10 Sahabat Dijamin Masuk Syurga (bag 10) "Sa'id bin Zaid"
10. Sa’id
bin Zaid ra.
“Wahai Allah jika Engkau mengharamkanku dari agama
yang lurus ini, janganlah anakku Sa’id diharamkan pula daripadanya.” (Do’a Zaid
untuk anaknya, Sa’id).
Zaid bin Amr bin Nufail berdiri di
tengah-tengah orang banyak yang berdesak-desakan menyaksikan kaum Quraisy
berpesta merayakan salah satu hari besar mereka. Kaum pria memakai serban
sundusi yang mahal, yang kelihatan seperti kerudung Yaman yang lebih mahal.
Kaum wanita dan anak-anak berpakaian bagus warna menyala dan mengenakan
perhiasan indah-indah. Hewan-hewan ternak pun dipakaikan bermacam-macam
perhiasan dan ditarik orang-orang untuk disembelih di hadapan patung-patung
yang mereka sembah.
Zaid bersandar ke dinding Ka'bah
seraya berkata, "Hai kaum Quraisy, hewan itu diciptakan Allah. Dialah
yang menurunkan hujan dari langit supaya hewan-hewan itu minum sepuas-puasnya.
Dialah yang menumbuhkan rumput-rumputan supaya hewan-hewan itu makan
sekenyang-kenyangnya. Kemudian, kalian sembelih hewan-hewan itu tanpa menyebut
nama Allah. Sungguh bodoh dan sesat kalian."
Al-Khattab, ayah Umar bin Khattab,
berdiri menghampiri Zaid, lalu ditamparnya Zaid. Kata Al-Khattab, "Kurang
ajar kau! kami sudah sering mendengar kata-katamu yang kotor itu, namun kami
biarkan saja. Kini kesabaran kami sudah habis!" Kemudian, dihasutnya
orang-orang bodoh supaya menyakiti Zaid. Zaid benar-benar disakiti mereka
dengan sungguh-sungguh sehingga dia terpaksa menyingkir dari kota Mekah ke
Bukit Hira.
Al-Khattab menyerahkan urusan Zaid
kepada sekelompok pemuda Quraisy untuk menghalang-halanginya masuk kota. Karena
itu, Zaid terpaksa pulang dengan sembunyi-sembunyi.
Kemudian, Zaid bin Amr bin Nufail
berkumpul ketika orang-orang Quraisy lengah bersama-sama dengan Waraqah bin
Naufal, Abdullah bin Jahsy, Utsman bin Harits, dan Umaimah binti Abdul
Muthallib, bibi Muhammad saw. Mereka berbicara tentang kepercayaan masyarakat
Arab yang sudah jauh tersesat. Kata Zaid, "Demi Allah! sesungguhnya
saudara-saudara sudah maklum bahwa bangsa kita sudah tidak memiliki agama. Mereka
sudah sesat dan menyeleweng dari agama Ibrahim yang lurus. Karena itu, marilah
kita pelajari suatu agama yang dapat kita pegang jika saudara-saudara ingin
beruntung."
Keempat orang itu pergi menemui
pendeta-pendeta Yahudi, Nasrani, dan pemimpin-pemimpin agama lain untuk
menyelidiki dan mempelajari agama Ibrahim yang murni. Kemudian Waraqah bin
Naufal meyakini agama Nasrani, Abdullah bin Jahsy dan Utsman bin Harits tidak
menemukan apa-apa.
Sementara, Zaid bin Amr bin Nufail
mengalami kisah tersendiri. Kata Zaid, "Saya pelajari agama Yahudi dan
Nasrani. Tetapi, keduanya saya tinggalkan karena saya tidak memperoleh sesuatau
yang dapat menenteramkan hati saya dalam kedua agama tersebut. Lalu, saya
berkelana ke seluruh pelosok mencari agama Ibrahim. Ketika saya sampai ke
negeri Syam, saya diberitahu tentang seorang Rahib yang mengerti ilmu kitab.
Maka, saya datangi Rahib tersebut, lalu saya ceritakan kepadanya tentang
pengalaman saya belajar agama."
Kata Rahib tersebut, "Saya
tahu Anda sedang mencari agama Ibrahim, hai putra Mekah?" Jawabku,
"Betul, itulah yang saya inginkan." Kata Rahib, "Anda
mencari agama yang dewasa ini sudah tak mungkin lagi ditemukan. Tetapi,
pulanglah Anda ke negeri Anda. Allah akan membangkitkan seorang nabi di
tengah-tengah bangsa Anda untuk menyempurnakan agama Ibrahim. Bila Anda bertemu
dengan dia, tetaplah Anda bersamanya."
