Keterampilan Dasar Mengajar
BAB I
PENDAHULUAN
Kompetensi pedagogis berkenaan dengan kemampuan mengelola
pembelajaran dalam rangka mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dmiliki
peserta didik. Salah satu kemampuan yang dituntut dari kompetensi ini adalah
kemampuan melaksanakan pembelajaran yang mendidik. Agar dapat melaksanakan
pembelajaran yang mendidik dengan baik, di samping menguasai berbagai
kemampuan, guru dipersyaratkan untuk menguasai keterampilan dasar mengajar,
yang merupakan salah satu aspek penting dalam kompetensi guru.
Keterampilan dasar mengajar merupakan satu keterampilan yang
menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap
keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara
lebih efektif. Keterampilan dasar mengajar bersifat generik, yang berarti bahwa
keterampilan ini perlu dikuasi oleh semua guru, baik guru TK, SD, SMP, SMA
maupun dosen di perguruan tinggi. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan
keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi, guru diharapkan mampu
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat
penting kalau ia ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi di samping
harus menguasai substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar
juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar
mengajar.
Menurut hasil penelitian (Turney, 1979), terdapat 8
keterampilan dasar mengajar yang dianggap berperan penting dalam menentukan
keberhasilan pembelajaran. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan:
1. Bertanya
2. Memberi penguatan
3. Mengadakan variasi
4. Menjelaskan
5. Membuka dan menutup pelajaran
6. Membimbing diskusi kelompok kecil
7. Mengelola kelas
8. Mengajar kelompok kecil dan
perorangan
Kedelapan keterampilan dasar mengajar ini akan dibagi dalam
2 artikel, yaitu dalam artikel kelima dan artikel keenam. Artikel pertama yaitu
membahas tentang “Metode Pembelajaran Di SD”. Artikel kedua membahas tentang
“Strategi Pembelajaran”. Artikel ketiga membahas tentang “PAKEM”. Artikel
keempat membahas tentang “RPP”. Artikel kelima membahas tentang “Keterampilan
Dasar Mengajar I” yang mencakup keterampilan dasar mengajar dari nomor 1 sampai
nomor 4. Dan artikel keenam membahas tentang “Keterampilan Dasar Mengajar II”
yang mencakup keterampilan dasar mengajar dari nomor 5 sampai nomor 8.
Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai, artikel ini diorganisasikan ke dalam 4
kegiatan belajar, yaitu:
1. Keterampilan Bertanya
2. Keterampilan Memberi Penguatan
3. Keterampilan Mengadakan Variasi
4. Keterampilan Menjelaskan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KETERAMPILAN BERTANYA
Dalam
proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru tidaklah lepas dari
guru memberikan pertanyaan dan murid memberikan jawaban yang diajukan.
Pada
kenyataannya di lapangan ada banyak guru yang tidak menguasai teknik-teknik
dalam memberikan pertanyaan kepada siswa sehingga banyak pertanyaan tersebut
hanya bersifat knowledge saja artinya kebanyakan hanya mengandalkan ingatan.
1.
Alasan Perlunya Keterampilan Bertanya
Ada 4 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya. Alasan
itu antara lain:
Pertama, pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas
dengan metode ceramahnya. Guru masih beranggapan bahwa dia adalah sumber
informasi, sedangkan siswa adalah penerima informasi. Oleh karena itu, siswa
bersikap pasif dan menerima, tanpa keinginan dan keberanian untuk
mempertanyakan hal-hal yang menimbulkan keraguannya. Dengan dikuasainya
keterampilan bertanya oleh guru, siswa dapat menjadi lebih aktif, kegiatan
belajar mengajar menjadi lebih bervariasi dan siswa dapat berfungsi sebagai
sumber informasi.
Kedua, kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak
membiasakan anak untuk bertanya sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu
terpendam. Situasi seperti ini menular ke dalam kelas. Kesempatan bertanya yang
diberikan oleh guru tidak banyak dimanfaatkan oleh siswa, sedangkan guru tidak
berusaha untuk menggugah keinginan siswa untuk bertanya.
Ketiga, penerapan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA)
dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental
intelektual. Salah satu ciri dari pendekatan ini adalah keberanian siswa untuk
mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang memang perlu dipertanyakan. Hal ini
hanya mungkin terjadi jika guru sendiri menguasai keterampilan bertanya yang
mampu menggugah keinginan siswa untuk bertanya.
