatu yang ditaati dan tidak bermaksiat kepadanya karena takut (yang disertai rasa hormat –pent) kepadanya, memuliakannya, mencintainya, takut kepadanya, berharap kepadanya, bertawakkal kepadanya, meminta kepadanya, dan berdo’a kepadanya. Semua perbuatan-perbuatan itu tidaklah pantas ditujukan melainkan hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Barangsiapa yang menujukan sedikit saja dari perbuatan-perbuatan di atas kepada makhluk dimana perbuatan-perbuatan tersebut hanya boleh ditujukan kepada Allah maka berarti telah timbul satu noda kesyirikan di dalam keikhlasannya terhadap syahadat laa ilaaha illallah, dan cacat di dalam ketauhidannya, serta ada unsur peribadatan kepada makhluk sesuai dengan besarnya perbuatan kesyirikan yang ada padanya. Itu semua termasuk dari cabang-cabang kesyirikan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya):
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. an-Nisaa’: 48).
Maka Allah Ta’ala mengabarkan bahwasanya Dia tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik, yaitu tidak mengampuni seorang hamba yang menemui-Nya di akhirat dalam keadaan dia membawa dosa syirik. Dan Allah mengampuni dosa-dosa selain syirik bagi hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki.
Tauhid ini adalah awal dan akhir dari ajaran agama, lahir dan batinya, dan tauhid ini adalah awal dan akhir dari dakwah para rasul. Tauhid ini adalah makna dari syahadat laa ilaaha illallah, karena sesunggunya al-Ilaah (sesembahan) adalah sesuatu yang disembah dan ditujukan peribadatan kepadanya berupa rasa cinta, takut, sikap pemuliaan, pengagungan, dan semua bentuk-bentuk peribadatan lainnya.
Tauhid merupakan asas yang paling agung yang dinyatakan dan dijelaskan oleh al-Qur’an dengan bukti-bukti yang nyata. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah merupakan asas yang paling agung secara mutlak, asas yang paling sempurna, paling utama, dan paling wajib keberadaannya bagi kemaslahatan umat manusia. Untuk tujuan tauhid ini Allah menciptakan jin dan manusia, Allah menciptakan seluruh makhluk, dan menetapkan berbagai syari’at demi tegaknya tauhid ini. Dan dengan adanya tauhid ini maka akan terwujud kemaslahatan dan dengan tidak adanya maka akan muncul keburukan dan kerusakan.
Maka penjelasan atas masalah ini adalah bahwa dosa syirik adalah dosa yang paling besar karena Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa syirik kecuali dengan taubat. Adapun dosa-dosa selain syirik berada dibawah kehendak Allah, jika Allah berkehendak maka Dia akan mengampuninya tanpa taubat dan jika Allah berkendak maka Dia akan mengazabnya.
Wajib bagi seorang hamba untuk benar-benar takut dari terjerumus ke dalam dosa syirik karena begitu besarnya dosa ini di sisi Allah. Sesungguhnya demikian keadaannya karena syirik merupakan perbuatan keji yang paling keji dan bentuk kedzoliman yang paling dzolim sebab inti dari perbuatan syirik adalah mencacati Allah Rabb semesta alam dan memalingkan hak mengikhlaskan ibadah kepada selain-Nya, dan karena syirik bertentangan dengan tujuan diciptakannya jin dan manusia dan bertentangan dengan perintah untuk menafikan syirik. Perbuatan syirik merupakan bentuk penentangan yang paling besar kepada Allah Rabb semesta alam dan bentuk kesombongan dari ketaatan kepada-Nya, dan bertentangan dengan sikap menghinakan diri dan ketundukan terhadap perintah-perintah-Nya.
Maka hakikat tauhid adalah kita beribadah hanya kepada Allah semata, dan tidak melihat kecuali kepada-Nya, tidak takut kecuali hanya kepada-Nya, tidak bertaqwa kecuali hanya kepada-Nya, tidak bertawakkal kecuali hanya kepada-Nya, tidak kepada seorang makhluk pun, dan tidak menjadikan malaikat dan para nabi sebagai Rabb selain-Nya.
Ketahuilah –semoga Allah merahmatiku dan kalian- sesungguhnya suatu ibadah tidak sah dan tidak akan diterima oleh Allah kecuali dengan asas tauhid, maka tidak akan diterima puasa, sholat, zakat, dan haji, kecuali dari seorang hamba telah merealisasikan tauhid dan membentengi dirinya dari menjadikan segala sesuatu selain Allah sebagai tandingan dan dari berbuat syirik kepada Allah. Wallahu ‘Allam

