Materi Tarbiyah Ta'rifiyah: Keutamaan Menuntut Ilmu
§ TUJUAN
PENYAJIAN MATERI :
- Agar peserta tarbiyah senantiasa bersemangat untuk menuntut ilmu agama.
- Agar peserta tarbiyah mengetahui bahwa mempelajari agama hukumnya wajib.
3. Agar
peserta tarbiyah mengetahui bahwa ilmu agama lebih utama dari ilmu-ilmu yang
lain.
- Agar peserta tarbiyah mengetahui jalan untuk mendapatkan ilmu agama.
§
Definisi
Ilmu
1.
Mengetahui sesuatu sebagaimana adanya.
ü 2+2 = 4 à ilmu, karena
sesuai dengan kenyataan
2+2 = 5 à bukan
ilmu, karena tidak sesuai dengan kenyataan
ü Perang badar terjadi pada tahun ke 2
hijriyah à ilmu
Akan tetapi kalau ada orang yang
mengatakan Perang Badar terjadi pada tahun ke 5 hijriyah, meskipun dengan yakin
dan diucapkan dengan semangat berapi-api itu bukan ilmu, namanya jahlul
muraqqab (kebodohan yang bertingkat) karena dia tidak tahu bahwa dirinya tidak
tahu
ü Seandainya dia mengatakan saya tidak tahu
maka itu adalah setengah dari ilmu karena dia tahu bahwa dia tidak tahu
ü Tapi jika dia bersikeras maka disebut jahal muraqqab karena dia tidak tahu
bahwa dia tidak tahu
2.
Yang dimaksud dengan ilmu jika disebutkan secara mutlak
dalam nash Qur’an dan Sunnah adalah ilmu agama.
ü Dalam hadits : ”Menuntut ilmu
agama diwajibkan atas setiap muslim”.
ü
Dalam
al qur’an : “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang
berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan
dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ulama =
ilmu fisika, biologi, matematika?
Yang
dimaksud adalah orang yang berilmu agama
Ø
Berkata Abdullah
bin Umar radhiyallahu’anhu, ”Ilmu itu ada tiga: kitab yang berbicara (Al Qur’an),
sunnah yang berlaku, dan perkataan saya tidak tahu”.
à Jangan menjawab jika kita tidak tahu
tentang suatu perkara (jangan sok tahu) karena bisa menyesatkan.
à Ini defenisi ilmu menurut para sahabat, bahwa
ilmu itu ada tiga saja.
à Apakah para sahabat Ibnu Umar menafikkan
ilmu yang lain sehingga mengatakan ilmu tiga saja, padahal ketika itu banyak
ilmu lain (ilmu perdagangan, astronomi ). Beliau mengatakan tiga saja
menunjukkan yang paling utama.
Ø
Berkata Asy Syafi'I, “Semua ilmu selain Al Quran
menyibukkan, ilmu itu yang terdapat di dalamnya qala dan haddatsana”.
Ø
Berkata Ibnul Qayyim, “Ilmu itu adalah : Allah
berfirman, Rasul bersabda dan para sahabat berkata”.
§
Hukum
Menuntut Ilmu Agama
Hukum menuntut ilmu agama adalah wajib menurut keadaan masing-masing.
سنن ابن ماجه - عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ
Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersaba “Menuntut ilmu agama wajib bagi
setiap muslim” [H.R. Ibnu Majah]
Menurut keadaannya masing-masing, artinya:
Ø Sholat, puasa, wajib bagi semua muslim
selama dia sudah baligh dan berakal. Tetapi masalah zakat hanya untuk orang
kaya saja, orang miskin tidak terkena kewajiban untuk mempelajarinya tapi kalau
dipelajari itu lebih utama (termasuk haji).
Ø Orang yang sudah aqil & baligh disebut
Mukallaf = orang yangg dibebani syariat
Ø Agar mengurangi beban maka agama ini
datang dengan banyak tarhib (motivasi) seperti surga, pahala, dll.
§
Keutamaan Ilmu Agama
a.
