10 Sahabat Dijamin Masuk Syurga (bag 1) "Abu Bakar As Siddiq"
Ada sepuluh orang dari sahabat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang dijamin pasti
masuk ke dalam surga. Nama-nama mereka tersebut di dalam hadits yang shahih
berikut ini:
عن عبد الرحمن بن عوف قال: قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: أبو بكر في الجنة وعمر في الجنة وعثمان في الجنة وعلي في الجنة وطلحة في
الجنة والزبير في الجنة وعبد الرحمن بن عوف في الجنة وسعد في الجنة وسعيد في الجنة
وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة
“Dari Abdurrahman bin ‘Auf, dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: Abu Bakr
di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Az
Zubair di surga, Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’d di surga, Sa’id di surga,
dan Abu Ubaidah ibnul Jarrah di surga.” [HR At Tirmidzi (3747), hadits
shahih.]
Berikut ini perincian nama-nama
mereka yang tersebut di dalam hadits:
1. Abu Bakr,
yaitu Abdullah bin Utsman At Taimi, digelari dengan Ash Shiddiq Al Akbar. Wafat
pada bulan Jumadil Awal tahun 13 H pada umur 63 tahun.
2. Umar, yaitu
ibnul Khaththab Al ‘Adawi, Abu Hafsh, digelari dengan Al Faruq. Syahid pada
bulan Dzulhijjah tahun 23 H.
3. Utsman,
yaitu bin Affan Al Umawi, Abu Abdillah, digelari dengan Dzunnurain. Syahid pada
bulan Dzulhijjah setelah Idul Adha tahun 35 H dalam umur sekitar 80 tahun.
4. Ali, yaitu
bin Abi Thalib Al Hasyimi, Abul Hasan, digelari dengan Abu Turob. Anak paman
Nabi صلى الله عليه وسلم dan suami dari anak
perempuannya, yaitu Fatimah radhiallahu ‘anha. Syahid pada bulan Ramadhan tahun
40 H pada umur 63 tahun.
5. Thalhah,
yaitu bin Ubaidillah At Taimi, Abu Muhammad. Digelari dengan Thalhah Al
Fayyadh. Syahid pada perang Jamal tahun 36 H dalam umur 63 tahun.
6. Az Zubair,
yaitu ibnul ‘Awwam Al Asadi, Abu Abdillah. Syahid pada tahun 36 H setelah pulang
dari perang Jamal.
7. Sa’d, yaitu
bin Abi Waqqash Az Zuhri, Abu Ishaq. Orang yang paling pertama memanah dalam
perang jihad fi sabilillah. Wafat di ‘Aqiq pada tahun 55 H. Beliau adalah yang
paling terakhir meninggal di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk
surga.
8. Abdurrahman
bin ‘Auf, Abu Muhammad Az Zuhri. Termasuk sahabat yang paling dahulu masuk
Islam. Wafat pada tahun 32 H.
9. Sa’id,
yaitu bin Zaid bin ‘Amr bin Nufail Al ‘Adawi, Abul A’war. Wafat pada sekitar
tahun 50 H.
10. Abu Ubaidah
ibnul Jarrah, yaitu Amir bin Abdillah Al Fihri. Digelari dengan Aminu Hadzihil
Ummah (Orang yang sangat terpercaya di umat ini). Termasuk dari anggota pasukan
Perang Badr. Wafat syahid disebabkan oleh wabah menular Amwas pada tahun 18 H
dalam umur 58 tahun.
1. Abu Bakar
"As-Shiddiq" ra.
Abu Bakar (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634 / 21 Jumadil Akhir 13 H)
termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 sampai tahun 634 M.Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah , ia adalah satu diantara empat
khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi
petunjuk . .
Abu Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abdullah ibn'
Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin
Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi '. Bertemu nasabnya dengan
Nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari abu Bakar
adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim
yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah , istri Nabi
Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba
Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Nabi menjadi Abdullah (artinya 'hamba
Allah'). Nabi memberinya gelar Ash-Shiddiq
(artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra
Miraj yang
diceritakan oleh Nabi Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih
dikenal dengan nama "Abu Bakar
ash-Shiddiq".
