Pendidikan Jasmani: Pendidikan Jasmani Dan Olahraga
Peran dan kedudukan pendidikan jasmani di sekolah tidak dapat berjalan
sesuai dengan kaidah-kaidah penjas. Karena sebagian besar warga sekolah
(Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah, dan Siswa) masing menganggap
bahwa mata pelajaran penjas hanyalah sebagai matapelajaran pelengkap
saja (bukan yang diuji-nasionalkan, sehingga tidak atau kurang penting).
Akibatnya perhatian dari warga sekolah kurang bagus.
Selain itu, mata pelajaran penjas selalu diidentikan dengan prestasi.
Dengan kata lain yang prestasi “olahraga”nya jelek berarti penjasnya
juga tidak bagus. Alat dan fasilitas yang diberikan juga kurang memadai
(masih sangat kurang). Selama ini upaya yang dilakukan, baik Kepala
Sekolah, guru maupun siswa, tidak begitu nyata. Masalah penting lain
yang dihadapi penjas sekarang ini adalah sebagian siswa dan orangtua
bahkan masyarakat menganggap peranan penjas tidak begitu penting, mereka
lebih mementingkan ikut privat atau less bidang studi seperti Bahasa
Inggris, Matematika, daripada mengutamakan anaknya latihan di klub
olahraga.
Pelaksanaan penjas di dalam matapelajaran yang
jarak lapangannya kurang lebih 400 m dari sekolah, adapun lapangan di
sekolah, kadang tidak memungkinkan untuk dipakai sekaligus oleh 3 orang
guru penjas. Jam pelajaran kadang sampai jam terakhir, yang kadang
membuat anak cepat lelah dan malas berolahraga. Secara umum, unsur
sekolah masih menganggap bahwa matapelajaran pendidikan jasmani hanya
sebagai matapelajaran nomor sepuluh, yang utama adalah matapelajaran
yang di ujian nasional-kan. Namun demikian, matapelajaran pendidikan
jasmani oleh kepala sekolah, guru-guru non pendidikan jasmani, orangtua,
atau siswa masih dianggap lebih penting dibandingkan dengan
matapelajaran muatan lokal. Karena matapelajaran pendidikan jasmani
dapat mengangkat nama baik sekolah lewat prestasi siswanya di bidan
olahraga seperti dalam kegiatan POPDA baik tingkat provinsi, kabupaten
maupun pertandingan inter-sekolah. Ini berarti olahraga pendidikan di
sekolah masih dianggap sebagai olahraga prestasi.
Fenomena
pembelajaran pendidikan olahraga di sekolah terbagi kedalam dua
kategori. Pertama, olahraga dalam bentuk sport yang kemudian
dikembangkan menjadi sports skills (keterampilan teknik cabang
olahraga). Olahraga sebagai bentuk keterampilan teknik kecabangan
olahraga disampaikan kepada siswa dalam bentuk pelatihan, pengulangan,
dan pembiasaan, dengan harapan para siswa mampu dan menguasai berbagai
teknik kecabangan olahraga. Proses ini diharapkan mengantarkan para
siswa bisa memiliki keterampilan tinggkat tinggi, yang kemudian berakhir
pada tingkat pencapaian prestasi, para siswa menjadi pemenang dan juara
di berbagai pertandingan olahraga.
Kedua, penyelenggaraan
pendidikan jasmani yang berakar dari filosofi gerak insani, yang
diwujudkan kedalam bentuk berbagai aktivitas jasmani. Manipulasi
aktivitas jasmani ini perlu menyebabkan para siswa mengalami proses
belajar-mengajar. Orientasi belajar-mengajar inilah yang menjadi
perhatian sehingga bisa memunculkan tingkat kebugaran fisikal,
penguasaan keterampilan, pengetahuan dan pemahaman, keterampilan sosial,
dan sikap serta apresiasi terhadap peranan dan keterampilan sehingga
mengantarkan para siswa bisa membekali diri untuk beraktivitas jasmani
sepanjang hayat. Kebisaan, pengetahuan, dan sikap sosial inilah yang
menjadi orientasi sehingga para siswa memiliki kemampuan memelihara dan
meningkatkan kualitas hidup. Berbagai aktivitas jasmani atau olahraga
yang dilakukan siswa sepanjang hidupnya diharapkan mampu mengantarkan
siswa memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Dua fenomena
inilah yang menjiwai pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah.
