Dasar Perencanaan Pembelajaran
A. Definisi Perencanaan
Rumusan baru
tentang perencanaan yang diambil dari beberapa rumusan dapat dikatakan bahwa
Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat
berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna
memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Istilah pembelajaran memiliki
hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan
siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan
guru sebagai sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan
sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana
membelajarkan siswa”, dan bukan pada “ apa yang dipelajari siswa”.
C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Upaya
perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
1. Untuk
memperbaiki kualitas pembelajarn perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
2. Untuk
merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar
3.Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan
pada siswa secara perorangan
4. Pembelajaran yang dilakukan akan
bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan
langsung pembelajaran dan tujuan pengiring dari pembelajaran.
5. Sasaran akhir dari perencanaan
desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
6. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran
7. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran
7. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
D. Prinsip – Prinsip Umum Tentang Mengajar
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah
dimiliki siswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari
bahan yang akan diajarkan.
2.
Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
3. Mengajar
harus memperhatikan perbedaan individu setiap siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting
dijadikan landasan dalam mengajar.
5.Tujuan
pengajaran harus diketahui siswa.
6. Mengajar
harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.
7. Dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak
diketahui (konsep yang bersifat abstrak)
8. Sering
menggunakan penguatan (reinforcement)
E. Tipe – Tipe Belajar
1.
Belajar isyarat (signal learning)
2.
Belajar stimulus (stimulus respon learning)
3.
Belajar rangkaian (chaining)
4.
Asosiasi verbal (verbal association)
5.
Belajar diskriminasi (discrimination learning)
6.
Belajar konsep (concept learning)
7.
Belajar aturan (rule learning)
8.
Belajar pemecahan masalah (problem solving)
PENDEKATAN
SISTEM DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
A.
Pengertian Sistem
Pengertian
system adalah suatu kesatuan unsur – unsur yang saling berinteraksi secara
fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran.
B.
Tujuan Sistem
Tujuan suatu lembaga pendidikan
ialah untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan
instruksional ialah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku tertentu
sesuai dengan tingkat taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dulu.
C. Fungsi-Fungsi Sistem
Untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai fungsi yang
beraktivitas.
D.
Komponen-komponen sistem
Bagian suatu
system yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan system
disebut komponen. Komponen yang melakukan proses transformasi disebut
subsistem, karena masing – masing bagian atau komponen itu sesungguhnyaadalah
suatu system pula.
E. Interaksi
atau Saling Hubungan
Semua
komponen dalam system pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain.
F. Penggabungan yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
F. Penggabungan yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
Penggabungan
yang menimbulkan keterpaduan ini berdasarkan pada hokum Gestalt yang menyatakan
bahwa suatu keseluruhan itu mempunyai nilai atau kemampuan yang lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan jumlah bagian-bagian.
G. Proses
Transformasi
Proses yang
mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Hasil yang dikeluarkan oleh
suatu system kepada sebuah atau beberapa system lainnya sebagai masukan yang
akan diproses lebih lanjut, dan berlangsung secara berkesinambungan melalui
tahapan transformasi.
TIGA
VARIABEL PEMBELAJARAN
Titik awal
upaya memperbaiki kualitas pembelajaran diletakkan pada proses pembelajaran
atau pada metode pembelajarannya. Manipulasi variabel metode dalam interaksinya
dengan variabel kondisi pembelajaran akan menentukan kualitas hasil
pembelajaran.
A.
Metode Pembelajaran
Variabel
metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Strategi
Pengorganisasian (organizational strategy)
2. .Strategi
Penyampaian (delivery strategy)
3. Strategi
Pengelolaan (management strategy)
B.
Kondisi Pembelajaran
Regeluth dan
Merril (1979) mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga (3)
kelompok, yaitu:
1. Tujuan
Pembelajaran
2. Kendala
dan karakteristik bidang studi
3. Karakteristik
si belajar
C.