Abu Bakar dilahirkan di kota Mekkah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi),
sub-suku bangsa Quraisy . Beberapa sejarawan Islam mencatat ia
adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar
serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
Ketika Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah binti
Khuwailid,
ia pindah dan hidup bersama Abu Bakar. Saat itu Nabi Muhammad menjadi tetangga
Abu Bakar. Sama seperti rumah Khadijah,
rumahnya juga bertingkat dua dan mewah. Sejak saat itu mereka berkenalan
satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang
dan ahli berdagang.
Dalam kitab Hayatussahabah, disebutkan bahwa Dakwah Muhammad kepada perorangan,
dituliskan bahwa Abu bakar masuk Islam setelah diajak oleh Nabi. Abubakar kemudian mendakwahkan
ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad
bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam
Islam lainnya.
Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar
menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman,
menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abdur
Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia dan 'Abdur Rahman berpisah.
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada
masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang
dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang
mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami
oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak
biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak
disiksa sekehendak tuannya.
Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut
dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Ketika
peristiwa Hijrah , saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah
satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi
Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya,
Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad
beberapa saat setelah Hijrah.
Tentang
keperibadian Abu Bakar r.a. Aisyah berkata, bahwa Abu Bakar adalah seorang
pedagang, yang setiap hari pergi ke pasar untuk melakukan jual beli. Dia
mempunyai sekumpulan domba yang dia urus sendiri dan terkadang
menggembalakannya atau dia serahkan kepada orang lain. Dia juga memerah air
susunya untuk diberikan kepada orang-orang kampung. Ketika dia sudah dibaiat
sebagai khalifah, ada seorang gadis perempuan yang berkata, "Tentunya
sekarang dia tidak mau lagi memerah air susu untuk diberikan kepada kami".
Abu Bakar
ra. sempat mendengar perkataan gadis itu. Maka dia berkata, "Aku bersumpah
untuk tetap memerah air susu bagi kalian, dan aku berharap agar tugasku yang
baru ini tidak merubah kebiasaanku yang lalu."
Maka dia
tetap memerah susu seperti biasanya dan diberikan kepada mereka. Namun kemudian
dia perlu mempertimbangkan lagi tugas-tugasnya sebagai khalifah. Maka dia
berkata, "Tidak demi Allah, urusan berdagang bisa mengganggu
tugas-tugas ini, dan tugas ini tidak bisa berjalan lancar kecuali jika aku
memusatkan perhatian terhadap urusan manusia. Tidak selayaknya aku hanya
menyibukkan diri dengan urusan keluargaku." Maka dia pun meninggalkan
usaha dagangnya.
Untuk
keperluan diri dan keluarga dia mengambil gaji dari Baitul mal milik umat,
sekedar untuk mencukupi keperluannya setiap hari, juga untuk keperluan haji dan
umrah. Gajinya untuk satu tahun sebanyak enam ribu dirham. Menjelang
kematiannya, dia berkata, "Kembalikan sisa gaji yang ada di tangan kita
ke Baitul-mal milik orang-orang Muslim, karena aku tidak ingin mengambil
sedikit pun dari harta tersebut. Tanahku yang ada di tempat ini dan itu juga
bagi orang-orang Muslim."
Asma' binti Abu
Bakar rha, berkata, "Saat Rasulullah Saw hijrah ke Madinah dan Abu Bakar
bergabung beliau, maka Abu Bakar membawa semua hartanya sebanyak lima atau enam
ribu dirham. Kakekku yang buta, Abu Qahafah memasuki rumah seraya
berkata, "Demi Allah, menurutku Abu Bakar telah membuat kalian
khawatir karena semua hartanya dia bawa." "Tidak kakek, masih banyak kebaikan yang
dia tinggalkan untuk kita," kata Asma'.
Lalu aku mengambil
kerikil-kerikil dan kuletakkan di sebuah lubang di dalam rumah, yang di tempat
itulah biasanya Abu Bakar meletakkan hartanya, kemudian kuletakkan kain di atasnya.