Keempat, adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajkukan guru
hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
2.
Fungsi Pertanyaan
Turney (1979) mengindentifikasi 12 fungsi pertanyaan. Keduabelas fungsi
tersebut antara lain:
1. Membangkitkan minat dan
keingintahuan siswa tentang suatu topik
2. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu
3. Menggalakkan penerapan belajar aktif
4. Merangsang siswa memberikan
pertanyaan sendiri
5. Menstrukturkan tugas-tugas hingga
kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal
6. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
7. Mengomunikasikan dan merealisasikan
bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran
8. Menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk mendemonstrasikan pemahamannya tentang informasi yang diberikan
9. Melibatkan siswa dalam memanfaatkan
kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berpikir
10. Mengembangkan kebiasaan menanggapi
pernyataan teman atau pernyataan guru
11. Memberi kesempatan untuk belajar
berdiskusi
12. Membentu siswa menyetakan perasaan
dan pikiran yang murni
3.
Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya
Pada dasarnya keterampilan bertanya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
besar, yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut.
Setiap jenis keterampilan bertanya tersebut akan diuraikan lebih
terperinci berikut ini:
a)
Keterampilan Bertanya Dasar
Keterampilan bertanya dasar terdiri atas 7 komponen. Ketujuh komponen-komponen
itu ialah sebagai berikut:
1. pengajuan pertanyaan secara jelas
dan singkat. Hal ini bertujuan agar pertanyaan yang diberikan guru mudah
dipahami oleh siswa.
2. pemberian acuan, acuan dapat
diberikan pada awal pertanyaan maupun sewaktu-waktu saat guru akan memberikan
pertanyaan. Acuan tersebut berupa informasi yang perlu diketahui siswa. Hal ini
bertujuan sebagai pedoman bagi siswa dalam menjawab pertanyaan.
3. pemusatan, yaitu memfokuskan
perhatian siswa agar terpusat pada inti masalah tertentu sesuai dengan
pertanyaan.
4. pemindahan giliran, siswa pertama
memberikan jawaban, kemudian guru meminta siswa kedua melengkapi jawaban siswa
pertama, lalu siswa ketiga dan seterusnya. Hal ini dapat mendorong siswa untuk
selalu memperhatikan jawaban yang diberikan temannya serta meningkatkan interaksi
antarsiswa.
5. penyebaran, berarti menyebarkan
giliran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Guru menunjukkan
pertanyaan kepada seluruh siswa kemudian menyebarkan pertanyaan secara acak
sehingga semua siswa siap untuk mendapat giliran.
6. pemberian waktu berpikir, guru
mengajukan pertanyaan kemudian menunggu beberapa saat untuk siswa berpikir bar
kemudian meminta atau menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan.
7. pemberian tuntunan, agar siswa yang
tidak bisa menjawab atau siswa yang bisa menjawab namun tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan setelah memperoleh tuntunan dari guru siswa tersebut akan mampu
memberikan jawaban yang diharapkan.
b)
Keterampilan Bertanya Lanjut
Sesuai dengan namanya, penguasaan atas keterampilan bertanya lanjut dibentuk
berdasarkan penguasaan keterampilan bertanya dasar. Ini berarti bahwa ketika
menerapkan keterampilan bertanya lanjut, guru juga menerapkan atau menggunakan
keterampilan bertanya dasar. Komponen keterampilan bertanya lanjut terdiri
dari:
1. pengubahan tuntutan kognitif dalam
menjawab pertanyaan, guru diharapkan memberikan pertanyaan yang bersifat
pemahaman, aplikasi (penerapan), alalisis dan sintesis, evaluasi, dan kreasi.
Pertanyaan yang bersifat ingatan hendaknya dibatasi sesuai dengan sifat materi
dan karakteristik siswa.
2. pengaturan urutan pertanyaan, agar
kemampuan berpikir siswa dapat berkembang secara baik dan wajar. Pertanyaan
pada tingkat tertentu hendaknya dimantapkan, kemudian beralih ke tingkat
pertanyaan yang lebih tinggi. Hal itu dikarenakan agar tidak membingungkan
siswa dan tidak menghambat perkembangan kemampuan berpikir siswa.
3. penggunaan pertanyaan pelacak, hal
ini bertujuan agar guru dapat membimbing siswa untuk mengembangkan jawabannya.
4. peningkatan terjadinya interaksi,
merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan keterlibatan mental intelektual
siswa secara maksimal.
