Materi Tarbiyah Ta'rifiyah: Ma'rifatullah
Mengenal Allah
Mungkin
terlintas dalam benak kita, apakah masih perlu berbicara tentang Allah?
Bukankah kita sudah sering mendengar dan menyebut asma-Nya. Bukankah kita sudah
tahu bahwa Allah adalah Tuhan kita. Tidakkah itu sudah cukup? Ketahuilah,
perasaan merasa cukup inilah yang menghalangi kita untuk menambah dan
memperkaya wawasan kita tentang pemahaman dan pengenalan terhadap pencipta
kita, Allah SWT.
Sesungguhnya semakin dalam dan
sering kita memahami untuk mengenal Allah maka kita akan semakin merasa dekat
dengan-Nya. Semakin dekat perasaan kita kepada Allah, semakin tenang jiwa kita.
Sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur’anul Karim dalam Surat Ar Ra’du (13) :
38.
Ketika kita berbicara tentang Allah,
kita tidak hanya membahas Allah sebagai Rabb (Pencipta) namun kita juga
membahas bahwa Allah sebagai Malik dan Ilah. Secara definitif dalam Al Qur’an
dijelaskan bahwa Malik memiliki makna pemilik, pemelihara dan penguasa. Ilah
memiliki makna sebagai Yang paling dicintai, Yang paling ditakuti dan Yang
menjadi sumber pengharapan.
Allah SWT sebagai pencipta lebih
mudah dipahami dibandingkan memahami Allah sebagai Malik dan Ilah. Hal ini
disebabkan karena memahami Allah sebagai Malik memiliki berbagai konsekuensi
diantaranya konsekuensi pengabdian melaksanakan perintah-Nya, konsekuensi
menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang paling dicintai, konsekuensi
menjadikan Allah sebagai satu-satunya penguasa diri, dan sebagainya.
Konsekuensi inilah yang biasanya menjadi kendala bagi kita untuk memahami Allah
secara menyeluruh.
Dalam memahami dan mengenal Allah,
kita sebaiknya berkeyakinan bahwa Allah sumber ilmu dan pengetahuan. Ilmu-ilmu
tersebut berfungsi sebagai pedoman hidup. Dan sebagai sarana hidup. Dengan
keyakinan itu maka kita akan lebih mudah untuk memahami Allah dan juga memiliki
kepribadian yang merdeka dan bebas, karena kita hanya menjadikan Allah sebagai
satu-satunya penguasa diri kita, seluruh makhluk bagi kita memiliki posisi yang
sama. Sama-sama hamba Allah jadi kita tidak akan takut kepada selain Allah.
Makna Mengenal Allah
Ma’rifatullah adalah bahasa Arab
yang terdiri dari dua kata, yaitu Ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti
mengetahui, mengenal. Mengenal Allah yang diajarkan kepada manusia adalah
mengenal melalui hasil penciptaannya bukan melalui zat Allah. Karena akal kita
memiliki keterbatasan untuk memahami seluruh ilmu yang ada di dunia ini,
apalagi zat Allah.
Pentingnya
Mengenal Allah
a. Ma’rifatullah
merupakan ilmu tertinggi yang harus dipahami manusia. Hakikat ilmu adalah
memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu
tertinggi sebab jika dipahami memberikan keyakinan yang dalam. Memahami
Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada
cahaya yang terang yaitu keimanan. (QS. Luqman (31).
b. Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu
tujuan hidupnya. (QS. Adz
Dzariyat (51) : 56).
c. Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting
karena berhubungn dengan manfaat yang diperolehnya yaitu meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan, dengan kedua hal tersebut akan memperoleh keberuntungan dan
kebahagiaan yang hakiki.
