Ilmu Tentang Doping Olahraga (Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM)
Oleh: Muhammad Akbar, S.Pd
(Penulis & Guru SMP IT Wahdah Islamiyah, Serta
Alumni Pendididkan Kepelatihan
Olahraga
Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar)
A. Pengertian Doping
Doping adalah penggunaan obat obatan
untuk meningkatkan perfomance dalam berolahraga. Berakar kata “dope”, yang
digunakan suku asli di Afrika Selatan untuk nama minuman beralkohol yang mereka
pakai dalam upacara dansa-dansi.
Adapun definisi-definisi untuk doping ini berubah-ubah terus sesuai dengan perkembangan zaman. Defmisi yang pertama digariskan adalah pada tahun 1963 dan berbunyi sebagaiberikut : doping adalah pemakaian zat-zat dalam bentukapapun yang asing bagi tubuh, atau zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar dengan jalan tak wajar pula oleh seseorang yang sehat dengan tujuan untuk mendapatkan suatu peningkatan kemampuan yang buatan secara tidak jujur. Juga bermacam-macam usaha psikologis untuk mening katkan kemampuan dalam olahraga harus dianggap sebagai suatu doping. (Hario Tilarso. Masalah Doping. Jakarta. Pusat Kesehatan Olahraga DKI)
Adapun definisi-definisi untuk doping ini berubah-ubah terus sesuai dengan perkembangan zaman. Defmisi yang pertama digariskan adalah pada tahun 1963 dan berbunyi sebagaiberikut : doping adalah pemakaian zat-zat dalam bentukapapun yang asing bagi tubuh, atau zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar dengan jalan tak wajar pula oleh seseorang yang sehat dengan tujuan untuk mendapatkan suatu peningkatan kemampuan yang buatan secara tidak jujur. Juga bermacam-macam usaha psikologis untuk mening katkan kemampuan dalam olahraga harus dianggap sebagai suatu doping. (Hario Tilarso. Masalah Doping. Jakarta. Pusat Kesehatan Olahraga DKI)
Lalu karena dirasakan sukar untuk
membedakan antara suatu pemakaian doping dengan suatu pengobatan memakai
obat-obat stimulantia maka ditambah pula hal-hal baru dalam definisi tersebut :
Bila karena suatu pengobatan terjadi kenaikan suatu kemampuan fisik karena
khasiat obat atau karena dosis yang berlebih maka pengobatan tersebut dianggap
sebagai suatu doping.
Pada Kongres Ilmiah Olahraga Internasional yang diadakan pada saat berlangsungnya Olympiade Tokyo 1964 diadakan perubahan definisi doping tersebut menjadi sebagai berikut Doping adalah pemberian kepada ,atau pemakaian oleh seorang atlet yang bertanding, suatu zat asing melalui cara apapun, atau suatu zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar, atau diberikan dengan cara yang tak wajar dengan maksud/tujua khusus untuk meningkatkan secara buatan dengan cara yang tak jujur kemampuan si atlet dalam pertandingan. Dalam kontek sekarang, doping diartikan penggunaan bahan-bahan kimia yang terlarang yang diduga bisa membahayakan kesehatan pemakainya.
Pada Kongres Ilmiah Olahraga Internasional yang diadakan pada saat berlangsungnya Olympiade Tokyo 1964 diadakan perubahan definisi doping tersebut menjadi sebagai berikut Doping adalah pemberian kepada ,atau pemakaian oleh seorang atlet yang bertanding, suatu zat asing melalui cara apapun, atau suatu zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar, atau diberikan dengan cara yang tak wajar dengan maksud/tujua khusus untuk meningkatkan secara buatan dengan cara yang tak jujur kemampuan si atlet dalam pertandingan. Dalam kontek sekarang, doping diartikan penggunaan bahan-bahan kimia yang terlarang yang diduga bisa membahayakan kesehatan pemakainya.
B. Macam-Macam
Doping
a. Macam doping
Ambisi untuk menang dalam jagat olah
raga, baik bagi kebanggaan diri sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan
atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan segala cara. Tersering,
cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau
zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat. Cara tersebut populer
disebut doping dilarang dalam dunia olah raga karena dianggap tidak jujur.