Kupegang tangan kakek, sambil kukatakan kepadanya, "Letakkan tangan kakek ditempat
penyimpanan harta ini."
Setelah
meraba tempat itu, kakek berkata, "Tak apalah kalau dia meninggalkan
harta ini untuk kalian. Dia memang telah berbuat yang terbaik, dan sudah
cukup untuk kalian." Padahal demi Allah, ayahku tidak meninggalkan apa
pun untuk kami. Aku berbuat seperti itu dengan maksud untuk membuat agar kakek
merasa tenang.
Tentang keberanian Abu Bakar ra. dalam membela Nabi
Saw, diceritakan oleh Anas bin Malik ra, Suatu kali, pernah kaum Quraisy
memukul Nabi SAW sehingga beliau jatuh pingsan. Ada orang yang mengatakan
Abu Bakar. lalu segera dia meleraikan mereka, seraya berkata: "Celaka
kamu sekalian! Apakah kamu ingin membunuh orang yang mengatakan "Tuhanku Allah!"
Kemudian orang-orang jahat bertanya: "Siapa orang ini?" Jawab
mereka: "Inilah Abu Bakar yang sudah gila itu!" Mereka
pun meninggalkan Nabi SAW lalu berkelahi dengan Abu Bakar.
Bazzar
memberitakan di dalam Musnadnya dari Muhammad bin Aqil dari Ali ra. bahwa
pada suatu hari, dia berdiri berpidato kepada orang banyak, katanya: "Siapakah
orang yang paling berani?" "Engkau, wahai Amirul Mukminin!" jawab
orang-orang yang mendengarnya. "Memang barangkali aku, karena tiada
siapa yang tanding pedang denganku, kecuali aku membelahnya menjadi dua."
Ali lalu
berdiam sebentar. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya lagi: "Tetapi
yang benar-benar berani adalah Abu Bakar. Pada suatu hari kita memdirikan untuk
Nabi SAW sebuah pondok, lalu kami berkata: Siapa yang akan menjaga Nabi SAW
supaya jangan ada orang musyrik mengganggunya, Demi Allah, tidak seorang
pun yang maju ke depan, kecuali Abu Bakar. Sedang dia menghunuskan pedangnya
dan tiada seorang musyrik yang coba mendekati beliau, melainkan diayunkan
pedang itu kepadanya. Inilah orang yang paling berani!" ujar
Ali.
Kemudian dia
bercerita lagi, "Pernah aku melihat kaum Quraisy mengancam Rasulullah
SAW yang satu mengganggunya, dan yang lainnya menarik-nariknya seraya
mengatakan: Engkaukah orangnya yang menjadikan tuhan-tuhan itu hanya Satu Tuhan
saja? Demi Allah aku tidak melihat siapa pun datang untuk menolong beliau,
selain Abu Bakar semata, dia memukul si fulan, menghadapi si fulan serta mendorong
si fulan dan dia terus-menerus berkata: Celaka kamu! Celaka
kamu! Apakah kamu mau membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku Allah ?
"
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya,
dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam
salat menggantikannya, banyak yang
menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya,
dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di
Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru
umat Islam atau khalifah Islam pada tahun (632) M.
Segera setelah Abu Bakar ra menjadi khalifah, beberapa masalah yang mengancam
persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru
dan sistem yang ada.
Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam
secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk
agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala, Suku-suku tersebut mengklaim bahwa
hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya
komitmennya tidak berlaku lagi.
Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap
mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan
terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal
dengan nama Musailamah
Al-Kazzab (Musailamah si pembohong), yang
mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid .
