Kesalahan Niat Dalam Menuntut Ilmu
Ketahuilah wahai saudaraku, kita
menuntut ilmu untuk memberantas kebodohan dalam diri kita, menjadikan ilmu
tersebut terserap dalam hati kita, sehingga hati tersebut akan mengomandoi
seluruh anggota badan untuk mengamalkan ilmu tersebut dalam ketika tiba waktunya
ilmu tersebut untuk diamalkan..
Sehingga seseorang senantiasa
mengusahakan, setiap ilmu yang dimilikinya untuk ada pada dirinya, yakni nampak
pada amalnya. Dengan demikian maka TUJUAN dari MENUNTUT ILMU dapat tercapai,
apa tujuannya? MERAIH TAQWA. apa itu taqwa? yaitu melaksanakan segala apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarangNya; bukankah itu hanya
bisa dilaksanakan dengan MENGAMALKAN ILMU yang telah kita dapat?!
Kesalahan yang banyak terjadi pada
para pelajar adalah ketika ia menuntut ilmu bukan untuk kebaikan dirinya, namun
untuk orang lain, sehingga ia hanya memikirkan nasib orang lain dan lupa
terhadap nasib dirinya.
Termasuk kesalahan dalam menuntut
ilmu adalah ketika ia meniatkan ilmu yang ia peroleh tersebut untuk hanya SEKEDAR
MENAMBAH/MEMPERLUAS WAWASAN (tanpa ada niat sedikitpun untuk mengamalkannya),
atau ia meniatkannya hanya untuk mendebat orang lain dengan ilmunya, atau hanya
untuk merendahkan orang lain dengan ilmu tersebut, atau hanya untuk menjadikan
ilmu tersebut sebagai ‘senjata’ untuk menyerang orang lain…
Sehingga ketika ia membaca satu
ayat/hadits (yang berisi kejelekan) ia tujukan ayat tersebut kepada orang lain,
dan ia lupa kepada dirinya yang memiliki kejelekan yang banyak..
Sehingga ketika ia membaca satu ayat/hadits (yang
berisi kebaikan) ia tujukan ayat tersebut kepada dirinya sendirinya, padahal ia
tidak mempunyai kebaikan..
Bagaimana itu bisa terjadi? padahal Rasulullah
bersabda:
…مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ
فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka
menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. (HR Muslim 4/2074 no. 2699 dan yang lainnya dari shahabat Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu).
jawab: hadits tersebut hanya berlaku bagi orang yang
berniat benar dalam memahami agama ini. bukan orang yang rusak niatnya. karena
ada haidts lain yang menyatakan:
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ
بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ
النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk mendebat orang
yang bodoh atau menandingi para ulama’ atau untuk mencari perhatian manusia,
maka Allah akan memasukkannya kedalam api neraka”. [Shahiih, HR. Tirmidzi no. 2654 dari Ka’ab bin Malik serta dishahihkan oleh
syeikh Muhammad As-Subhi Hasan Hallaq]
Juga hadits:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا يُبْتَغَى
بِهِ وَجْهُ اللَّهِ , لا يَتَعَلَّمُهُ إِلا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ
الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’iy yang semestinya
ia lakukan untuk mencari Wajah Allah, namun ia tidak melakukannya melainkan
hanya mencari keutungan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya aroma
surga pada hari kiamat. (Hasan
Shahiih, HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Maajah, Ibnu Hibban, dll)
Semua itu berporos pada satu, NIAT
seseorang dalam melakukan amalan ibadah, Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan)
bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan” (HR. Bukhariy dan Muslim; dan selainnya)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam juga bersabda:
إِنَّ الْخَيْرَ لَا يَأْتِي إِلَّا
بِخَيْرٍ أَوَ خَيْرٌ هُوَ
“Sesungguhnya Kebaikan (yang hakiki) itu, tidaklah
mendatangkan kecuali kebaikan, (dan) bukanlah kebaikan itu (yang menipu)” (HR Muslim, Lihat Syarah Muslim dalam menjelaskan hadits ini (1742).