4.
Prinsip Penggunaan Keterampilan Bertanya
Dalam menerapkan keterampilan bertanya, guru hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip penggunaan atau hal-hal yang mempengaruhi keefektifan
pertanyaan sebagai berikut:
1)
kehangatan dan keantusiasan
Pertanyaan
hendaknya diajukan dengan penuh keantusiasan dan kehangatan karena hal ini akan
mempengaruhi kesungguhan siswa dalam menjawab pertanyaan.
2)
menghindari kebiasaan-kebiasaan berikut:
a.
mengulangi pertanyaan sendiri
Mengulangi
pertanyaan sendiri akan membuat siswa tidak memperhatikan pertanyaan pertama sehingga
menurunkan perhatian dan partisipasi siswa.
b. mengulangi jawaban siswa
Mengulangi
jawaban siswa yang bertujuan untuk memberikan penguatan sangat baik dilakukan
oleh guru. Namun, jika guru terbiasa mengulangi jawaban siswa maka siswa lain
tidak akan mendengarkan jawaban temannya karena jawabannya akan diulangi oleh
guru.
c.
menjawab pertanyaan sendiri
Guru
cenderung menjawab sendiri pertanyaannya kalau siswa tidak ada yang memberikan
jawaban. Kebiasaan ini tidak baik karena dapat membuat siswa frustasi dan malas
berpikir.
d. mengajukan pertanyaan yang memancing
jawaban serentak
Sebagai
satu selingan, guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban
serentak sehingga kelas menjadi hidup. Namun, kalau hal ini dibiasakan maka
akan menurunkan fungsi pertanyaan karena guru tidak tahu siapa yang menjawab
dan siswa malas berpikir karena guru tidak meminta jawaban perorangan. Untuk
menghindari kebiasaan ini, guru hendaknya menyusun pertanyaan secara baik
dengan tingkat kesukaran yang sesuai sehingga siswa tidak mungkin menjawabnya
secara serentak.
e.
mengajukan pertanyaan ganda
Pertanyaan
yang diberikan oleh guru secara ganda dapat menyebabkan siswa menjadi frustasi
karena banyaknya pertanyaan dan pertanyaan-pertanyaan itu dijadikan menjadi
satu pertanyaan.
Guru
hendaknya memecah pertanyaan menjadi beberapa pertanyaan sehingga siswa yang
kurang mampu berpikir dapat memikirkan jawaban dengan tenang dan tidak menjadi
frustasi.
f.
menentukan siswa yang akan menjawab
pertanyaan
Guru
kadang-kadang cenderung menunjuk siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan yang
akan diajukannya. Hal ini sebaiknya dihindari karena dapat membuat siswa lain
tidak memperhatikan pertanyaan guru. Sebaiknya guru mengajukan pertanyakan ke
seluruh siswa, menunggu sejenak, kemudian baru menunjuk siswa tertentu untuk
menjawabnya.
3)
memberikan waktu berpikir
Pada pertanyaan tingkat lanjut, waktu berpikir yang dberikan hendaknya lebih
lama dari waktu berpikir yang diberikan ketika menerapkan keterampilan bertanya
dasar. Hal ini sangat perlu diperhatikan karena siswa memerlukan waktu yang
cukup untuk berpikir dan menyusun jawabannya.
4)
mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan
Pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan diajukan oleh guru hendaknya disiapkan
secara cermat sehingga urutan tingkat kesukaran pertanyaan dapat disusun lebih
dahulu dan materi pelajaran dapat dicakup secara tuntas.
5)
menilai pertanyaan yang telah diajukan
Pertanyaan-pertanyaan pokok hendaknya dinilai oleh guru setelah pelajaran
berlangsung sehingga ketepatan jumlah pertanyaan, tingkat kesukaran, kualitas
pertanyaan dalam mengembangkan kemampuan berpikir, dan cakupan materinya dapat
diketahui dengan jelas.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan keterampilan bertanya tersebut,
diharap guru akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa serta
meningkatkan keterlibatan mental intelektual siswa melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya.
B.
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
1.
Pengertian Dan Tujuan Memberi Penguatan
Penguatan
adalah respons yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan yang dianggap
baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya perilaku atau perbuatan
yang dianggap baik tersebut.