Termasuk amal jariyah
Jariyah = berjalan
صحيح مسلم - عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Jika seseorang meninggal maka terputus amalnya kecuali 3: shadaqah
jariyah, ilmu yang diajarkannya, atau anak shalih yang mendoakannya “ [H.R.
Muslim]
b.
Pondasi amal
Imam Bukhari menamakan satu bab dalam kitab shahihnya dengan bab ilmu
sebelum amal berdasarkan QS. 47:19
“Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada
Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi
(dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat
kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” [Qs.Muhammad
ayat 19]
o
Agar
amal kita tidak sia-sia kita harus berilmu.
Misalnya, masuk masjid dengan
kaki kanan. Orang yang tahu ilmunya mendapat pahala karena niatnya mengikuti
sunnah. Tapi jika orang yang tidak tahu bahwa hal itu adalah sunnah ketika
masuk mesjid kadang kanan kadang kiri. Dan jika kebetulan kaki kanan maka dia
tidak mendapat pahala, karena tidak meniatkan untuk mengamalkan sunnah, kenapa
tidak meniatkan karena tidak tau ilmunya.
o
Dengan
ilmu, perkara-perkara kecil dapat mendatangkan pahala.
c.
Setara dengan jihad
QS. 9:122
“Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.” [Qs:At Taubah ayat 122]
Ilmu itu ada 3 jengkal; Jengkal pertama: sombong;
Jengkal kedua : tawadhu;
Jengkal ketiga : dia sadar bahwa
ternyata masih ada yang tidak dia ketahui.
d.
Makanan ruh
Sebagaimana jasad, ruh pun butuh makanan.
Ibnul Qayyim menukil dari Imam Ahmad,
“Manusia lebih membutuhkan ilmu
daripada makanan dan minuman karena makan dan minum dibutuhkan 2 atau 3 kali
dalam sehari sedangkan ilmu dibutuhkan setiap saat”
e.
Allah memerintahkan nabiNya untuk meminta tambahan ilmu
QS. 20:114
“Maka Maha Tinggi Allah raja
yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an
sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu[*], dan Katakanlah: "Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." [Thaahaa ayat 114]
[*] Maksudnya: nabi Muhammad shallallahu’alaihi
wasallam dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril ‘alaihissalaam kalimat
demi kalimat, sebelum Jibril ‘alaihissalaam selesai membacakannya, agar dapat
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menghafal dan memahami betul-betul
ayat yang diturunkan itu.
ü Diperintahkannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta tambahan imu dan tidak
diperintahkan untuk meminta tambahan reski dll, menunjukkan keutamaan ilmu
f.
Jalan menuju surga
عن إبي هريرة إن رسول الله
صلى الله عليه و سلم قال َمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ
اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda “Barang siapa menitip
jalan untuk mencari ilmu dimudahkan baginya jalannya menuju surga” [HR.
Muslim]
ü
Dengan ilmu, seseorang dapat mengetahui yang
wajib dan yang sunnah, yang halal dan yang haram, dsb.
g.
Satu dari dua perkara yang dibolehkan hasad di dalamnya
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْن مَسْعُودٍ يَقُولُ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ
مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ
حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا (متفق عليه)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara: laki-laki yang diberikan
kepadanya harta lalu Allah memberikan kepadanya kemudahan untuk menginfakkannya
dalam haq dan laki-laki yang diberikan hikmah / ilmu kepadanya dan dengan
ilmunya dia mengajarkannya” [HR. Bukhari dan Muslim]
ü
Al
ghitthah = menginginkan sesuatu tanpa kita mengharapkan sesuatu itu hilang dari
orang lain
ü
Ketika
Allah membolehkan hasad kepada 2 hal tsb menunjukkan keutamaannya
h.
Tidak berkurang dengan dibagikan bahkan bertambah
Atsar Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu .
Ilmu di atas harta karena ilmu
menjaga kita, namun harta harus dijaga. Dan harta jika dibagikan akan
berkurang, namun ilmu bila dibagikan maka akan bertambah
§
Keutamaan
Ulama dan Para Penuntut Ilmu
1)
Allah menyebutkan persaksian para ulama atas tauhid
bersama persaksian Allah dan persaksian malaikat
QS. 3:18
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan
melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat
dan orang-orang yang berilmu[*] (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada
Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” [Al Imran ayat 18]
[*]
ayat Ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu.
