Pelajaran Dibulan Ramadhan (bag 2)
Allah telah berjanji untuk memberikan pahala bagi
orang-orang yang bersyukur atas segala nikmat-Nya dan mengamalkan
perintah-perintahNya. Allah pun telah berjanji untuk mengazab orang-orang yang
tidak menjaga perintah dan larangan-Nya, menuruti keridaan setan dan
meninggalkan keridaan Allah. Setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia akan
ditanyai kelak di hari kiamat. Allah ta’ala berfirman:
وَلا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Janganlah
kalian mengikuti perkara yang kalian tidak memiliki ilmu tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan ucapanmu akan dimintai
pertanggungjawaban (kelak di akhirat)” (QS. Al-Isra: 36)
وَتُكَلِّمُنَا
أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Tangan-tangan
mereka akan berbicara kepada kami dan kaki-kaki mereka akan bersaksi atas
apa yang telah mereka perbuat (semasa di dunia)” (QS. Yasin: 65)
وَيَوْمَ
يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ, حَتَّى إِذَا مَا
جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ, وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا
أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ
مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
DanAllah
juga berfirman, “Pada hari dikumpulkannya musuh-musuh Allah di neraka dalam
keadaan berkelompok-kelompok. hingga datang sebagai saksi atas mereka
yaitu pendengaran mereka, penglihatan mereka, kulit-kulit mereka terhadap apa yang
dilakukan (selama di dunia) dan mereka berkata kepada kulit mereka mengapa
kalian bersaksi atas kami?maka mereka menjawab Allah telah membuat kami bisa
berbicara sebagaimana dia bisa membuat bicara segala sesuatu dan dia
menciptakan kalian pertama kali dan kepada-Nya lah kalian kembali.” (QS.
Fushshilat: 19)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
kepada Muadz bin jabal radhiyallahu ‘anhu setelah dia memerintahkannya
untuk menjaga lisannya. Maka Muadz bertanya:
“يا
نبي الله، وإنا لمؤاخذون بما نتكلم به؟ قال عليه الصلاة والسلام: “ثكلتك أمك يا
معاذ وهل يكب الناس في النار على وجوههم، أو قال: على مناخرهم إلا حصائد ألسنتهم”
رواه الترمذي.
“Wahai Nabi Allah apakah kita akan
diazab karena apa yang telah kita ucapkan? Berkata Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Ibumu kehilangan dirimu wahai Muadz. Bukankah
seseorang diseret atas wajahnya atau di atas batang hidungnya karena
ucapan lisannya?” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda:
من
يضمن لي ما بين لحييه وما بين رجليه أضمن له الجنة”. رواه البخاري
“Barangsiapa
yang menjamin padaku bahwa dia mampu menjaga antara dua tulang rahangnya
(lisan) dan di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku jamin ia masuk surga.” (HR. Bukhari)
Nabi
shallallahu ‘alahi wa sallam juga bersabda:
من
كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت
“Barang
siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik
atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
المسلم
من سلم المسلمون من لسانه ويده
“Seorang
muslim adalah orang yang tidak mengganggu muslim yang lain dengan lisan dan
tangannya. ” (HR.