Baca Juga: Bukti Rahmat Allah Begitu Luas dan Melimpah

Terimah Kasih atas kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam
Read More
Bukti Rahmat Allah Begitu Luas dan Melimpah

Bukti Rahmat Allah Begitu Luas dan Melimpah


Allah menyifati diri-Nya dengan ar-Rahman dan ar-Rahim yang maknanya “Pemilik dan Pemberi rahmat yang melimpah”. Rahmat artinya kasih-sayang di mana kasih sayang itu berupa Allah memberinya kesehatan, rezeki, dan keamanan atau kasih sayang berupa dijadikannya di antara satu orang dengan lainnya rasa suka dan cinta. Seandainya bukan karena rahmat Allah, niscaya seekor Harimau akan memakan anaknya.
Apa perbedaan ar-Rahman dan ar-Rahim? Ar-Rahman adalah Dzat Pemiliki rahmat yang melimpah, abadi, dan agung. Sementara ar-Rahim adalah Dzat Pemberi rahmat kepada makhluk-Nya. Ada pula yang menafsirkannya, ar-Rahman adalah kasih sayang Allah di dunia untuk orang kafir dan musyrik terutama untuk orang beriman. Tetapi ar-Rahim adalah rahmat khusus untuk orang beriman di akhirat kelak. Dalilnya firman-Nya:
Dan adalah ar-Rahim kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab [33]: 43).
Bukti rahmat Allah begitu luas adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 “Allah menciptakan rahmat 100 bagian. Dia menahan 99 bagian di sisi-Nya dan menurunkan satu bagian di bumi. Dengan satu bagian itu, para makhluk saling berkasih sayang hingga seekor kuda mengangkat kakinya dari anaknya karena khawatir menginjaknya.” (HR. Al-Bukhari no. 6000 dan Muslim no. 2752).
Yang lebih menakjubkan lagi, rahmat Allah lebih kuat dan dominan daripada murka-Nya. Dalilnya hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tatkala Allah menentukan takdir makhluk-makhluk, Dia menulis di dalam Kitab-Nya yang berada di sisi-Nya di atas ‘Arsy, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.’” (HR. Al-Bukhari no. 3194 dan Muslim no. 2751).
Untuk memperkuat dan memahamkan manusia maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi perumpamaan dengan kasih sayang ibu kepada anaknya yang mustahil akan dilempar ke api. Adakah manusia yang lebih besar cintanya kepada orang lain melebihi cinta seorang ibu kepada anaknya? Tidak ada, dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya lebih besar daripada ibu itu kepada anaknya. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
“Tawanan perang tiba di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba seorang wanita dari tawanan itu mengeluarkan payudaranya untuk meneteki anaknya jika menemukannya. Dia pun berhasil memungutnya lalu mendekapnya ke perutnya dan menyusuinya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada kami, ‘Apakah kalian mengira wanita akan tega melemparkan anaknya ke api?’ Kami menjawab, ‘Tidak mungkin, meskipun dia mampu tidak melemparkannya.’ Lanjut beliau, ‘Sungguh Allah lebih menyanyangi hamba-hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya.’” (HR. Al-Bukhari no. 5999 dan Muslim no. 2754).
Oleh karena itu jika Anda sekarang sedang ditimpa sakit, ditimpa kesusahan, dan sempitnya rezeki maka jangan keburu menuduh Allah tidak sayang kepadamu. Yakinlah bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik bagimu sebagaimana tidak ada yang lebih sayang kepada manusia melebihi Allah. Allah berfirman:
“Sesungguhnya karunia-Nya atasmu adalah besar.” (QS. Al-Isra [17]: 87)
Di zaman dulu ada orang yang tidak banyak beribadah kepada Allah kemudian meninggal dalam keadaan takut bertemu dengan-Nya. Kemudian Allah justru mendahulukan rahmat-Nya mengalahkan murka-Nya. Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dahulu ada seorang sebelum kalian yang dilapangkan Allah harta. Ia berkata kepada putra-putranya ketika ia akan mati, ‘Ayah yang bagaimakah aku dalam memperlakukan kalian?’ Jawab mereka, ‘Sebaik-baik ayah.’ Lalu ia berkata, ‘Sebenarnya aku tidak pernah berbuat kebaikan, karena itu jika aku telah mati maka bakarlah aku kemudian tumbuklah tulang-belulangku, kemudian hamburkanlah pada saat anginnya kencang.’ Maka semua wasiat itu dilaksanakan oleh putra-putranya. Kemudian Allah menghimpunnya dan berfirman, ‘Apa yang mendorongmu melakukan itu?’ Jawabnya, ‘Karena takut kepada-Mu.’ Maka Allah menyambutnya dengan rahmat-Nya.” (HR. Al-Bukhari no. 3478 dan Muslim no. 2757). Allahu a’lam.