Selain itu, doping juga berbahaya bagi kesehatan si atlet sebab itu dapat
menyebabkan timbulnya penyakit, cacat, bahkan kematian. Jadi, keuntungan yang
didapat tidaklah seimbang dengan kerugian yang akan diderita bertahun-tahun
kemudian. Belum lagi kalau ketahuan, si atlet dan pembinanya harus menanggung
rasa malu.
Keberadaan doping di kalangan atlet
agak sulit dibendung selama si atlet tidak mengakui keberadaan dan kemampuan
fisiknya sendiri. Sudah banyak peraturan dan batasan-batasan yang sengaja
dibuat untuk selalu menjaga kejujuran, bahkan sudah banyak sanksi tegas, mulai
dari yang ringan sampai yang berat, diberlakukan pada mereka yang terbukti
melanggar.
Hingga kini, jenis obat yang masuk
doping adalah golongan stimulant (perangsang), golongan narkotik analgesic,
golongan anabolik steroid, golongan betablocker, golongan diuretika, dan
golongan peptide hormons dan analognya. Selain itu, ada cara tertentu yang
termasuk doping yaitu doping darah, manipulasi secara fisik, dan farmakologi.
Adapun, bahan obat yang dibatasi adalah alkohol, mariyuana, anestesi lokal, dan
kortikosteroid.
Salah satu jenis doping yang paling
sering digunakan para atlet adalah obat-obatan anabolik, termasuk hormon
androgenik steorid. Jenis hormon ini punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria
maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh serta
meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung.
Khusus bagi atlet perempuan,
pemakaian hormon ini akan menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis,
suara berat, dan serak. Lalu, timbul gangguan menstruasi, perubahan pola
distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan
agresivitas. Bagi atlet remaja, itu akan mengakibatkan timbulnya jerawat. Yang
terpenting, pertumbuhannya akan berhenti.
Zat doping lain yang digunakan
biasanya oleh pemanah dan penembak dengan tujuan meningkatkan ketenangan,
mengurangi tangan gemetar, menurunkan denyut jantung agar lebih mudah
berkonsentrasi adalah obat yang tergolong betablocker. Obat ini digunakan
dokter untuk mengobati penyakit jantung, yaitu mengurangi palpitation (jantung
berdebar) dan menurunkan tekanan darah (penderita penyakit jantung akibat
tekanan darah tinggi).
Psikostimulansi: Amfetamin, kokain, nikotin, kofein.
Psikostimulansi: Amfetamin, kokain, nikotin, kofein.
Ketergantungan fisik tidak begitu
kuat, sedangkan ketergantungan psikis bervariasi dari lemah (kofein) sampai
sangat kuat (amfetamin, kokain).
Senyawa anfetamin: anfetamin,
metamfetamin (“speed”) MTA, dan ectasy. Pada waktu perang dunia ke-II, senyawa
ini banyak digunakan untuk efek stimulansnya, antara lain meningkatkan daya
tahan prajurit dan penerbang, menghilangkan rasa letih, mengantuk, maupun
lapar, dan meningkatkan kewaspadaan dan aktivitas. Selain itu zat ini juga
meningkatkan tekanan darah dan rate jantung, yang dapat menyebabkan stroke
maupun serangan jantung. Seusai perang zat ini, yang juga disebut “pep-pills”,
sering sekali disalah gunkan oleh mahasiswa dan pengemudi truk untuk memberikan
perasaan nyaman (euphoria), serta menghilangkan rasa kantuk dan lelah.
Dikalangan atletik zat ini digunakan sebagai “doping” untuk meningkatkan
prestasi yang melampai batas kemampuan normal. Keadaan ini tidak wajar dan
berbahaya, karena rasa letih merupakan peringtan dari tubuh bahwa seseorang
tersebut telah sampai batas kemampuannya. Jika dipaksakan bisa menimbulkan
“exhaustion” yang membahayakan kesehatan.
Overdose dapat berbahaya, dapat
menimbulkan kekacauan pikiran, delirium, halusinasi, perilaku ganas, dan juga
aritmia jantung yang dapat menimbulkan masalah serius. Untuk mengatasi gejala
ini digunakan sedative misalnya diazepam.
b. Efek Doping
Meskipun atlet sudah tahu akan bahaya
doping tetapi mereka tetap saja melakukannya tanpa berpikir panjang. Atlet yang
melakukan doping biasanya karena stres, ia tidak mencapai hasil latihan yang
maksimal. Selain itu juga dapat dikarenakan tergiur akan hadiah pada
turnamen/pertandingan. Penyesalan memang selalu datang diakhir, setelah atlet
pensiun maka ia akan berpikir dan merasa bahwa doping berpengaruh pada
tubuhnya.