2)
Merekalah orang yang takut kepada Allah
QS. 35:28
“Dan demikian (pula) di antara
manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[*]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.” [Faathir ayat 28].
[*] yang dimaksud dengan ulama
dalam ayat Ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.
3)
Pewaris para Nabi
عن أبي الدرداء أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال إِنَّ
الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ
الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا
الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ (رواه الترمذي
Dari Abu Darda’ radhiyallahu’anhu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya ulama pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham. Sesungguhnya para nabi mewariskan ilmu. Barang
siapa yang mengambilnya maka ……..” [HR.
Tirmidzi]
4)
Manusia terbaik
صحيح البخاري - عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Dari Utsman radhiyallahu’anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
“Sebaik-baik kalian adalah yang
mempelajari al Qur’an dan mangamalkannya “ [HR. Bukhari]
5)
Termasuk dalam umara
“Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” Ulil amrià umaraa & ulamaa’; diperintahkan untuk ditaati. Dari segi maknawiyah ulama lebih
tinggi daripada pemimpin, karena ulama melurskan langkah mereka.
6)
Didoakan oleh penduduk langit dan bumi
سنن الترمذي - عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى
الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ
عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
Dari Abu Umamah al Bahiliy radhiyallahu’anhu berkata disebutkan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang 2 orang, yang pertama adalah
ahli ibadah dan yang kedua adalah orang berilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda “keutamaan orang berilmu di atas orang ahli ibadah seperti
diriku di atas orang yang paling rendah di antara kalian”. Kemudian beliau shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda ”sesungguhnya Allah dan para malaikat dan penduduk
langit dan bumi sampai semut di dalam lubangnya dan ikan-ikan di laut
bershalawat kepada yang mengajarkan agama kepada manusia” [HR. Tirmidzi]
7)
Malaikat merendahkan sayap-sayap mereka kepada para
penuntut ilmu
عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ قَالَ أَتَيْتُ صَفْوَانَ بْنَ
عَسَّالٍ الْمُرَادِيَّ فَقَالَ مَا جَاءَ
بِكَ قُلْتُ ابْتِغَاءَ الْعِلْمِ قَالَ بَلَغَنِي أَنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ
أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَفْعَلُ (رواه الترمذي)
Dari Zir ibnu Hubaisy radhiyallahu’anhu berkata saya datang kepada
Sufyan bin Assal al Muraddiyyah, dia berkata “Apa yang mendatangkanmu kemari”.
Saya menjawab “Saya mencari ilmu”. Beliau berkata “sampai kepadaku bahwa
malaikat meletakkan sayapnya kepada penuntut ilmu karena mereka ridha dengan
yang mereka kerjakan” [HR. Tirmidzi]
8)
Dijauhkan dari laknat dan murka Allah
سنن الترمذي - عن أبي
هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا
مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ
أَوْ مُتَعَلِّمٌ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata Saya mendengar dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata “ Ketahuilah sesungguhnya dunia
itu terlaknat. Terlaknat apa saja yang di dalamnya kecuali dzikrullah dan apa
yang mengantarkannya kepada dzikrulah dan orang yang menuntut ilmu dan orang
yang mengajarkan ilmu”[HR. Tirmidzi]
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya
Allah membenci setiap orang yang lami tentang urusan dunia tetapi jahil di
dalam urusan akhirat” [hadits hasan].
§
Sarana
Mendapatkan Ilmu
ü
Menghadiri majelis ilmu
ü
Banyak membaca
ü
Mendengarkan kaset ceramah
ü
Bertanya kepada para ulama
§
Bagaimana
Bisa Menguasai Ilmu Agama
ü
Ikhlas
“Barangsiapa
yang mempelajari ilmu diantara ilmu-ilmu yang dengannya diharapkan wajah Allah,
tapi dia tidak mencari/mempelajari ilmu tersebut kecuali agar dia mendapatkan
keuntungan dunia, maka dia tidak bisa mencium baunya surga.”