Bukhari dan Muslim)
المفلس
من أمتي من يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة ويأتي وقد شتم هذا وقذف هذا وأكل
مال هذا وسفك دم هذا وضرب هذا فيعطى هذا من حسناته وهذا من حسناته فإن فنيت حسناته
قبل أن يقضي ما عليه أخذ من خطاياهم فطرحت عليه ثم طرح في النار” رواه مسلم
“Orang
yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan
amalan shalat, puasa dan zakat dalam keadaan dahulunya mencaci orang lain,
memfitnah orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain,
memukul orang lain. Maka diambil kebaikannya untuk diberikan kepada orang yang
telah ia zalimi tersebut. Apabila telah habis kebaikannya sementara urusannya
belum selesai maka kejelekan orang yang dizalimi akan diberikan padanya
kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
“حفت
الجنة بالمكاره وحفت النار بالشهوات” أخرجه البخاري ومس
“surga
itu dihiasi dengan perkara-perkara yang di benci sedangkan neraka dihiasi
dengan hal-hal yang disukai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, sungguh Allah telah mewajibkan kepada
hamba-Nya untuk berpuasa (menahan) lisannya, kemaluannya, pendengarannya,
penglihatan, tangan dan kakinya dari perbuatan haram dan inilah pengertian shiyam
(puasa) secara bahasa. Puasa yang seperti ini tidak hanya khusus di bulan
Ramadhan saja tetapi untuk seterusnya sampai datang kematian dalam ketaatan
pada Allah sehingga menang dengan keridaan Allah dan selamat dari kemurkaan
Allah. Maka jika seorang muslim telah mengetahui bahwa Allah telah mengharamkan
sesuatu yang halal ketika bulan
Ramadhan dan
mengharamkan perkara-perkara yang pada asalnya memang haram untuk selamanya
maka pelajaran yang bisa dipetik bahwasanya seseorang tidak akan begitu saja
membatasi dari yang haram ketika bulan Ramadhan saja akan tetapi dia akan
melakukannya terus hingga akhir hayatnya karena takut terhadap hukuman Allah
bagi orang-orang yang menyelisihi perintah dan larangan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengabarkan firman Allah ta’ala dalam sebuah hadits qudsi
bahwasanya orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu ketika
berbuka dan bertemu dengan Rabbnya di hari kiamat. Orang yang berpuasa
bergembira ketika berbuka karena jiwanya saat berpuasa telah mampu
meninggalkan apa yang ia sukai tetapi dilarang oleh Allah dan yang lebih
besar dari itu ia akan mendapatkan balasan yang paling agung dan sempurna yaitu
perjumpaan dengan Allah kelak di surga.
Barangsiapa yang menjaga lisannya, kemaluannya, tangannya,
pendengaran, penglihatan dan seluruh anggota badannya dari yang diharamkan
Allah hingga ajal menjemputnya maka ia berhak mendapatkan surga yang penuh
kenikmatan dan berjumpa dengan Rabbnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah menjelaskan balasan bagi seorang mukmin ketika menjelang
wafat, malaikat maut akan datang dengan wajah bersinar bagai matahari. Malaikat
tersebut membawa kafan dan minyak wangi dari surga. Kemudian malaikat maut
berkata: wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridaan Allah.
Maka keluarlah ruh orang mukmin tersebut dengan lembut seperti tetesan air dari
wadah air”.
Maka inilah perlombaan yang baik, yaitu orang-orang yang
terdepan dalam semangat untuk meraih kebahagiaan hatinya dan berusaha untuk
membebaskan dirinya dari hal-hal yang dapat merusak dan membinasakan. Untuk itu
dokter hati yaitu nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi
petunjuk kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada beliau tentang hari
kiamat maka yang paling penting baginya untuk mempersiapkan diri dengan amal
saleh. Beliau menjawab:”apa yang telah engkau persiapkan dalam menghadapi
hari kiamat?”. Pertanyaan ini adalah penjelasan bahwa kehidupan dunia
adalah persiapan untuk menghadapi kehidupan akhirat. Allah ta’ala
berfirman
وَتَزَوَّدُوا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ
“Berbekallah!!
Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, bertakwalah padaku wahai
orang-orang yang berpikir.”
(QS. Al-Baqarah: 197)
Kami tutup tulisan ini dengan penjelasan keutamaan bulan
ramadhan dari kitab karya Syaikh Salim bin Ied al hilali dan syeikh Ali Hasan
Abdul Hamid yang berjudul shifat shaum an Nabiy shallallahu ‘alaihi wa
sallam fii Ramadhan.
Ramadhan
adalah bulan kebaikan dan barakah. Allah memberkahinya dengan keutamaan yang
banyak sebagaimana dalam penjelasan berikut ini:
1.