Jalan Untuk Mengenal Allah
1. Lewat akal:
1. Lewat akal:
• Ayat Kauniyah
/ ayat Allah di alam ini:
– fenomena
terjadinya alam (52:35)
– fenomena kehendak yang tinggi(67:3)
– fenomena kehidupan (24:45)
– fenomena petunjuk dan ilham (20:50)
– fenomena pengabulan doa (6:63)
– fenomena kehendak yang tinggi(67:3)
– fenomena kehidupan (24:45)
– fenomena petunjuk dan ilham (20:50)
– fenomena pengabulan doa (6:63)
• Ayat
Qur’aniyah/ayat Allah di dalam Al-Qur’an:
– keindahan
Al-Qur’ an (2:23)
– pemberitahuan tentang umat yang lampau [9:70]
– pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (30:1-3, 8:7, 24:55)
– pemberitahuan tentang umat yang lampau [9:70]
– pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (30:1-3, 8:7, 24:55)
2. Lewat memahami Asma’ul Husna:
-- Allah sebagai Al-Khaliq (40:62)
– Allah sebagai pemberi rizqi (35:3, 11:6)
– Allah sebagai pemilik (2:284)
– dll. (59:22-24)
– Allah sebagai pemberi rizqi (35:3, 11:6)
– Allah sebagai pemilik (2:284)
– dll. (59:22-24)
Hasil
Mengenal Allah
Hasil dari mengenal Allah adalah
peningkatan iman dan taqwa sehingga muncul beberapa hal di bawah ini:
a. Kebebasan
Dengan mengenal Allah kiat menjadi
manusia yang bebas, tidak menjadi budak sesama makhluk dan tidak juga menyembah
apapun kecuali Allah SWT yang memang berhak untuk disembah.
a. (QS. Al An’am (6) : 82)
b. Memberi ketenangan. QS. Ar Ra’du (13) : 28
c. Keberkahan. QS Al A’raf (7) : 96
d. Kehidupan yang baik. QS. An Nahl (16) : 97
e. Syurga. QS. Yunus (10) : 25-26
f. Keridhaan Allah (Mardhatillah). QS. Al Bayyinah (98) : 8
b. Memberi ketenangan. QS. Ar Ra’du (13) : 28
c. Keberkahan. QS Al A’raf (7) : 96
d. Kehidupan yang baik. QS. An Nahl (16) : 97
e. Syurga. QS. Yunus (10) : 25-26
f. Keridhaan Allah (Mardhatillah). QS. Al Bayyinah (98) : 8
b. Hal-hal yang Menghalangi Mengenal
Allah
a. Kesombongan.
QS. An Nahl (16) : 22, Al Mu’min (40) : 35
b. Dzalim. QS. As Shaff (61) : 7
c. Tidak berpengetahuan. QS. Az Zumar (39) : 65-66
d. Dusta. QS. Al Baqarah (2) : 10, Al Mursalat (77) : 19
e. Menyimpang. QS. Al Maidah (5) : 13
f. Berbuat kerusakan/fasad. QS. Al Hasyr (59) : 19
g. Lalai. QS. Al A’raf (7) : 179
h. Banyak berbuat maksiat. QS. Al Muthaffifiin (83) : 14
i. Ragu-ragu. QS. An Nur (24) : 50
b. Dzalim. QS. As Shaff (61) : 7
c. Tidak berpengetahuan. QS. Az Zumar (39) : 65-66
d. Dusta. QS. Al Baqarah (2) : 10, Al Mursalat (77) : 19
e. Menyimpang. QS. Al Maidah (5) : 13
f. Berbuat kerusakan/fasad. QS. Al Hasyr (59) : 19
g. Lalai. QS. Al A’raf (7) : 179
h. Banyak berbuat maksiat. QS. Al Muthaffifiin (83) : 14
i. Ragu-ragu. QS. An Nur (24) : 50
Semua sifat
diatas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari
hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati, menutup mata dan
telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka. (QS 2:6-7).
0 Response to "Materi Tarbiyah Ta'rifiyah: Ma'rifatullah"
Post a Comment