Hasil Pembelajaran
1. Keefektivan
(effectiveness)
2. Efisien
(efficiency)
3. Daya Tarik (appeal)
SEPULUH
LANGKAH MENDESAIN PEMBELAJARAN MENURUT DICK AND CARREY
A. Pendahuluan
Sebagai
seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan
dengan proses pengajaran. Proses pengajaran merupakan suatu proses yang
sistematis, yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak
didik.
Desain
Pembelajaran Menurut Dick and Carrey Model pengajaran Dick and Carry (1985)
dapat disajikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
tujuan umum pengajaran
2.
Melaksanakan analisis pengajaran
3.
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4.
Merumuskan tujuan performansi
5. Mengembangkan butir-butir tes
acuan patokan
6.
Mengembangkan strategi pengajaran
7.
Mengembangkan dan memilih material pengajaran
8.
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9.
Merevisi bahan pembelajaran
10. Mendesain
dan melaksanakan evaluasi sumatif
TUJUAN
PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Keuntungan
yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan
dimanfaatkan secara tepat
Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu singkat.
Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu singkat.
2. Guru dapat menetapkan berapa banyak materi
pelajaran yang dapat disajikan dalam setiap jam pelajaran.
3. Guru dapat menetapkan urutan atau rangkaian
materi pelajaran secara tepat (memudahkan siswa mempelajari isi pelajaran)
4. Guru dapat dengan mudah menetapkan dan
mempersiapkan strategi mengajar yang paling cocok dan menarik
5. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai
keperluan peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar
6. Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar
7. Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya
akan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan jelas
B. Arti
Tujuan Pembelajaran
Tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan dan
keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil
belajar.
C. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Benyamin S.
Bloom dan D. Krathwolh (1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga
kawasan, yakni : kognitif tingkatpengetahuan(knowledge), tingkat pemahaman
(comprehension), tingkat penerapan (application),tingkat analisis (analysis),
tingkat sintesis (synthesis), tingkat evaluasi (evaluation), afektif ( sikap
dan perilaku), kemauan menerima, kemauan menanggapi,berkeyakinan,penerapan
karya, ketekunan dan ketelitian, psikomotor, persepsi, kesiapan, mekanisme,
respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, originasi format untuk menulis tujuan
pembelajaran tujuan pembelajaran sebaiknya dinyatakan dalam bentuk ABCD format,
artinya:
A = Audience (petatar, siswa,
mahasiswa, dan sasaran didik lainnya)
B = Behavior (perilaku yang dapat
diamati sebagai hasil belajar)
C = Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi
agar perilaku yang diharapkan dapat dicapai
D = Degree (tingkat penampilan yang
dapat diterima)
STRATEGI
PEMBELAJARAN
A.
Sekilas tentang Strategi Pembelajaran
Paling tidak ada tiga (3) jenis strategi yang
berkaitan dengan pembelajaran, yaitu:
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
2. Strategi
Penyampaian Pembelajaran
3. Strategi
Pengelolaan Pembelajaran
4. Strategi
Pengorganisasian Pengajaran
Strategi
pengorganisasian pembelajaran secara khusus merupakan fase yang amat penting
dalam rancangan pengajaran, Synthezing akan membuat topic-topik dalam suatu
bidang studi menjadi lebih bermakna bagi siswa.
DESAIN PESAN
DAN KARAKTERISTIK SISWA DALAM PEMBELAJARAN
A. Konsep
Desain dalam Teknologi Pembelajaran
Teknologi
pembelajaran adalah penerapan secara sistemik dan sistematis strategi dan
teknik yang diambil dari konsep ilmu perilaku dan ilmu yang bersifat fisik
serta pengetahuan lain untuk keperluan pemecahan masalah pembelajaran.
Salah satu
isu yang berkenaan dengan bidang garapan ini adalah siapakah yang menjadi
sasaran layanan teknologi pendidikan ? bagaimana model layanan yang cocok
diberikan kepada sasaran ? bagaimana karakteristik yang dilayani ? bagaimana
mendesain layanan yang diberikan pada sasaran layanan?
B. Desain
Pesan dalam Teknologi Pembelajaran
Dalam
kawasan teknologi pendidikan terdapat lima (5) kawasan yang menjadi bidang
garapan penelitian.