Dalam kegiatan pembelajaran, penguatan mempunyai peran penting dalam
meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran. Pujian atau respons positif
guru terhadap perilaku perbuatan siswa yang positif akan membuat siswa merasa
senang karena dianggap mempunyai kemampuan. Namun sayangnya, guru sangat jarang
memuji perilaku atau perbuatan siswa yang positif. Yang sering terjadi adalah
guru menegur atau memberi respons negatif terhadap perbuatan siswa yang
negatif. Oleh karena itu, guru perlu melatih diri sehingga terampil dan
terbiasa memberikan penguatan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah
untuk:
1. meningkatkan perhatian siswa
2. membangkitkan dan memelihara
motivasi siswa
3. memudahkan siswa belajar
4. mengontrol dan memodifikasi tingkah
laku siswa serta mendorong munculnya perilaku yang positif
5. menumbuhkan rasa percaya diri pada
diri siswa
6. memlihara iklim kelas yang kondusif
2.
Komponen Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan pada dasarnya dapat diberikan dalam dua jenis yaitu penguatan verbal
dan penguatan nonverbal. Komponen-komponen keterampilan memberikan penguatan
yang harus dikuasai oleh guru berkaitan dengan keterampilan menggunakan kedua
jenis penguatan tersebut ialah sebagai berikut:
a)
Penguatan Verbal
penguatan verbal merupakan penguatan yang paling mudah digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, yang dapat diberikan dalam bentuk komentar, pujian, dukungan,
pengakuan atau dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan
penampilan siswa. Komentar, pujian, dan sebaganya tersebut dapat diberikan
dalam bentuk kata-kata dan kalimat.
b)
Penguatan Nonverbal
penguatan nonverbal dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain ialah
sebagai berikut:
1.
Mimik dan gerakan badan
Mimik
dan gerakan badan seperti senyuman, anggukan, tepukan tangan atau acungan ibu
jari dapat mengomunikasikan kepuasan guru terhadap respons siswa, yang tentu
saja merupakan penguatan yang sangat berarti bagi siswa.
2.
Gerak mendekati
Gerak mendekati dapat ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati siswa,
berdiri di samping siswa atau kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu
duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Tujuan gerak mendekati adalah
memberikan perhatian, menunjukkan rasa senang akan pekerjaan siswa, bahkan juga
memberi rasa aman kepada siswa.
3.
sentuhan
Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, menjabat tangan siswa
atau mengangkat tangan siswa yang menang jika dilakukan dengan tepat dapat
merupakan penguatan yang efektif bagi siswa.
4.
kegiatan yang menyenangkan
Pada dasarnya siswa akan menjadi senang jika diberikan kesempatan untuk
mengerjakan sesuatu yang menjadi kegemarannya atau sesuatu yang memungkinkan
dia berprestasi. Oleh karena itu, kegiatan yang disenangi siswa dapat digunakan
sebagai penguatan.
5.
pemberian simbol atau benda
Dalam situasi tertentu, penguatan dapat pula diberikan dalam bentuk simbol atau
benda tertentu. Simbol dapat berupa tanda cek (V), komentar tertulis pada buku
siswa, berbagai tanda dengan warna tertentu. Sementara itu, benda yang
digunakan sebagai penguatan adalah benda-benda kecil yang harganya tidak
terlalu mahal, tetapi berarti bagi siswa. Misalnya, kartu bergambar, pensil
atau buku tulis, pin atau benda-benda kecil lainnya.
c)
Penguatan Tak Penuh
Selain kedua jenis penguatan di atas, ada satu cara pemberian penguatan yang
disebut dengan penguatan tak penuh. Sesuai dengan namanya, penguatan tak penuh
diberikan untuk jawaban atau respons siswa yang hanya sebagian benar, sedangkan
bagian lainnya masih perlu diperbaiki. Untuk itu guru berkata: “Bagian pertama
dari jawaban Anda sudah benar, tetapi alasan yang Anda berikan belum mantap”.
Kemudian guru meminta siswa lain untuk memperbaiki jawaban yang masih perlu
diperbaiki tersebut. Dengan cara seperti itu, siswa akan memahami kualitas
jawabannya sehingga penguatan yang diberikan guru benar-benar bermakna.
3.