Pengaruh atau efek doping tergantung
pada jenis obatnya dan biasanya akan dirasakan setelah beberapa tahun atau
setelah atlet berusia tua. Berikut jenis obat doping dan pengaruhnya bagi tubuh
:
Ø Analgesic.
Sebagai penghilang rasa sakit ketika haid menjelang. Tetapi, dampaknya jika
salah memilih obat bisa mengakibatkan sulit bernapas, mual, kehilangan
konsentrasi, dan mungkin menimbulkan adiksi atau kecanduan.
Ø Diuretika
contoh : acetazolamide, bumetanide, chlorthalidone. Pada beberapa jenis olah
raga yang memiliki kriteria berat badan, misalnya angkat besi,diuretika untuk
mengeluarkan cairan tubuh. Banyak dan cepatnya pengeluaran air seni ini akan
cepat menurunkan berat badan sebab 60 persen dari berat badan manusia terdiri
atas air. Sayangnya, bersama itu akan terbawa keluar pula beberapa jenis garam
mineral. Akibatnya, timbul kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan.
Pemakaian yang terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan
jantung. selain dehidrasi, sakit kepala, mual, dan detak jantung yang tidak
normal, dehidrasi yang parah dapat menyebabkan ginjal dan jantung berhenti
bekerja
Ø Eritropoetin dan
menyuntikkan darah ,Kedua cara ini akan meningkatkan jumlah sel darah merah di
dalam tubuh. Fungsi sel darah merah melalui hemoglobin adalah mengangkut
oksigen. Dengan jumlah oksigen yang cukup bagi seluruh tubuh, proses pembakaran
akan berjalan lancar sehingga energi yang dihasilkan akan bertambah. Cara ini
biasanya untuk atlet yang memerlukan daya tahan lama. Misalnya, untuk lari
jauh, maraton, thriatlon, sky, berenang 800 m, dan balap sepeda jarak jauh.
Namun, efek bahaya suntikan eritropoetin darah menjadi lebih pekat sehingga
mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke(pecahnya pembuluh darah di
otak).
Ø Doping dengan
suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di
atas normal, dan mungkin gangguan ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan
analognya dapat berakibat atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih,
depresi, pembesaran buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung. Selain
sejumlah kerugian tadi, dampak kejiwaan yang diderita atlet pengguna doping yang
ketahuan adalah siksaan tersendiri. Banyak atlet pemakai doping yang menderita
depresi.
Ø Obat-obatan
anabolik, termasuk hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini punya efek
berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan
hormon tubuh serta meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung.
Khusus bagi atlet perempuan, pemakaian hormon ini akan menyebabkan tumbuhnya
sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Lalu, timbul gangguan
menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran
buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, itu akan
mengakibatkan timbulnya jerawat dan pertumbuhannya akan berhenti. Efek samping
lainnya yaitu meningkatkan tekanan darah dan suhu tubuh, meningkatkan dan
membuat tidak beraturan detak jantung, serangan dan kegelisahan, kehilangan
nafsu makan dan kecanduan. Ini dapat menyebabkan jantung berhenti, stroke dan
kematian. Stimulan ini dapat ditemukan dalam resep dan obat-obat yang dijual di
konter termasuk dalam herbal dan makanan tambahan.
Ø Anabolic steroids
Contohnya androstenedione, nandrolone dan stanozolol. Untuk merangsang sel otot
dan tulang untuk membuat protein baru. Mereka meningkatkan kekuatan otot dan
mendorong pertumbuhan otot baru, meniru pengaruh dari hormon seks laki-laki
testosteron. Mereka juga meningkatkan tekanan darah, memperkeras arteri dan
meningkatkan resiko sakit jantung, sakit lever, dan kanker tertentu.
Ø HGH Human Growth
Hormone (hormon pertumbuhan manusia), somatotrophin. menyamai hormon
pertumbuhan dalam darah yang dikendalikan oleh mekanisme kompleks yang
merangsang pertumbuhan, membantu sintesa protein dan menghancurkan lemak. HGH
disalahgunakan oleh saingan untuk merangsang otot dan pertumbuhan jaringan.