Bulan Al Qur’an
Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk bagi
manusia, obat bagi kaum mukminin, pembimbing ke jalan yang lurus dan
menjelaskan jalan petunjuk. Al Qur’an diturunkan pada malam lailatul Qadr,
suatu malam di bulan Ramadhan. Allah ta’ala berfirman:
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ
الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ
كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ
بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena
itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)
Ketahuilah wahai saudaraku -mudah-mudahan Allah
memberkatimu– sesungguhnya status bulan Ramadhan adalah sebagai bulan yang
diturunkan padanya al-Qur’an. Firman Allah yang artinya, “Barangsiapa di
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu”. Memberi isyarat penjelasan sebab dipilihnya
Ramadhan adalah karena bulan tersebut bulan diturunkannya al-Qur’an.
2.
Syaitan Dibelenggu, Pintu-Pintu Neraka Ditutup dan Pintu-Pintu Surga Dibuka
Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena
dibelenggunya jin-jin jahat dengan rantai. Mereka tidak bisa leluasa merusak
manusia sebagaimana leluasanya di bulan yang lain. Hal ini dikarenakan pada
saat itu kaum muslimin sibuk dengan puasa hingga hancurlah syahwat dan juga
karena bacaan al-Qur’an dan ibadah-ibadah yang membersihkan jiwa. Allah ta’ala
berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa.” (QS.
Al Baqarah: 183)
Dengan demikian, ditutupnya pintu-pintu jahanam dan dibukanya
pintu-pintu surga karena pada bulan itu amal saleh banyak dilakukan dan
ucapan-ucapan yang baik tersebar di mana-mana.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إذا
جاء رمضان فتحت أبواب الجنة، وغلقت أبواب النيران وصفدت الشياطين
“Jika
datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah
pintu-pintu neraka dan dibelenggulah syaitan.” (HR. Muslim)
Semuanya itu sudah terjadi sejak awal bulan Ramadhan yang
diberkahi, berdasarkan sabda Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إذا
كان أول ليلة من شهر رمضان صفدة الشياطين و مردة الجن، وغلقت أبواب النار فلم يفتح
منها باب، وفتحت أبواب الجنة فلم يغلق منها باب، وينادي مناد: يا باغي الخير أقبل،
يا باغي الشر أقصر، والله عتقاء من النار وذلك كل ليلة
“Jika
telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para setan dan jin-jin yang
jahat, ditutup pintu -pintu neraka, tidak ada satu pintupun yang dibuka, dan
dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintupun yang tertutup, berseru
seorang penyeru: wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang
ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah membebaskan sejumlah orang dari
neraka. Hal itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Tirmidzi)
3.
Malam Qadar
Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar
dengan mengetahui bahwasanya malam ini lebih baik dari seribu bulan seperti
tertera dalam al-Qur’an surat al-Qadr: 1-5
Malam Qadr terjadi pada akhir bulan Ramadhan berdasarkan
hadits Aisyah, dia berkata Rasulullah beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan dan beliau bersabda: “Carilah malam Qadr di (malam ganjil) pada 10
hari terakhir bulan Ramadhan.”
Rasulullah
bersabda: “Barangsiapa berdiri shalat pada malam Qadr dengan penuh keimanan
dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu.”
Saudaraku semoga Allah memberkahimu dan memberi taufik
kepadamu untuk menaati-Nya, engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam
Qadr dan keutamaannya, maka bangunlah untuk menegakkan shalat pada sepuluh
malam terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi istri, perintahkan
kepada istrimu dan keluargamu untuk itu, perbanyaklah perbuatan ketaatan.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Adalah Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam apabila masuk pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan
beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan
keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Juga
dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,
كان
النبي صلى الله عليه وسلم يجتهد في العشر ما لا يجتهد في غيرها
“Adalah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersungguh-sungguh beribadah
apabila telah masuk sepuluh terakhir yang tidak pernah beliau lakukan pada
malam-malam lainnya.” (HR. Muslim)
Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@
0 Response to "Pelajaran Dibulan Ramadhan (bag 2)"
Post a Comment