Prinsip Penggunaan Keterampilan Memberi Penguatan
Agar penguatan yang diberikan guru dapat berfungsi secara efektif, guru
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pemberian penguatan sebagai berikut:
1)
kehangatan dan keantusiasan
Penguatan yang diberikan guru haruslah disertai dengan kehangatan dan
keantusiasan. Kehangatan dan keantusiasan dapat ditunjukkan dengan berbagai
cara, misalnya dengan muka/wajah berseri disertai senyuman, suara yang riang
penuh dengan perhatian atau sikap yang memberi kesan bahwa penguatan yang
diberikan memang sungguh-sungguh. Sebaliknya, penguatan yang diberikan dengan
suara lesu, sikap acuh tak acuh, wajah yang murung, tidak akan ada dampak
positif bagi siswa, bahkan hanya akan menimbulkan kesan negatif bagi siswa.
2)
kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru haruslah bermakna bagi siswa. Artinya, siswa
memang merasa terdorong untuk meningkatkan penampilannya.
3)
menghindari penggunaan respons negatif
Respons negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hinaa, hukuman atau ejekan
dari guru merupakan senjata ampuh yang dapat menghancurkan iklim kelas yang
kondusif dan kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya
menghindari segala jenis respons negatif tersebut.
Di samping ketiga prinsip di atas, dalam meberikan penguatan, guru hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)
sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya memberikan
penguatan kepada siswa tertentu, “Maron, karanganmu bagus sekali”.
Contoh penguatan kepada kelompok siswa ataupun kepada seluruh siswa secara
utuh, “Wah, Ibu bangga benar dengan kedisiplinan kelas 2 ini”.
Dengan demikian, setiap penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas
sasarannya, apakah dituju kepada pribadi tertentu, kepada kelompok kecil siswa
atau kepada seluruh siswa.
2)
penguatan harus diberikan dengan segera
Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang penguatan
haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respons yang diharapkan.
Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara respons yang ditunjukkan dengan
penguatan yang diberikan.
3)
variasi dalam penggunaan
Pemberian penguatan haruslah dilakukan dengan variasi yang kaya sehingga
dampaknya cukup tinggi bagi siswa yang menerimanya. Penguatan verbal dengan
kata-kata yang sama dan terus-menerus akan kehilangan makna hingga tidak
berarti apa-apa bagi siswa. Demikian juga penguatan nonverbal yang dilakukan
secara terus-menerus akan membosankan dan tidak berdampak apa-apa, bahkan
mungkin akan menimbulkan respons negatif, misalnya menjadi bahan tertawaan.
Oleh karena itu, guru hendaknya berusaha mencari variasi baru dalam memberi
penguatan
C.
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
1.
Pengertian Dan Tujuan
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat
berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja
diciptakan/dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Tanpa variasi hidup ini
akan menjadi membosankan.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran bertujuan antara lain untuk hal-hal sebagai
berikut:
a) menghilangkan kebosanan siswa dalam
belajar
b) meningkatkan motivasi siswa dalam
mempelajari sesuatu
c) mengembangkan keinginan siswa untuk
mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru
d) melayani gaya belajar siswa yang
beraneka ragam
e) meningkatkan kadar
keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Komponen-Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
Pada
dasarnya variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yakni:
a.
Variasi dalam gaya mengajar
b. Variasi dalam pola interaki
c.
Variasi dalam penggunaan alat bantu
pembelajaran
1.
Variasi dalam gaya mengajar
Hal-hal yang berkaitan dengan gaya mengajar yang dapat divariasikan oleh
seorang guru ialah sebagai berikut:
a) Variasi suara, suara guru dapat
dikatakan merupakan faktor yang sangat penting di dalam kelas karena sebagian
besar kegiatan kelas akan bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara
lisan.
b) Pemusatan perhatian, yaitu dengan
mengucapkan kata-kata tertentu secara khusus disertai isyarat atau gerakan
seperlunya. Misalnya, guru mengucapkan, “Jangan lupakan ini!”, sambil
menggarisbawahi kata-kata yang dimaksud.
c) Kesenyapan, yaitu diam sejenak
sambil memandang kepada siswa-siswa yang sedang sibuk sendiri.
d) Mengadakan kontak pandang, merupakan
salah satu senjata ampuh bagi guru dalam mengajar dengan tujuan mengecek
pemahaman siswa atau memberi perhatian khusus, mencerminkan keakraban hubungan
antara guru dan siswa dalam belajar mengajar.
e) Gerakan badan dan mimik, merupakan
alat komunikasi yang efektif yang dapat mengkomunikasikan pesan secara lebih
efektif dibandingkan dengan ucapan yang bertele-tele.
f)
Perubahan dalam posisi guru, harus
dilakukan dengan niat tertentu serta terkesan wajar dan tidak dibuat-buat.