Apa korelasi hadits pertama dan hadits kedua?
Menuntut ilmu adalah sebuah
kebaikan, maka jika orang-orang yang menuntut ilmu dengan NIAT yang ikhlash;
maka ia akan mendapatkan kebaikan ilmu tersebut (sebagaimana disebutkan pada
hadits kedua). Namun jika ia menuntut ilmu dengan NIAT yang TIDAK ikhlash, maka
ilmu yang ia pelajari -seberapa banyakpun itu- TIDAK AKAN MELEWATI
KERONGKONGANNYA.
Rasulullah bersabda tentang
khawarij:
إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمًا
يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ
Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-orang
yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka. (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain:
يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ
أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ
Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al
Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu adalah
(bencana) atas mereka. (HR. Muslim)
Al Hafidz ibnu Rajab rahimahullah
berkata:
“Telah menjadi jelas bahwa cinta harta dan kedudukan
dan rakus kepada keduanya dapat merusak agama seseorang sehingga tidak tersisa
darinya kecuali apa yang Allah kehendaki sebagaimana dikabarkan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan asal cinta harta dan kedudukan adalah cinta
dunia, dan asal cinta dunia adalah mengikuti hawa nafsu. Wahb bin Munabbih
rahimahullah berkata: “Dari mengikuti hawa nafsu timbullah cinta dunia, dan
dari cinta dunia timbullah cinta harta dan kedudukan, dan dari cinta harta dan
kedudukan timbullah menghalalkan apa-apa yang haram”. [Ibnu Rajab, syarah maa dzibaani jaa’iaani hal. 71; dari artikel ustadz
Badrusalam "perusak niat"]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda,
أَلاَ إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً
“…Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini ada
segumpal daging
إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ
apabila ia (segumpal daging) tersebut baik, baiklah
seluruh jasadnya
وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ
dan apabila ia (segumpal daging) tersebut rusak
(buruk), maka rusaklah (buruklah) seluruh jasadnya.
أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Ketahuilah, segumpal daging tersebut adalah hati” (HR. Bukhariy)
Jika seseorang menuntut ilmu
didasarkan niat yang ikhlash (hati yang baik), maka hati akan menyerap ilmu
tersbut, dan ilmu tersebut akan terlihat pada seluruh jasadnya. jika seseorang menuntut ilmu didasarkan niat yang jelek, maka hati tersebut
tidak akan menyerap ilmu yang ia dapat, walaupun ia memiliki ilmu yang banyak,
sehingga ilmu yang banyak yang ada pada dirinya tidak tercermin dalam
amalannya.
Rasulullah pernah berdoa (setiap
selesai shalat shubuh):
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا
نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’aa, wa rizqan
thayyibaa, wa ‘amalan mutaqabbalaa
Ya Allah, aku memohon kepadaMu, ilmu yang bermanfaat,
rizqi yang baik (halal), dan amalan yang diterima. (HR. Ibnu Maajah; dishahiihkan oleh Syaikh al Albaaniy dalam Shahiih Ibnu
Maajah).
Rasulullah juga pernah berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ
ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
MIN ‘ILMIN LAA YANFA’
dari ilmu yang tidak bermanfaat,
وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ
WA MIN QOLBIN LAA YAKHSYA’
hati yang tidak khusyu’,
وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ
WA MIN NAFSIN LAA TASYBA’
jiwa yang tidak pernah puas,
وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ
لَهَا
WAMIN DA’WATIN LAA YUSTAJAABU LAHAA
dan dari doa yang tidak terkabulkan. (HR. Muslim)
Semoga Bermamfaat, Shukran
Jazakallah Khairan@
0 Response to "Kesalahan Niat Dalam Menuntut Ilmu"
Post a Comment