Zaid berhenti berkelana. Dia kembali
ke Mekah menunggu nabi yang dijanjikan. Ketika Zaid sedang dalam perjalanan
pulang. Allah mengutus Muhammad menjadi nabi dan rasul dengan agama yang hak.
Tetapi, Zaid belum sempat bertemu dengan beliau, dia dihadang perampok-perampok
Badui di tengah jalan dan terbunuh sebelum ia kembali ke Mekah. Waktu dia akan
menghembuskan napasnya yang terakhir, Zaid menengadah ke langit dan berkata, "Wahai
Allah, jika Engkau mengharamkanku dari agama yang lurus ini, janganlah anakku
Sa’id diharamkan pula daripadanya."
Allah memperkanankan doa Zaid.
Serentak Rasulullah mengajak orang banyak masuk Islam, Sa’id segera memenuhi
panggilan beliau, menjadi pelopor orang-orang beriman dengan Allah dan
membenarkan kerasulan Nabi Muhammad saw.
Tidak mengherankan kalau Sa’id
secepat itu memperkenankan seruan Muhammad. Sa’id lahir dan dibesarkan dalam
rumah tangga yang mencela dan mengingkari kepercayaan dan adat istiadat
orang-orang Quraisy yang sesat itu. Sa’id dididik dalam kamar seorang ayah yang
sepanjang hidupnya giat mencari agama yang hak. Bahkan, dia mati ketika sedang
berlari kepayahan mengejar agama yang hak.
Sa’id masuk Islam tidak seorang diri.
Dia masuk Islam bersama-sama istrinya, Fathimah binti al-Khattab, adik
perempuan Umar bin Khattab. Karena pemuda Quraisy ini masuk Islam, dia disakiti
dan dianiaya, dipaksa kaumnya supaya kembali kepada agama mereka. Usaha mereka
tidak berhasil. Bahkan sebaliknya, Sa’id dan istrinya sanggup menarik seorang
laki-laki Quraisy yang paling berbobot, baik fisik maupun intelektualnya dalam
Islam. Mereka berdualah yang telah menyebabkan ‘Umar bin Khattab masuk Islam.
Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail
membaktikan segenap daya dan tenaganya yang muda untuk berkhidmat kepada Islam.
Ketika masuk Islam umurnya belum lebih dari dua puluh tahun. Dia turut
berperang bersama Rasulullah dalam setiap peperangan, selain peperangan Badar.
Ketika itu dia sedang melaksanakan suatu tugas penting lainnya yang ditugaskan
Rasulullah kepadanya. Dia turut mengambil bagian bersama kaum muslimin mencabut
singgasana Kisra Persia dan menggulingkan kekaisaran Rum.
Dalam setiap peperangan yang
dihadapi kaum muslimin, dia selalu memperlihatkan penampilan dengan reputasi
terpuji. Agaknya yang paling mengejutkan ialah reputasinya yang tercatat dalam
peperangan Yarmuk. Marilah kita dengarkan sedikit kisahnya pada hari itu.
Berkata Sa’id bin Zaid bin Amr bin
Nufail, "Ketika terjadi perang Yarmuk, pasukan kami hanya berjumlah
24.000 orang, sedangkan tentara Rum berjumlah 120.000 orang. Musuh bergerak ke
arah kami dengan langkah-langkah yang mantap bagaikan sebuah bukit yang
digerakkan tangah-tangan tersembunyi. Di muka sekali berbaris pendeta-pendeta,
perwira-perwira tinggi dan paderi-paderi yang membawa kayu salib sambil
mengeraskan suara membaca doa. Doa itu diulang-ulang oleh tentara yang berbaris
di belakang mereka dengan suara mengguntur."
Tatkala tentara kaum muslimin
melihat musuhnya seperti itu, kebanyakan mereka terkejut, lalu timbul rasa
takut di hati mereka. Abu Ubaidah bangkit mengobarkan semangat jihad kepada
mereka. Kata Abu Ubaidah dalam pidatonya, antara lain, "Wahai
hamba-hamba Allah, menangkan agama Allah, pasti Allah akan menolong kamu dan
memberikan kekuatan kepada kamu!” "Wahai hamba-hamba Allah! tabahkan hati
kalian, karena ketabahan adalah jalan lepas dari kekafiran, jalan mencapai
keridaan Allah dan menolak kehinaan." "Siapkan lembing dan perisai!
tetaplah tenang dan diam, kecuali mengingat Allah dalam hati kalian
masing-masing. Tunggu perintah saya selanjutnya, insya Allah!"