2.
Variasi dalam pola interaksi
Dilihat dari pengorganisasian siswa, pola interaksi dapat dibedakan menjadi 3
yaitu pola interaksi klasikal, kelompok, dan perorangan. Berikut ini contoh
variasi pola interaksi antara lan:
a)
kegiatan klasikal
1. Mendengarkan informasi dan tanya
jawab secara klasikal/diskusi klasikal
2. Demonstrasi oleh guru atau siswa
tentang satu keterampilan atau percobaan
3. Menyaksikan tayangan film, video
atau permainan peran yang kemudian diikuti oleh diskusi atau tugas-tugas lain
b)
kegiatan kelompok
1. Mendiskusikan pemecahan suatu
masalah
2. Menyelesaikan suatu proyek. Misalnya
laporan tentang suatu kegiatan
3. Melakukan suatu percobaan/observasi
4. Melakukan latihan suatu keterampilan
c)
kegiatan berpasangan
1. Merundingkan jawaban pertanyaan yang
diajukan secara klasikal
2. Latihan menggunakan alat tertentu
d)
kegiatan perorangan
1. Membaca atau menelaah suatu materi
2. Mengerjakan tugas-tugas individual
3. Melakukan observasi
4. Melakukan percobaan
5. Memikirkan penyelesaian suatu
masalah
3.
Variasi penggunaan alat bantu pembelajaran
Alat dan media pembelajaran merupakan suatu faktor yang penting dalam proses
kegiatan pembelajaran. Alat bantu pelajaran dapat divariasikan sesua dengan
fungsinya serta variasi kesensitifan indera para siswa. Sebagaimana diketahui
ada siswa yang lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan, melihat, meraba,
mencium atau diberi kesempatan untuk memanipulasi media/alat bantu yang
digunakan. Sesuai dengan variasi tersebut maka variasi penggunaan alat bantu
pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Variasi alat bantu pembelajaran yang
dapat dilihat
Contohnya:
gambar-gambar, diagram, grafik, papan, buletin, slide presentasi, ukiran, peta,
globe dan semua alat yang dapat dilihat oleh manusia.
2. Variasi alat bantu pembelajaran yang
dapat didengar
Contohnya:
rekaman suara binatang, rekaman pidato, rekaman nyanyian, rekaman kuis atau
ujian listenning, radio, dll.
3. Variasi alat bantu pembelajaran yang
dapat diraba dan dimanipulasi
Contohnya:
biji-bijian, binatang kecil yang hidup, patung, alat mainan, alat-alat
laboratorium, globe, dll.
3.
Prinsip Penggunaan
Agar variasi dapat berfungsi secara efektif, guru perlu memperhatikan prinsip
penggunaan sebagai berikut:
a.
Variasi yang dibuat harus mengandung
maksud tertentu serta sesuai dengan tujuan yang ingin dcapai, karakteristik
kemampuan siswa, latar belakang sosial budaya, materi yang sedang disajikan,
dan kemampuan guru menciptakan variasi tersebut
b. Variasi harus terjadi secara wajar,
tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu terjadinya proses belajar
c.
Variasi harus berlangsung secara
lancar dan berkesinambungan, hingga tidak merusak suasana kelas dan tidak
mengganggu jalannya kegiatan belajar
d. Komponen-komponen variasi yang
memerlukan pengorganisasian dan perencanaan yang baik perlu dirancang secara
cermat dan dicantumkan dalam rencana pembelajaran. Selain itu, perubahan
komponen keterampilan mengadakan variasi dapat dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung sesuai dengan balikan yang diterima guru dari siswa selama
pembelajaran berlangsung.
D.
KETERAMPILAN MENJELASKAN
1.
Pengertian Dan Tujuan
Menjelaskan
adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik
yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, antara sebab akibat, yang diketahui
dan yang belum diketahui.
Dari
segi etimologis, kata menjelaskan mengandung makna “membuat sesuatu menjadi
jelas”. Dalam kegiatan terkandung makna pengkajian makna secara sistematis
sehingga yang menerima penjelasan memiliki gambaran yang jelas tentang hubungan
informasi yang satu dengan informasi lainnya. Misal hubungan informasi baru
dengan lama, hubungan sebab akibat, hubungan antara teori dan praktik, atau
hubungan antara dalil-dalil dengan contoh.