Efek yang merugikan termasuk kelebihan kadar glukosa, akumulasi cairan, sakit
jantung, masalah sendi dan jaringan pengikat, kadar lemak tinggi, lemahnya
otot, aktivitas thyroid yang rendah dan cacat.
Ø ERYTHROPOIETIN
(EPO) EPO dipeoduksi oleh ginjal untuk merangsang produksi sel darah merah
untuk mengangkut oksigen. Kegunaan utama dari EPO sintetis adalah untuk
mengobati anemia. Ini disalahgunakan oleh atlet jarak jauh, pemain ski
cross-country dan pembalap sepeda untuk meningkatkan daya tahan. Efek yang
merugikan termasuk tekanan darah tinggi, menyumbat pembuluh arteri dan vena,
pembengkakan otak, jantung berdebar, sakit dan luka pada otot dan mual.
Ø BETA-BLOCKERS,
untuk membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paru-paru dan aliran
darah, memperlambat rata-rata detak jantung. Itu dilarang dalam olahraga
seperti panahan dan menyelam karena menghindarkan getaran. Efek merugikan yang
terjadi antaralain mimpi buruk, susah tidur, kelelahan, depresi, gula darah
rendah dan gagal jantung.
Ø Doping darah.
Mengatur sel darah merah atau hasil peroduksi yang terkait untuk menambah
jumlah sel darah merah buatan yang ada di dalam tubuh, yang meningkatkan
kapasitas pengangkutan oksigen dalam tubuh. Darah dapat diambil dari atletnya
sendiri dan disimpan selama dua atau tiga bulan menjelang kompetisi. Efek
merugikan termasuk gagal ginjal dan lever dan kerusakan otak.
C. Doping Kopi Dalam Aktivitas
Olahraga
Banyak sekali yang suka akan minuman
yang satu ini. Kopi sangat disukai terutama orang tua dan pekerja. Tetapi
sekarang ini kopi tidak hanya dinikmati oleh orang tua dan pekerja saja, remaja
dan anak-anak juga banyak yang menyukainya. Bagi remaja dan pelajar kopi
biasanya sebagai teman begadang. Kopi selalu menemaninya dengan setia terlebih
bila saat ujian sekolah tiba, kopi sebagai pilihan utama untuk teman begadang.
Kopi ada dua jenis, yaitu kopi
arabica dan kopi robusta. Kopi robusta memiliki kandungan kafein dua kali lebih
besar dibanding kopi Arabica. Kebolehan dan kejelekan kopi bagi kesehatan tubuh
ditentukan oleh pengaruh kafein yang dikandungnya dan kondisi tubuh ketika
menikmatinya.
Kafein merupakan zat alami yang
terdapat dalam kopi, teh dan coklat yang bermanfaat meransang kerja
syarat pusat, memicu detak jantung dan aliran darah serta meredam rasa
ngantuk. Kafein juga terdapat dalam berbagai minuman minuman olahan
pabrik separti Coca cola, Pepsi dan aneka minuman suplemen energi,
karena ditambahkan secara sengaja dalam proses pembuatannya.
Kandungan kafein dari berbagai minuman tersebut amat bervariasi, namun yang
relatif tinggi adalah dalam kopi instan dan kopi yang tidak
diendapkan.