C.
Karakteristik Siswa
Variabel ini
didefinisikan sebagai aspek – aspek berupa bakat, minat, sikap, motivasi
belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar)
yang telah dimilikinya.
Aliran Behaviorisme kaitannya dengan Karakteristik Siswa
Aliran Behaviorisme kaitannya dengan Karakteristik Siswa
Aliran
perilaku stimulus dan respon (S – R) adalah suatu aliranperilaku yang
menekankan antecendent sebagai penyebab dari perilaku yang umumnya disebut
metodologi aliran perilaku (Skiner, 1974). Salah satu aspek yang berbeda dari
pendekatan metodologi behavioris adalah pada permintaan untuk data – data
eksperimental (manipulative) untuk membenarkan setiap interpretasi dari
perilaku adalah sebab akibat. Observasi secara alamiah, pengalaman pribadi,
penilaian harus berdasar pada bukti-bukti untuk mendukung setiap penjelasan
secara psikologis. Formula ini berarti bahwa setiap pendengar harus membuat
respons yang tepat ketika ada rangsangan (stimulus) yang tepat dan ketika
terdapat suatu kondisi yang diperlukan.
D. Analisis Tugas dan Tujuan
Perilaku
Kibler dkk
(1974) mencatat ada banyak dasar-dasar yang rasional untuk menggunakan tujuan
perilaku. Ini termasuk :
1. Membantu
mengevaluasi kinerja pendengar
2. Mendesain
dan merancang urutan-urutan dari instruksi
3. Mengkomunikasikan
persyaratan dan harapan-harapan
4. Menyediakan
dan mengkomunikasikan terlebih dahulu tingkat kinerja dari instruksi
Desain Saat Ini dan Model Penyampaian PSI (Personalized System of Intructional)
Desain Saat Ini dan Model Penyampaian PSI (Personalized System of Intructional)
Ada 5
karakter PSI, yaitu :
-
Menggunakan
instruktur atau pengajar
-
Penguasaan
materi pelajaran
-
Menyusun
sendiri kecepatan belajarnya
-
Guru sebagai
motivator
-
Menggunakan
kata-kata tertulis
-
Ketepatan
Mengajar (Precision Teaching)
Suatu metode
yang lebih menekankan monitoring kegiatan belajar di dalam kelas. Guru yang
tepat menjadi lebih lancer, akurat, dan cepat kinerjanya, suatu tujuan yang
dapat meningkatkan kemajuan murid.
PERLUNYA
MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR EMOSIONAL ANAK DALAM MERANCANG PEMBELAJARAN
A. Konsep
Dasar Emosional
Lawrence Shapiro (1997), kecerdasan
emosional anak dapat dilihat pada (a) keuletan, (b) optimism, (c) motivasi
diri, dan (d) antusiasme. Kecerdasan emosional pengukurannya bukan didasarkan
pada kepintaran seorang anak, tetapi melalui suatu yang disebut dengan
karakteristik pribadi atau “karakter”.
B. EQ Versus IQ
Keterampilan
EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya
berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkat konseptual maupun di dunia
nyata. Idealnya kedua keterampilan tersebut dapat dikuasai oleh seseorang.
C. Anatomi
Saraf Emosi
Korteks,
yaitu bagian otak yang digunakan untuk berpikir. Kadang-kadang disebut
neokorteks sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang mengurusi emosi
yakni system limbic (hippocampus), tetapi sesungguhnya hubungan antara kedua
bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosional seseorang. Korteks terdiri
atas empat lobus (belahan otak), dan kerusakan pada lobus tertentu akan menyebabkan
masalah tertentu pula. Adapun belahan otak tersebut adalah: Lobus Oksipitalis
terletak dibagian belakang kepala merupakan bagian otak yang mengendalikan
penglihatan. Lobus Temporalis terletak tepat dibelakang telinga dikedua sisi
kepala, kerusakan bagian ini akan menyebabkan masalah pada memeori jangka
panjang.