à Padahal
baunya surga dapat tercium dari 70 tahun perjalanan.
Jika kita berjalan menuju
surga, maka 70 tahun sebelum kita sampai maka baunya sudah bisa tercium, tapi
orang yang tidak ikhlas dalam mempelajari ilmu agama maka dia tidak bisa
mencium baunya surga
Mis : Belajar agama karena
mau dibilang banyak ilmunya, banyak hapalannya, karena mau berdebat dengan
orang yang bodoh, mau populer, mau dibilang pintar, dll.
à Harusnya
kita belajar agama karena kita faham ini kewajiban dalam agama, Allah
mewajibkan. Kita belajar agama karena kita ingin mengetahui agama supaya kita
bisa amalkan, supaya kita bisa mengajarkannya dan mendapatkan pahala yang
besar.
ü
Mujahadah
à Ilmu itu tidak bisa didapatkan dengan
bersantai-santai
Seorang ulama berkata : ”Ilmu itu
kalau anda berikan semua potensi yang anda miliki untuk bisa mempelajari ilmu
agama, maka dia hanya akan memberikan kepada anda setengah saja.”
à Bagaimana
kalau kita tidak mengeluarkan semua potensi kita, berapa yang kita dapat ?
ü Berdoa
”Maka Maha Tinggi Allah raja yang
sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
à Kita harus
banyak berdoa karena Allah lah yang
memahamkan pikiran kita. Allah yang
membuat kita bisa menghapal, hapal qur’an, hadits, dan perkara-perkara
agama.
à Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah, jika terbentur pada suatu masalah yang ia tidak bisa
pahami, maka dia sholat 2 rakaat. Meminta kepada Allah supaya dibukakan
pemahaman baginya.
à Beliau
berdo’a (sholat adalah doa) menunjukkan bahwa kita betul-betul merasa bahwa
memang hanya Allah yang membuat kita bisa paham, bukan kemampuan diri kita. Ini
salah satu bentuk tawarruk kita kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala
ü
Meninggalkan maksiat
à Syair
Imam Syafi’i yang terkenal:
Saya
mengadu kepada Waqi’i (gurunya)
Tentang
buruknya hapalan saya
Maka
dia beri petunjuk kepada saya supaya meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan
Dan
diajarkan kepadaku bahwasanya ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.
à Orang
yang mendapatkan ilmu harus meninggalkan maksiat karena maksiat akan mengotori
hati
à Orang
yang berbuat dosa akan terbentuk titik hitam dihatinya, kalau dia minta ampun
dan istigfar maka akan dihapus. Tetapi kalau tidak, semakin banyak berbuat dosa maka semakin banyak titik
hitam dan semakin terhijab hati. Sementara hati adalah tempat ilmu. Kalau hati
terhijab, ilmu terpental tidak bisa masuk.
à Maka agar
ilmu berberkah kita harus meninggalkan kemaksiatan.
ü
Meninggalkan sifat sombong dan malu
à Orang yang
sombong tidak pernah mau belajar karena merasa hebat, orang yang pemalu tidak
mendapatkan ilmu karena selalu malu untuk bertanya
ü
Mulazamah para ulama
à Mulazamah
= terus bersama, selalu bersama (lengket, nempel)
Dengan bermulazamah dengan
para ulama, kita bisa melihat bagaimana sang alim itu mengamalkan ilmunya
à Majelis
Imam Ahmad dihadiri sampai ribuan orang. Tentu ribuan orang yang hadir tidak
semua bisa mendengar apa yang dikatakan Imam Ahmad dalam majelisnya (apalagi
dulu tidak ada pengeras suara seperti sekarang, paling yang terdekat saja yang
bisa mendengar), yang jauh apa yang mereka ambil ? Mereka mengambil akhlaqnya.
Ini keuntungan orang yang dekat dengan para ulama, dia bisa melihat sang alim
mengamalkan ilmunya (ada realisasi).
à Ibnul
Qayyim mengatakan : ”Ketika kami sedang
merasakan sempit, sulit, susah, gundah, gelisah kami datang kepada Ibnu
Taimiyah guru kami. Begitu kami melihat wajahnya saja, sudah bersemangat lagi.”