Dalam penulisan makalah ini akan
menekankan tentang efek yang ditimbulkan setelah minum kopi pada
saat melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. Kami sudah melakukan uji
coba pada probandus pada saat mengikuti kuliah fisiologi praktikum. Probandus
minum kopi bubuk yang dicampur gula dan dalam keadaan panas. Berikut urutan
kerja praktikum yang telah kami lakukan :
1. Ukur denyut nadi dan tekanan darah
2. Lempar bola 10 kali
3. Ukur waktu reaksi dengan sentuhan
4. Minum kopi
5. Istirahat 20 menit
6. Ukur denyut nadi dan tekanan darah
7. Lempar bola 10 kali
8. Ukur waktu reaksi dengan sentuhan
9. Minum kopi
10. Istirahat 20 menit
11. Ukur denyut nadi dan tekanan darah
12. Lempar bola 10 kali
13. Ukur waktu reaksi dengan sentuhan
2. Lempar bola 10 kali
3. Ukur waktu reaksi dengan sentuhan
4. Minum kopi
5. Istirahat 20 menit
6. Ukur denyut nadi dan tekanan darah
7. Lempar bola 10 kali
8. Ukur waktu reaksi dengan sentuhan
9. Minum kopi
10. Istirahat 20 menit
11. Ukur denyut nadi dan tekanan darah
12. Lempar bola 10 kali
13. Ukur waktu reaksi dengan sentuhan
Penulis hanya menuliskan dua data
dari praktikum yang telah dilakukan. Berikut data yang telah diperoleh :
Langkah Kegiatan
Sigit Triwibowo Anandito Wisma Aji
1. Denyut nadi 78/menit /
123/70 MmHg 82/menit / 128/79 MmHg
2. Hasil Lemparan 3,5,1,1,1,5,5,1,1,1 = 24 1,1,3,3,1,5,3,3,3,3 = 26
3. Waktu reaksi dengan sentuhan 6,91-6,77 = 0,14
4,81-4,63 = 0,18 8,40-8,32 =0,17
7,32-7,15 = 0,17
Setelah minum kopi dan istirahat 20 menit
4. Denyut nadi 84/menit 102/menit
5. Tekanan darah 130/77 MmHg 134/91 MmHg
6. Hasil lemparan 1,3,3,3,1,3,3,3,3,3 = 26 1,3,1,3,5,1,3,5,1,5 = 28
7. Waktu reaksi dengan sentuhan 5,01 – 4,90 = 0,11
5,36 – 5,21 = 0,15 0,13
0,14
Setelah minum kopi dan istirahat 20 menit
8. Denyut nadi 94/menit 112/menit
9. Tekanan darah 132/88 MmHg 136/95 MmHg
10. Hasil lemparan 1,3,5,5,5,5,5,5,3,3 = 40 5,3,5,1,1,3,3,3,3,5 = 32
11. Waktu reaksi dengan sentuhan 0,12 0,11
2. Hasil Lemparan 3,5,1,1,1,5,5,1,1,1 = 24 1,1,3,3,1,5,3,3,3,3 = 26
3. Waktu reaksi dengan sentuhan 6,91-6,77 = 0,14
4,81-4,63 = 0,18 8,40-8,32 =0,17
7,32-7,15 = 0,17
Setelah minum kopi dan istirahat 20 menit
4. Denyut nadi 84/menit 102/menit
5. Tekanan darah 130/77 MmHg 134/91 MmHg
6. Hasil lemparan 1,3,3,3,1,3,3,3,3,3 = 26 1,3,1,3,5,1,3,5,1,5 = 28
7. Waktu reaksi dengan sentuhan 5,01 – 4,90 = 0,11
5,36 – 5,21 = 0,15 0,13
0,14
Setelah minum kopi dan istirahat 20 menit
8. Denyut nadi 94/menit 112/menit
9. Tekanan darah 132/88 MmHg 136/95 MmHg
10. Hasil lemparan 1,3,5,5,5,5,5,5,3,3 = 40 5,3,5,1,1,3,3,3,3,5 = 32
11. Waktu reaksi dengan sentuhan 0,12 0,11
Setelah melakukan praktikum tersebut
kami dapat menarik kesimpulan bahwa Setelah minum kopi detak jantung meningkat
sehingga jantung akan lebih sering memompa darah, merangsang sistem saraf dan
meningkatkan temperatur tubuh. Dengan meningkatnya temperatur tubuh, maka
kandungan kafein dalam kopi difungsikan sebagai pembakar lemak termogenik,
sehingga dengan minum kopi sebelum aktivitas olahraga, tubuh akan membakar
lemak lebih banyak dalam sesi olahraga tersebut, Jadi kafein dalam kopi baru
berfungsi untuk membantu membakar kelebihan lemak apabila kita berolahraga.
Jika kita tidak melakukan aktivitas untuk membakar lemak, maka fungsi kopi
hanya akan membuat kita menjadi energik dan bersemangat kembali karena kafein
merangsang sistem saraf,
Hal tersebut diperkuat dari perolehan
data hasil praktikum yang menunjukkan peningkatan kerja pada aktivitas fisik.
Studi lain menunjukkan bahwa kafein dari segelas kopi dapat meningkatkan kadar
adrenalin dan system pembuluh darah sehingga bila kafein diminum di pagi hari
akan meningkatka semangat kerja dan kemampuan kerja fisik. Kafein juga
meningkatkan penggunaan lemak tubuh untuk menghasilkan energy
d. Termasuk Dalam Apakah
Kopi?