Menjadi
Orang Tua Ber – EQ Tinggi Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hubungan yang
terbuka dan saling menyayangi dengan anak akan memberikan efek jangka panjang
berupa meningkatnya citra diri, keterampilan menguasai situasi, dan mungkin
kesehatan anak.
Bagi anak –
anak dibawah 9 tahun, Barkley menganjurkan agar orang tua menetapkan wkatu
khususu untuk berpartisipasi dengan anak-anaknya dalam kegiatan bermain. Selama
waktu itu orang tua harus menciptakan suasana yang tidak menuntut penilaian
tetapi menarik, menggairahkan, dan menunjukkan penerimaan.
D. Emosi dari Segi Moral
Ada dua
kelompok emosi, yaitu: Emosi Negatif, sifatnya dapat memitivasi anak-anak untuk
belajar dan mempraktikan perilaku prososial, termasuk (a) takut dihukum, (b)
kekhawatiran tidak diterima oleh orang lain, (c) rasa bersalah bila gagal
memenuhi harapan seseorang, (d) malu bila berbuat sesuatu yang tidak dapat
diterima orang lain.
Emosi Positif akan membentuk moral anak, adalah empati dan apa yang disebut dengan naluri pengasuhan, yang meliputi kemampuan untuk menyayang.
Emosi Positif akan membentuk moral anak, adalah empati dan apa yang disebut dengan naluri pengasuhan, yang meliputi kemampuan untuk menyayang.
E.
Empati dan Kepedulian Kepada Anak
Salah satu
unsure dari emosional adalah empati. Empati merupakan suatu sikap kepribadian
seseorang dimana seseorang mampu menempatkan diri dalam posisi orang lain.
F.
Mengembangkan Empati dan Kepedulian
Keterampilan
memahami sesuatu dengan perspektif orang lain ini memungkinkan seorang anak
mengetahui kapan bias mendekati teman yang sedih dan kapan membiarkannya sendiri.
G.
Keterampilan EQ yang Harus Diingat
Hal yang
perlu diingat dalam keterampilan EQ ini adalah : Ajarkan nilai kejujuran kepada
anak sejak mereka masih muda dan konsisten dengan pesan anda waktu usia mereka
bertambah. Pemahaman anak mengenai kejujuran bias berubah, tetapi pemahaman
anad jangan berubah. Anda dapat menjadikan kejujuran dan etika sebagai bahan
perbincangan sejak anak masih sangat muda dengan memilihkan buku-buku dan video
untuk menikmati bersama anak, memainkan permainan kepercayaan, dan memahami
berubahnya kebutuhan anak atas privasi.
H.
Emosi Moral Negatif Rasa Malu dan Rasa Bersalah
Membuat anak
merasa malu atas perbuatan anti sosialnya merupakan cara yang manjur untuk
mengubah perilaku ini. Emosi negative rasa malu dan rasa bersalah dapat
dimanfaatkan secara konstruktif untuk membentuk perilaku moral anak:
-
Memanfaatkan
rasa malu
-
Berpikir
realistis
-
Keuntungan
optimis
-
Mengubah
kelakuan anak dengan mengubah pola piker mereka
-
Mendefinisikan
masalah sebagai “musuh”
-
Membuat
kerangka baru suatu masalah dan menuliskannya
I. Aplikasi
Pertimbangan Faktor Emosional Anak dalam Perencanaan Pembelajaran.
Masalah
kepribadian sering dapat menimbulkan kelakuan yang menyimpang, lebih-lebih jika
seseorang dikategorikan tertekan perasaannya. Orang yang tertekan perasaannya
akan cenderung untuk melakukan penyimpangan, mungkin terhadap system social
ataupun terhadap pola-pola kebudayaan. Ada beberapa sifat khusus yang dapat
menimbulkan kejahatan, yaitu sebagai berikut: Sakit Jiwa ( konflik mental yang
berlebihan, cenderung antisocial, pernah melakukan dosa besar/berat)
Perkembangan
Emosional
Teori
Freudianisme dan teori psikobiologi menekankan pada perlunya peran ego dalam
diri setiap individu. Jika ego lemah, emosi akan mudah terpicu sehingga dapat
melakukan hal-hal yang melanggar batas.