(begitulah kalau ’alim yang rabbani, ’alim yang dekat dengan Allah Subhaanahu
wa Ta’ala)
à Banyak yang
bisa kita ambil dengan bermulazamah denga para ulama. Bukan cuma yang keluar
dari lisan saja tapi bagaimana ia mengamalkan ilmu.
à Para ulama
diutus belajar, yang pertama-tama mereka disuruh untuk belajar adab dulu,
belajar adab ulama tempat mereka belajar, mereka mempelajari adab
bertahun-tahun setelah itu baru mrk belajar ilmunya.
à Karena itu
tidak bisa orang menjadi ulama kalau hanya otodidak saja. Belajar pakai buku
adalah sarana tapi belajar lewat buku saja tidak bisa, mesti ada ulama yang mengajar
kita. Karena orang yang gurunya adalah buku, jika bukunya salah maka dia ikut
salah juga.
à Ada kisah
orang yang baca buku:
”Al Habbatussauda adalah obat segala
penyakit.”
Al Habbatussauda tertulis Al Hayyatussauda
Jintan Hitam (Ular
hitam
Karena
semangat mengamalkan apa yang dia tau, dia cari ular hitam (ular hitam adalah
ular yang paling keras bisanya). Akhirnya dia dapat ular hitam, dipatuk ular
hitam, dan meninggal. Itu karena gurunya adalah bukunya. Begitu salah cetak,
salah paham.
Kalau ada
guru maka gurunya pasti luruskan bahwa itu salah cetak. Ulama akan meluruskan kita agar ilmu yang
kita dapatkan benar.
ü
Mengamalkan ilmu
à Jika
kita mau ilmu kita tinggal, berberkah, bermanfaat kepada kita, maka ia harus
diamalkan.
à Kita
belajar tidak hanya sekedar menumpuk-numpuk pemahaman. Karena kita bukan
komputer. Komputer menyimpan tapi tidak mengamalkan karena dia benda mati. Jadi
jika kita banyak ilmunya tapi tidak diamalkan, kita seperti komputer saja, seperti benda mati, padahal
kita makhluk hidup
à Kenapa
kita menuntut ilmu ? karena kita ingin melaksanakan perintah agama, Rasulullah
mewajibkan belajar agama, kita belajar karena mau tau ajaran kita, karena kita
mau mengamalkan, karena kita ingin menyampaikan kepada orang lain sehingga
mengumpulkan pahala yang lebih banyak. (itu tujuan kita belajar agama).
à Imam Ahmad pernah kedatangan muridnya
yang bermalam di rumahnya. Kemudian beliau menyediakan air untuk muridnya jika
bangun malam dia bisa menggunakan airnya. Pada saat waktu subuh Imam Ahmad
memeriksa air u/ muridnya. Ternyata airnya tidak berkurang (artinya tidak
dipakai) karena muridnya tidak bangun. Kemudian Imam Ahmad mengatakan :
”Saya
heran ada seorang penuntut ilmu yang tidak ada ibadahnya diwaktu malam.”
à Sebagian
besar para ulama adalah ahli ibadah juga. Sementara sebagian ahli ibadah tidak
menuntut ilmu
à Imam
Ahmad ketika mendapatkan hadits berbekam langsung pergi berbekam, dan dia
memberikan upah kepada tukang bekam persis seperti upah yang disebutkan dalam
hadits nabi, untuk sekedar mengamalkan apa yang dia tau. Semangat mengamalkan
ilmu, walaupun mungkin dia tidak terlalu butuh u/ berbekam, tapi karena tau
Nabi pernah melakukannya ia pun mengamalkannya bahkan memberikan upah yg sama
dgn upah yg diberikan oleh Nabi kepada tukang bekam dahulu.
à Seorang
penyair mengatakan :
”Hubungkanlah ilmu itu dengan amal karena dengan demikian kita bisa
menguasai ilmu tersebut kalau tidak maka ia akan pergi (kalau tidak
diamalkan).”
0 Response to "Materi Tarbiyah Ta'rifiyah: Keutamaan Menuntut Ilmu"
Post a Comment