Orientasi utama pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah diarahkan pada
pembekalan kecakapan hidup melalui belajar olahraga atau aktivitas
jasmani, mengantarkan siswa mampu mengatasi segala tantangan aktivitas
jasmani di lingkungannya. Fenomena pendidikan olahraga perlu diarahkan
pada model mutakhir olahraga sebagai bukan hanya bermakna keuntungan
biologis-tubuh, nilai-nilai pedagogis, tetapi secara terpadu dan
konstruktif guru dan siswa membangun bahtera belajar olahraga bagi
kepentingan pencapaian tujuan pendidikan.Membahas olahraga di pendidikan tidak lepas dari pendidikan
jasmani dan kesehatan yang digunakan di Indonesia. Ada yang berpendapat
bahwa olahraga dan pendidikan jasmani merupakan dua istilah yang mempunyai satu
pengertian yang sama, apabila ada perbedaan hanya pada intensitasnya. Pendapat
lain mengatakan berbeda.
Menurut UNESCO lewat ICSPE Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani, dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak
Pendidikan Jasmani dan
Olahraga merupakan aktivitas fisik dan dapat berupa permainan. Tujuannya tidak
sama akan tetapi dalam bagian tertentu menunjukan kaitan satu sama
lain. Berdasarkan dokumen yang resmi, Pendidikan Jasmani (physical
education) digunakan untuk kalangan pendidikan sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan. Sedangkan Olahraga (Sport) untuk kegiatan di luar pendidikan
yang berorientasi pada peningkatan prestasi melalui pertandingan dan
perlombaan.
Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Penjas-Or) merupakan bagian dari kurikulum standar Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah. Dengan pengelolaan yang tepat, maka pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan Jasmani, Rohani dan Sosial Peserta didik tidak pernah diragukan.Pendidikan Jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera Rohani (melalui kegiatan jasmani), yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani. Olahraga adalah kegiatan pelatihan jasmani, yaitu kegiatan jasmani untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan gerak dasar maupun gerak ketrampilan (kecabangan olahraga).
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran dan tubuh yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistic tubuh jiwa ini termaksud pula penekanan pada ketiga domain kependidikan, psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa”. Artinya, dalam tubuh yang baik “diharapkan” pula jiwa yang sehat, seperti dengan pepatah “men sana in corporesano” Akan tetapi, apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan asmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominant dalam masyarakat kita atau diantara pengembang tugas penjas sendiri. Masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani disekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas disekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang lebih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani dikita masih tidak ditekankan kemana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali.
Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Penjas-Or) merupakan bagian dari kurikulum standar Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah. Dengan pengelolaan yang tepat, maka pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan Jasmani, Rohani dan Sosial Peserta didik tidak pernah diragukan.Pendidikan Jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera Rohani (melalui kegiatan jasmani), yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani. Olahraga adalah kegiatan pelatihan jasmani, yaitu kegiatan jasmani untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan gerak dasar maupun gerak ketrampilan (kecabangan olahraga).
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran dan tubuh yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistic tubuh jiwa ini termaksud pula penekanan pada ketiga domain kependidikan, psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa”. Artinya, dalam tubuh yang baik “diharapkan” pula jiwa yang sehat, seperti dengan pepatah “men sana in corporesano” Akan tetapi, apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan asmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominant dalam masyarakat kita atau diantara pengembang tugas penjas sendiri. Masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani disekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas disekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang lebih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani dikita masih tidak ditekankan kemana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali.
0 Response to "Pendidikan Jasmani: Pendidikan Jasmani Dan Olahraga"
Post a Comment