Baihaqi memberitakan dari Urwah,
bahwa Abu Bakar As-Shiddiq ra. pernah menyerahkan kepemimpinan pasukan
kepada Khalid bin Walid ra. ketika diutus kepada kaum yang murtad dari
orang-orang Arab, agar dia mula-mula mengajak mereka kembali kepada Islam dan
menjelaskan kembali apa yang wajib bagi mereka dan ke atas mereka, dan
meneguhkan keyakinan mereka kepada Islam, Maka barangsiapa yang menerima
seruan itu di antara mereka, tidak kira yang merahnya atau yang hitamnya, harus
dia menerima darinya. Sebab dia hanya disuruh untuk memerangi siapa yang
mengkufuri Allah dan menolak keimanan kepadanya saja. Maka apabila orang
yang diseru itu sudah menerima Islam, dan benar keimanannya, tidak ada jalan
baginya untuk memeranginya lagi, dan Allah sajalah yang bakal membuat
perhitungan dengannya. Tetapi, barangsiapa yang enggan menerima seruan
Islam itu, dan tidak mau kembali kepada Islam dari orang yang murtad darinya,
maka harus dia memerangi.
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh
menguasai Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran
Bizantium dan Kekaisaran Sassania. Khalid bin Walid menaklukkan
Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al- Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan
yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghapal
Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk
mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang dipimpin oleh
sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari
para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis
seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, setelah lengkap penulisan ini maka
kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka
disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari
Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan
teks al Qur'an yang dikenal saat ini.
Salim bin Abdullah bin Umar,
berkata, Ketika Abu Bakar menghadapi ajalnya, maka beliau menulis wasiat kepada
Umar bin Khatthab, yang isinya: "Bismillahir-rahmanir-rahim. Ini adalah
surat wasiat dari Abu Bakar pada akhir hayatnya di dunia, yang bersiap-siap
hendak keluar dari dunia, yang merupakan awal waktunya menuju ke akhirat dan
yang bersiap-siap untuk memasuki akhirat, yang pada saat-saat seperti inilah
orang kafir mau beriman, orang durhaka mau bertakwa dan pendusta mau menjadi
jujur, aku telah memilih pengganti sesudahku, yaitu Umar bin Al-Khaththab. Kalau dia
berbuat adil, maka memang itulah yang kuharapkan darinya. Namun jika dia
semena-mena dan berubah, maka kebaikanlah yang kuinginkan dan aku tidak
mengetahui yang gaib. Adapun orang-orang yang berbuat aniaya akan mengetahui di
mana mereka akan dibalikkan. "
Abdurrahman
bin Sabith, berkata, Sebelum ajal tiba, Abu Bakar memanggil Umar, lalu dia
berkata kepadanya, "Wahai Umar, bertakwalah kepada Allah, dan
ketahuilah bahwa Allah telah mengatur praktek yang harus dikerjakan pada siang
hari, dan Dia tidak menerimanya jika dikerjakan malam hari, dan Allah telah
mengatur praktek yang harus dikeriakan pada malam hari, dan Dia tidak
menerimanya jika dikerjakan pada siang hari. Sesungguhnya Allah juga tidak
menerima yang sunnah sebelum yang wajib dikerjakan."
Kemudian
beliau menyerahkan kepada Umar seekor unta yang air susunya biasa diperah,
seorang budak dan selembar permadani seharga lima dirham. Umar sempat berkata, "Dia
menyebabkan kesusahan kepada khalifah sesudahnya."
Sebelum ajal
menghampiri Abu Bakar Ash-Shidiq ra, Aisyah rha putri beliau menemuinya lalu
melantunkan syair, "Tidak ada artinya harta kekayaan bagi
pemuda Jika sekarat menghampiri dan menyesakkan dada". Abu
Bakar menyingkap kain yang menutupi kepalanya, lalu dia berkata, "Bukan
begitu. Tetapi ucapkan firman Allah,
Artinya : "Dan, datanglah sekarat-maut dengan
sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya".(QS. Qaf: 19)
Lalu beliau
berkata lagi. "Periksalah dua lembar pakaianku ini, cucilah ia dan
kafanilah jasadku dengan kain ini. Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih
membutuhkan kain yang baru dari orang yang sudah meninggal".
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23
Agustus 634 di Madinah karena
sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu
Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat masjid Nabawi,
di samping makam Nabi Muhammad.
0 Response to "10 Sahabat Dijamin Masuk Syurga (bag 1) "Abu Bakar As Siddiq""
Post a Comment