Dosis kafein yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan adalah bila lebih dari 500 mg kafein
perhari yang setara dengan 4-5 gelas kopi instan. Kelebihan
kafein yang menggganggu kesehatan antara lain berupa sakit kepala, pegal otot,
sulit tidur dan banyak buang air kecil. Endang menyebutkan dalam artikelnya
yang berjudul Efek Kafein, “bahwa kafein juga bisa berperan sebagai doping”.
Pasalnya, masuknya kafein ke tubuh sekitar 3 sampai 5 miligram/kilogram sebelum
olahraga terbukti meningkatkan stamina. Pemberian 400 miligram kafein dengan
membagi dosis atas 200 miligram 3 jam sebelum pertandingan olahraga, dan
diikuti satu jam kemudian sebanyak 200 miligram akan meningkatkan performance.
“Penggunaan lebih dari 6 mg/kg, jumlah yang ke luar melalui urine termasuk
kriteria doping.
Maka tidak dianjurkan minum
kafein dalam dosis tinggi. Melalui hasil praktikum tersebut di atas penulis
dapat menarik kesimpulan bahwa kopi dapat meningkatkan kerja tubuh yaitu dengan
ditandai menigkatnya denyut jantung, tekanan darah dan hasil waktu reaksi yang
dilakukan probandus semakain cepat. Jika seseorang dalam setiap harinya
menghabiskan lebih dari empat gelas kopi yang setara dengan 500 gram kafein,
maka dapat dikategorikan doping meskipun secara internasional belum ada UU
tentang doping kopi, tetapi sudah banyak peneliti yang meneliti tentang kopi.
C. Mengapa
Menggunakan Doping
Tak perlu bertanya kepada para
pelaku, kita bisa menduga bahwa prestasi, gengsi, ambisi, bonus, uang,
ketenaran, hiruk pikuk tepukan dan puja puji adalah jawaban mengapa seorang
atlet menggunakan doping. Bisa jadi atlet hanyalah alat dari ambisi terselubung
sebuah institusi induk organisasi, atau siapapun yang berada di balik layar,
atau bahkan sebuah negara. Siapa yang dapat mengetahuinya ?
Sejauh ini, jika seorang olahragawan
dicurigai dan pada pemeriksaan berikutnya benar-benar terbukti menggunakan
Doping, maka dialah terdakwa utama, mungkin ada kambing hitam yang ikut
berperan namun luput dari jeratan sanksi. Atau, tak jarang pula olahragawan
tersebut memang pengguna doping sejati yang merancangnya secara sistematis demi
sebuah prestasi.
Kita memaklumi, banyak negara menjadikan olahraga bak sebuah industri, melibatkan uang, melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Di sisi lain, sajian olahraga menjadi makin menarik, penuh pesona, mampu menyedot perhatian berjuta pasang mata, menciptakan kelompok-kelompok para fans, melecut gairah, menggugah histeria.
Kita memaklumi, banyak negara menjadikan olahraga bak sebuah industri, melibatkan uang, melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Di sisi lain, sajian olahraga menjadi makin menarik, penuh pesona, mampu menyedot perhatian berjuta pasang mata, menciptakan kelompok-kelompok para fans, melecut gairah, menggugah histeria.
Kadang memicu pertengkaran,
perkelahian atau bahkan nyawapun jadi tumbal. Untuk itulah para olahragawan
(dan para ofisial) dituntut selalu tampil prima untuk meraih impian, yakni
kemenangan dan prestasi Tak ada yang salah ketika “kemenangan”, “gengsi” dan
prestasi dikumandangkan. Namun upaya ke arah itu sepantasnya menggunakan
cara-cara jujur dengan menjunjung tinggi nilai sportivitas sebagai “ruh” olah
raga itu sendiri. Tentu dengan latihan tekun, teratur, terukur, sistematis
dengan memanfaatkan teknologi terkini sejauh tidak melanggar ketentuan Induk
Organisai Olahraga dan tidak merugikan kesehatan. Selain hal tersebut diatas,
sebab-sebab atlet melakukan doping juga dikarenakan oleh :
1) Atlet tidak
mengerti/tidak mau mengerti akan bahaya dari Doping.
2) Keinginan
pribadi si atlit untuk menang dengan cara apapun.