Kegiatan
menjelaskan mempunyai beerapa tujuan. Tujuan-tujuan tersebut antara lain ialah:
a.
Membantu siswa memahami berbagai
konsep, hukum, dalil, dan sebagainya secara objektif dan bernalar.
b. Membimbing siswa menjawab pertanyaan
“mengapa” yang muncul dalam proses pembelajaran.
c.
Meningkatkan keterlibatan siswa
dalam memecahkan berbagai masalah melalui cara berpikir yang lebih sistematis.
d. Mendapatkan balikan dari siswa
tentang tingkat pemahamannya terhadap konsep yang dijelaskan dan untuk
mengatasi salah pengertian.
e.
Memberi kesempatan kepada siswa
untuk menghayati proses penalaran dalam penyelesaian ketidakpastian.
Sementara
itu, penguasaan keterampilan menjelaskan akan memungkinkan guru untuk:
a.
Meningkatkan efektivitas pembicaraan
di kelas sehingga benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa.
b. Memperkirakan tingkat pemahaman
siswa terhadap penjelasan yang diberikan.
c.
Membantu siswa menggali pengetahuan
dari berbagai sumber.
d. Mengatasi kekurangan berbagai sumber
belajar.
e.
Menggunakan waktu secara efektif.
2.
Komponen-Komponen Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan memberi penjelasan dapat dikelompokkan menjad dua bagian besar,
yaitu:
1.
Keterampilan merencanakan penjelasan
a.
Merencanakan isi pesan (materi)
pembelajaran, merupakan tahap awal dalam proses menjelaskan. Di dalamnya
mencakup: (1) menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan
termasuk unsur-unsur yang terkait, (2) menetapkan jenis hubungan antara
unsur-unsur yang berkaitan tersebut, (3) menelaah hukum, rumus, prinsip atau
generalisasi yang mungkin dapat digunakan dalam menjelaskan masalah yang
ditentukan.
b. Menganalisis karakteristik
penerimaan pesan, agar guru mampu mengetahui apakah siswanya sudah paham
tentang materi yang dijelaskan atau masih belum paham.
2.
Keterampilan menyajikan penjelasan
a.
Kejelasan ucapan dalam berbicara,
sangat menentukan kualitas suatu penjelasan.
b. Penggunaan contoh dan ilustrasi,
agar penjelasan akan lebih menarik dan mudah dipahami.
c.
Pemberian tekanan, agar siswa lebih
menangkap inti permasalahan yang djelaskan.
d. Balikan, untuk memeriksa pemahaman
siswa dengan cara mengajukan pertanyaan atau ekspresi wajah siswa setelah
mendengarkan penjelasan guru.
3.
Prinsip Penggunaan Keterampilan Menjelaskan
Dalam memberikan penjelasan, guru perlu memperhatikan hal-hal seperti di bawah
ini:
a.
Memperhatikan kaitan antara yang
menjelaskan (guru) dengan yang mendengarkan (siswa) dan bahan yang djelaskan
(materi).
b. Penjelasan dapat diberikan pada
awal, tengah, dan akhir pelajaran, tergantung dari munculnya kebutuhan akan
penjelasan.
c.
Penjelasan yang diberikan harus
bermakna dan sesuai dengan tujuan pelajaran.
d. Penjelasan dapat disajikan sesuai
dengan rencana guru atau bila kebutuhan akan suatu penjelasan muncul dari
siswa.
BAB III
PENUTUP
Guru perlu menguasa keterampilan
bertanya karena:
a.
Guru cenderung mendominasi kelas
dengan ceramah.
b. Siswa belum terbiasa mengajukan
pertanyaan.
c.
Siswa harus dilibatkan secara mental
intelektual secara maksimal.
d. Adanya anggapan bahwa pertanyaan
hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
Penguatan
adalah respons yang dberikan ole guru terhadap perilaku siswa yang baik, yang
menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkat perilaku
baik tersebut.
Variasi
adalah keanekaan yang membuat sesuatu menjadi tidak monoton. Variasi dalam
kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan
keingintahuan siswa, melayani gaya belajar yang beragam, serta meningkatkan
kadar keaktifan siswa.
Keterampilan
menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang
mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah,
Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hal: 7.1-7.61
http://maron11materikuliah.blogspot.com
0 Response to "Keterampilan Dasar Mengajar"
Post a Comment