Kemudian, Sa’id melanjutkan
ceritanya. Tiba-tiba seorang prajurit muslim keluar dari barisan dan berkata
kepada Abu Ubaidah, "Saya ingin syahid sekarang, adakah pesan-pesan
Anda kepada Rasulullah?"
Jawab Abu Ubaidah, "Ya, ada!
Sampaikanlah salam saya dan kaum muslimin kepada beliau. Katakan kepada beliau,
sesungguhnya kami telah mendapatkan apa yang dijanjikan Tuhan kami".
Setelah mengucapkan kata-kata itu,
saya lihat dia menghunus pedang dan terus maju menyerang musuh-musuh Allah.
Saya membanting diri ke tanah, dan berdiri di atas lutut saya. Saya bidikkan
lembing saya, lalu saya melompat menghadang musuh. Tanpa terasa perasaan takut
lenyap dengan sendirinya di hati saya. Tentara muslimin bangkit menyerbu
tentara Rum. Akhirnya Allah memenangkan kaum muslimin.
Sesudah itu Sa’id bin Zaid turut
berperang menaklukan Damsyiq. Setelah kaum muslimin memperlihatkan kepatuhan,
Abu Ubaidah bin Jarrah mengangkat Sa’id bin Zaid menjadi wali di sana. Dialah
wali kota pertama dari kaum muslimin setelah kota itu dikuasai.
Dalam masa pemerintahan Bani Umayah,
merebak suatu isu dalam waktu yang lama di kalangan penduduk Yatsrib terhadap
Sa’id bin Zaid. Yakni, seorang wanita bernama Arwa binti uwais menuduh Sa’id
bin Zaid telah merampas tanahnya dan menggabungkannya dengan tanah Said
sendiri. Wanita tersebut menyebarkan tuduhannya itu ke seantero kaum muslimin,
dan kemudian mengadukan perkaranya kepada Wali Kota Madinah, Marwan bin Hakam.
Marwan mengirim beberapa petugas kepada Sa’id untuk menanyakan perihal tuduhan
wanita tersebut. Sahabat Rasulullah ini merasa prihatin atas fitnah yang
dituduhkan kepadanya itu.
Kata Sa’id, "Dia menuduhku
menzaliminya (merampas tanahnya yang berbatasan dengan tanah saya). Bagaimana
mungkin saya menzaliminya, padahal saya telah mendengar Rasulullah saw.
bersabda, "Siapa saja yang mengambil tanah orang lain walaupun sejengkal,
nanti di hari kiamat Allah memikulkan tujuh lapis bumi kepadanya. Wahai Allah!
dia menuduh saya menzaliminya. Seandainya tuduhan itu palsu, butakanlah matanya
dan ceburkan dia ke sumur yang dipersengketakannya dengan saya. Buktikanlah
kepada kaum muslimin sejelas-jelasnya bahwa tanah itu adalah hak saya dan bahwa
saya tidak pernah menzaliminya."
Tidak berapa lama kemudian, terjadi
banjir yang belum pernah terjadi seperti itu sebelumnya. Maka, terbukalah tanda
batas tanah Sa’id dan tanah Arwa yang mereka perselisihkan. Kaum muslimin
memperoleh bukti, Sa’idlah yang benar, sedangkan tuduhan wanita itu palsu.
Hanya sebulan sesudah itu, wanita tersebut menjadi buta. Ketika dia berjalan
meraba-raba di tanah yang dipersengketakannya, dia pun jatuh ke dalam sumur.
Kata Abdullah bin Umar, "Memang,
ketika kami masih kanak-kanak, kami mendengar orang berkata bila mengutuk orang
lain, Dibutakan mata kamu seperti Arwa."
Peristiwa itu sesungguhnya tidak begitu mengherankan.
Karena, Rasulullah saw. bersabda, "Takutilah doa orang teraniaya.
Karena, antara dia dengan Allah tidak ada batas." Maka, apalagi kalau
yang teraniaya itu salah seorang dari sepuluh sahabat Rasulullah saw. yang
telah dijamin masuk surga, Sa’id bin Zaid, tentu lebih diperhatikan oleh Allah
SWT.
0 Response to "10 Sahabat Dijamin Masuk Syurga (bag 10) "Sa'id bin Zaid""
Post a Comment