3) Rangsangan
hadiah apabila ia menang (segi komersiel).
4) Si atlet merasa
yakin bahwa obat yang mereka minum adalah baru dan tidak dapat dideteksi dalam
air seninya.
Untuk mengurangi dan menghindari
doping jalan yang dapat ditempuh untuk adalah dengan cara :
1) Penyebarluasan
pengertian tentang efek buruk doping bagi tubuh.
2) Memberikan
sanksi-sanksi yang sangat berat bagi para pemakainya.
Hubungan antara Prestasi dan
Sportivitas
Masih teringat jelas dalam pikiran
kita, baru-baru ini seorang ratu atletik dari negeri Paman Sam dihukum 6 bulan
karena keterlibatannya dengan doping dan dinilai mencemari nilai-nilai
sportivitas dalam olah raga. Jika diruntut ke belakang, makin banyaklah daftar
nama atlet terkenal yang terlibat Doping dan berakhir dengan sanksi. Bantahan
atlet ataupun pembelaan dari para ofisial tak dapat melindungi si atlet dari
jeratan hukum berdasarkan hasil pemeriksaan.
Seorang atlet ternama yang melakukan doping secara tidak langsung telah membohongi banyak publik.
Seorang atlet ternama yang melakukan doping secara tidak langsung telah membohongi banyak publik.
Apabila ia melakukan doping berarti
ia tidak percaya akan kemampuan yang dimilikinya, Ia akan merasa tidak nyaman
dan merasa kemampuannya terus menurun apabila tidak mengonsumsi suplemen atau
obat-obatan. Atlet yang melakukan doping berarti tela merusak citra olahraga
dan tidak menjunjung sportivitas. Apakah kemenangan dengan cara yang
tidak jujur rasanya puas dan bangga bila dibandingkan dengan kemenangan
yang bersih dan jujur? Atlet yang melakukan doping kurang menyadari akan
sportivitas dan tidak menjunjung via olahraga.
Apabila seorang atlet ingin diakui
dan berprestasi maka ia harus berlatih dengan giat dan tekun serta bersaing
dengan jujur tanpa doping. Karena doping hanya akan menejerumuskan dan merusak
tubuh serta bila ketahuan menggunakan doping maka akan menanggung malu dan
mendapatkan hukuman dari pihak yang berwenang yaitu WADA ( World Anti Doping
Agency ), sebuah lembaga yang khusus menangani doping.
Peran Pemerintah dalam Menanggulangi
Doping
Banyak sekali upaya yang telah
dilakukan oleh pemerintah guna menangani kasus doping di Indonesia. Jakarata,
Kompas – Sebagai upaya untuk menjaga kemurnian olahraga dan nilai-nila olahraga
dari tindakan yang merusak citra olahraga, Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) membentuk Lembaga Anti Doping Indonesia, Jumat 6 Agustus 2004 di
Jakarta. Lembaga tersebut independen dan terdiri atas para profesional, seperti
dokter dan ahli hukum.
LADI merupakan tindak lanjut
Indonesia dari konvensi dan deklarasi antidoping dalam olahraga, 3-5 Maret 2003
di Kopenhagen, Denmark, yang diwajibkan World Anti-Doping Agency (WADA). Dalam
hal ini LADI tidak memiliki wewenang untuk menjatuhakan sanksi kepada atlet
yang terbukti positif doping, LADI hanya memberikan analisis sampel, sedang
sanksi diberikan oleh induk olahraga yang bersangkutan. Bagi atlet yang positif
doping, WADA menjatuhkan sanksi berupa dua tahu skorsing sehingga atlet tesebut
tidak boleh berkompetisi sama sekali selama jangka waktu tersebut. Jika dia
untuk kedua kalinya kedapatan doping lagi, maka WADA menjatuhkan sanksi serupa
dengan yang pertama. Akan tetapi, jika terbukti positif doping sekali lagi
atlet tersebut dilarang bertanding seumur hidup. “Hal itu lebih ringan daripada
sanksi IOC sebelumnya, yaitu sanksi larangan bertanding plus denda ribuan dolar
AS,” kata Cahyo Adi (Kompas, 7 Agustus 2004).
Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah
Khairan@
0 Response to "Ilmu Tentang Doping Olahraga (Pendididkan Kepelatihan Olahraga FIK UNM) "
Post a Comment