Semangat Menuntut Ilmu Dan Mendalaminya
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS At-Taubah :122)
Abdullah bin Abbas berkata bahwa
dalam QS At-Taubah : 39
“ jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya
Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum
yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya
sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”
Telah diketahui dari ayat diatas,
bahwa Allah mengaruniakan kepada para sahabat rasulullah bahwa kesatuan jamaah
saat itu sangat penting. Selain itu, ada satu jamaah kecil yang mempelajari
seluruh ajaran agama. Pada zaman tabi’in, islam telah tersebar luas dan menjadi
sebuah jamaah besar dan merupakan kesatuan yang kokoh. Karena pada diri
tabi’in, tidak terdapat kesatuan seperti pada diri sahabat, maka Allah telah
menghidupkan orang-orang yang khusus mempelajari bidang agama. Maka muncullah
muhadditsin, yaitu jamaah khusus yang menyusun hadits-hadits dan
menyebarkannya. Lalu para fuqaha, yakni ahli fikih, ahli sufi, dan ahli
Al-Qur’an dan para mujahidin.
Singkatnya, disetiap bidang Allah
telah mewujudakan para ahli yang memeliharanya. Hal itu sangat sesuai dan
penting pada masa itu. jika tidak, maka sangat sulit untuk mencapai kemajuan
dan kesempurnaan dibidang agama karena sangat sulit bagi seseorang mencapai
kesempurnaan dan kemuliaan dalam segala hal. Allah hanya mengaruniakan
kesempurnaan tersebut hanya pada Nabi khususnya pada Rasulullah. Dalam kaitan
ini, juga terdapat kisah sahabat dan tokoh-tokoh lainnya.
1. Kisah Para Sahabat Rasulullah Ahli Fatwa
Walaupun para sahabat sibuk berjihad
demi menegakkan kalimatullah, semangat mereka dalam menuntut ilmu selalu ada. Setiap
kali mereka mendapat suatu kebaikan, mereka akan segera menyebarkannya.
Demikianlah kesibukan mereka setiap saat. Namun diantara mereka ada jamaah
khusus yang berfatwa ketika Rasulullah masih hidup, diantaranya adalah Abu
Bakar, Umar, Ustman, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin
Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Ammar bin Yasir, Salman Al Farisi, Zaid bin Tsabit,
Hudzaifah, Abu Musa, Adu Darda’ radhiyallahu anhum. (Talqih)
Faedah : Mereka
Telah mencapai kesempurnaan ilmu sehingga diizinkan berfatwa ketika Rasulullah
sallahu a’laihi wasallam masih hidup.
2. Kisah Abu Bakar R.a. Membakar Kumpulan Hadits
Aisyah berkata “ayahku, Abu Bakar
memiliki catatan berisi 500 hadits yang dikumpulkan. Pada suatu malam, aku
melihatnya sangat gelisah dan berbaringmembolak-balikkan badannya. Aku bertanya
“apakah engkau sakit, atau ada seuatu hal yang membebanimu pikiranmu ?” namun
pada malam itu, ia tetap gelisah dan cemas. Keesokan harinya, ia bertanya
padaku, “dimanakah catatan hadits ku yang pernah kuberikan padamu ?” aku pun
mengambilnya dan memberikan padanya. Ternyata beliau membakar catatan itu. aku
bertanya “mengapa dibakar?” ia menjawab “aku ragu jika ada kekhilafan lalu aku
meninggal, sedangkan catatan ini masih ada padaku. Jika sampai ketangan orang lain,
lalu mereka menganggapnya muktabar (dipercaya), padahal tidak dan ternyata
dalam catatan ini ada kesalahan, tentu itu akan mencelakakanku. (Tadzkiratul
Huffadz)
Faedah : Walaupun
Abu Bakar r.a memiliki kedalamn dan semangat ilmu yang tinggi sehingga dapat
mengumpulkan 500 hadits dalam catatannya, ia membakarnya karena
kehati-hatiannya yang sempurna. Hal ini terjadi pula pada sahabat-sahabat yang
lain, mereka sangat hati-hati dengan hadits Rasulullah. Oleh karena itu,
sebagian besar sahabat rasulullah hanya meriwayatkan sedikit hadits. Ini pula
yang menyebabkan mengapa Imam Abu Hunaifah rah.a, sangat sedikit meriwayatkan
hadits.
3. Kisah Abdullah bin Abbas R.huma dalam Menuntut Ilmu
Abdullah bin Abbas bercerita
“setelah wafat rasulullah, aku berkata kepada seorang Anshar, ‘Nabi telah
meninggalkan kita, tetapi sahabat masih banyak yang hidup diantara kita. Mari
kita temui mereka untuk bertanya dan menghafalkan kembali urusan agama.” Namun
sahabat Anshar tidak bersedia atas ajakan Abdullah bin Abbas.
Lalu Abdullah bin Abbas berkata “dan
kebanyakn ilmu yang aku dapatkan adalah darikaum Anshar, dan aku akan menjumpai
beberapa orang sahabt dan menanyakannya. Jika ku dengar mereka sedang tidur di
rumahnya maka, aku akan menghamparkan kain untuk duduk sambl menunggu di depan
rumahnya, sehingga muka ku penuh dengan debu, dan tubuhku sangat kotor. Setelah
ia bangun, aku bertanya kepadanya mengenai masalah yang terjadi dan mengenai
maksud kedatanganku.” Namun sebagian besar berkata “Engkau adalah keponakan
Rasulullah, mengapa engkau menyusahkan diri untuk datang kemari, mengapa engkau
tidak memanggilku ?” Jawabku “Aku sedang menuntut ilmu, jadi akulah yang wajib
mendatangimu.”
Faedah : Dari cerita
diatas, selain dapat diketahui tentang ketawajuhan dan kerendahan hati Ibnu
Abbas terhadap gurunya, juga dapat diketahui akan ketinggian semangat serta
perhatiannya terhadap ilmu. Apabila ia, mendengar hadits yang tersimpan pada
seseorang, ia akan langsung mendatanginya dan mempelajarinya, walaupun harus
berusaha keras dan bersusah payah. Tanpa usaha dan susah payah, sesuatu yang
sepele tidak akan didapat, apalagi ilmu yang tidak ternilai harganya.
“Barang siapa mencari derajat ketinggian
Hendaklah ia berjaga pada waktu malam..”
Semoga Bermamfaat, Shukran
Jazakallah Khairan@
0 Response to "Semangat Menuntut Ilmu Dan Mendalaminya"
Post a Comment