Perkembangan
Mental
Mental ada
kaitannya dengan daya inteligensi. Jika seseorang mempunyai daya inteligensi
yang tajam dan dapat menilai realitas, ia semakin mudah untuk menyesuaikan diri
dengan masyarakat, dan sebaliknya.
Masa anomi
ditandai dengan ditinggalkannya keadaan yang lama dan mulai menginjak dalam
keadaan yang baru. Sebagai ukuran orang akan menjadi anomi (kebingungan) adalah
(a) di kala ia berhadapan dengan suatu kejadian atau perubqahan yang belum
pernah dialaminya, dan (b) di kala ia berhadapan dengan situasi yang baru,
ketika harus menyesuaikan diri dengan cara-cara yang baru pula.
J. Aplikasi Emosi dalam Kehidupan Sehari – hari
Proses emosi
dapat dijelaskan dari proses fisiologik, yaitu terjadinya perubahan dalam diri
(visceral change)akibat dipengaruhi system saraf autonomic, kelenjar endokrin,
dan system saraf pusat. Hypothalamus bekerja mengontrol system saraf autonomic,
selanjutnya mengawali dan memulai terjadinya kondisi dasar dan emosi. Cerebral
Cortex bertindak sebagai penggerak perbuatan emosi yang keadaannya tidak
teratur.
Perubahan
dalam reflek kulit Galvanis – GSR ( Galvanis Skin Reflex), sirkulasi ( tekanan
darah, perubahan kimiawi dan distibusinya), aktivitas “Gastrointensinal”(panas
badan), respirasi/berkeringat, berdirinya bulu kuduk, ukuran pupil matadan
sebagainya.
Kondisi bangkitnya (Arousal State) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lainnya. Proses Cerebral mempersepsi situasi dan menafsirkan sensasi selalu berbasis pada keadaan lingkungan.
Kondisi bangkitnya (Arousal State) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lainnya. Proses Cerebral mempersepsi situasi dan menafsirkan sensasi selalu berbasis pada keadaan lingkungan.
Takut dan
Marah, merupakan akibat dari proses fisiologik berbeda. Saat takut, adrenalin
berada pada aliran darah, respirasi meningkat, reflex kulit galvanis menurun
dan tekanan pada otot-otot terjadi dalam waktu singkat. Saat marah,
nonadrenalin dibawa kealiran darah, meningkatnya reflex skin galvanis,
berkurangnya respirasi, tekanan otot menyeluruh dan terjadi tekanan darah yang
meningkat.
MERANCANG
EVALUASI HASIL BELAJAR
A.
Pendahuluan
Aspek
evaluasi sering diabaikan dalam proses kegiatan belajar mengajar.jika membuat
alat evaluasi apakah memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar
B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar
Evaluasi
hasil belajar merupakan proses mulai dan menentukan objek yang diukur,
mengukurnya, mencapai hasil pengukuran, mentransformasikan ke dalam nilai, dan
mengambil keputusan lulus tidaknya seseorang, efektif tidaknya guru mengajar
atau baik-buruknya interaksi antara guru dan murid dalam proses belajar
mengajar.
C. Fungsi
ujian sebagai Instrumen Evaluasi
Suatu ujian
dikatakan bermutu baik apabila ujian tersebut: Menguji apa yang hendak diuji.
Dengan perkataan lain, rancangan ujian harus relevan dengan fungsi evaluasi
yang diinginkan. Terdiri atas serangkaian soal ujian yang baik ( valid,
relevan, spesifik, representative dan seimbang)
D.
Struktur Soal Ujian
Apapun
materi yang diujikan, hakikatnya didasarkan pada materi perkuliahan dan buku
bacaan wajib serta sejumlah handout yang dibagikan. Struktur soal harus representative,
seimbang dan relevan dengan sasaran belajar. Perlu dibuat kisi-kisi spesifikasi
soal untuk tingkat kemampuan belajar, membuat pembobotan soal dan transformasi
angka ke nilai.
E.