Baca Juga: Tahukah Anda, bahwa Allah pun cemburu?

Terimah Kasih atas kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam
Read More
Tahukah Anda, bahwa Allah pun cemburu?

Tahukah Anda, bahwa Allah pun cemburu?


Mungkin rasa cemburu yang familiar di hati kita adalah rasa cemburu dalam cinta dua insan ketika ada pihak lain yang ingin menarik perhatian orang yang dicintainya. Rasa cemburu pada hakikatnya juga merupakan fitrah manusia. Akan tetapi janganlah kita memaknai cemburu semacam ini berlaku pada dzat-Nya. Karena Allah adalah Sang Pencipta. Makhluk-Nya tak pantas disejajarkan dengan semua keagungan dan kebesaran Allah azza wa jalla.
Pernahkah berfikir seperti apa cemburu yang dimiliki oleh Sang Pencipta ? Dalam objek seperti apa Allah merasa cemburu padamu ? Marilah simak hadits berikut ini..
“Sesungguhnya Allah merasa cemburu. Dan seorang mukmin pun merasa cemburu. Adapun kecemburuan Allah itu akan bangkit tatkala seorang mukmin melakukan sesuatu yang Allah haramkan atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kecemburuan  Allah atas setiap dosa yang dilakukan oleh hamba-Nya.  Kecemburuan ketika makhluk Nya melanggar batasan yang telah ditetapkan.
“Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Patutlah kita merenungkan bahwa setiap apa yang terlarang dan diharamkan di atas bumi ini adalah untuk kebaikan manusia. Meskipun tak semua larangan dapat dimaknai dengan akal dan pikiran kita yang terbatas ini. Dosa-dosa itu memiliki efek yang besar dan fatalannya bisa membawa seseorang pada kefuturan jika terlalu sering menerjang perkara yang diharamkan.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “(efek negatif dosa) yang paling berbahaya (paling mengkhawatirkan) bagi seorang hamba adalah dosa dan kemaksiatan bisa melemahkan keinginan hati sehingga keinginannya untuk melakukan perbuatan maksiat semakin kuat. Dosa melemahkan keinginan hati untuk bertaubat sedikit demi sedikit sampai akhirnya semua keinginan untuk taubat tercabut dari hati (tanpa meninggalkan sisa sedikit pun). (Padahal) seandainya separuh dari hati seseorang itu sudah mati, maka itu sudah susah untuk bertaubat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala (Ibnu Qayim Al-Jauziyah, Adda’ wa Dawa’, (Dar Ibnu Jauzi,1427) hlm. 91)
Dosa dan kemaksiatan itu jika menjadi suatu kebiasaan akan membuat seseorang sulit bertaubat. Semakin tertutup hati seorang hamba maka akan semakin sulit untuk kembali dan bertaubat kepada Allah. Hendaknya setiap insan menyadari mengapa Allah demikian cemburu pada perbuatan dosa yang dilakukan hamba-Nya. Karena dosa-dosa tersebut membuat kita akan jauh dari Allah.
Saudaraku jauhilah setiap perkara yang diharamkan Allah, karena dengannya Allah akan cemburu padamu. Takutlah kita terhadap adzab dan murka Allah yang bisa saja menimpamu sewaktu-waktu. Terlebih lagi takutlah pada kekalnya adzab neraka Jahannam. Jangan lupakan doa ini dalam permohonan kita kepada-Nya,
(“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin, ampunilah (dosa-dosa)ku, rahmatilah saya, jika Engkau menginginkan untuk menguji suatu kaum maka wafatkanlah saya dalam keadaan tidak terfitnah. Saya memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu)”. (HR. Tirmidzi). Wallahu ‘alam

@Muhammadakbar

Baca Juga: Ketenangan Hati Bagi Para Pembaca Al-Qur'an

Terimah Kasih atas kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam
Read More