Kriteria Evaluasi
Penilaian
tegas dimaksudkan:
-
Membedakan
secara jelas yang lulus dan tidak lulus
-
Mengurangi
daerah ketidak pastian
Ada dua
acuan penilaian dalam pengambilan keputusan:
-
Penilaian
Acuan Patokan (Criterion Reference).
-
Penilaian
Acuan Norma (Norm Reference).
Beberapa
Konsep yang berkaitan dengan Evaluasi.
-
Validitas
Instrumen
-
Validitas
Isi, mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan isi pelajaran yang
diberikan
-
Validitas
Konstruksi, butir-butir soal membangun tes tersebut mengukur setiap aspek
berpikir sesuai tujuan instruksional khusus.
-
Validitas
“ada sekarang” , hasilnya sesuai dengan pengalaman.
-
Validitas
Prediksi, mampu meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
-
Reliabilitas
Instrumen
-
Jenis
Paralel, dua buah tes yang memiliki kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan
susunan, tetapi soalnya berbeda.
-
Jenis Tes
Ulang, jenis ini dilakukan untuk menghindari penyusunan dua seri test
-
Jenis belah
dua, jenis ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan sekali lagi.
MERANCANG
KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Perlunya
Penyiapan Rancangan Kegiatan Pembelajaran ( RKP )
Seperangkat
ini perlu disiapkan dengan tujuan pembelajaran yang jelas dan dapat
dilaksanakan sesuai kondisi setempat, secara konkrit dapat diukur sampai
seberapa jauh tujuan yang ditentukan tercapai.
B.
Bagaimana Menyusun Rancangan Kegiatan Pembelajaran
- Menuliskan
pokok bahasan dan sub pokok bahasan
- Merumuskan
TIU untuk tiap pokok bahasan
- Menyusun
pokok bahasan dan subpokok bahasan dalam skema hubungan
- Menentukan
frekuensi kuliah untuk setiap pokok bhasan
- Merumuskan
sasaran belajar
- Membuat
matriks rencana kegiatan perkuliahan (RKP)
- Menetukan
ujian dan bobot soal
- Menyusun
pedoman perkuliahan dan RKP
-
Menyerahkan rencana kegiatan perkuliahan (RKP)
PENERAPAN
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
A. Pendahuluan
Kurikulum
berbasis kompetensi sebagai paradima baru dalam system pembaharuan kurikulum pendidikan
disekolah. Muncul akibat lemahnya lulusan dalam domain pendidikan dan kebijakan
pemerintah untuk demokratisasi pendididkan.
B. Esensi
KBK
1. Guru
dan siswa bersifat toleran dalam PBM
2. Guru dan siswa belajar bersama menggali
potensinya masing – masing secara optimal.
3. Guru
harus mampu mengejawantahkan potensi diri dan bakat peserta didik.
4. Guru harus mampu menyusun rencana pembelajaran
yang mampu membangun, membentuk serta aplikatif dalam kehidupan.
5. Guru
harus mampu mengubah dirinya sendiri
6. Pendekatan
yang dilakukan adalah konstruktivisme
7. Sekolah
berkewajiban menyelenggarakan bimbingan dan konseling
8. Koordinasi antar personil dan kerjasama secara
rutin berkesinambungan perlu dijalin untuk mewujudkan peran guru.
C.
Kompetensi yang diharapkan dalam Pembelajaran
Implikasi
penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus
dan system penilaian yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan
mengintegrasikan Life Skill.
D. KBK
Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika
-
Karakteristik
mata pelajaran matematika
-
Standar
kompetensi mata pelajaran matematika
-
Pengembangan
silabus dan system penilaian
-
Penyusunan
dan analisis instrument
-
Analisis
instrument
-
Evaluasi
hasil penelitian
-
Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya
-
Pelaporan
hasil penilaian
-
Laporan
untuk siswa dan orang tua
-
Laporan
untuk sekolah
-
Laporan
untuk masyarakat
-
Pemanfaatan
hasil penilaian
-
Untuk siswa
-
Untuk orang
tua
-
Untuk guru
dan kepala sekolah
Semoga
Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@
0 Response to "Dasar Perencanaan Pembelajaran"
Post a Comment