'

Selamat Datang di Website Resmi Muhammad Akbar bin Zaid “Assalamu Alaikum Warahmtullahi Wabarakatu” Blog ini merupakan blog personal yg dibuat & dikembangkan oleh Muhammad Akbar bin Zaid, Deskripsinya adalah "Referensi Ilmu Agama, Inspirasi, Motivasi, Pendidikan, Moralitas & Karya" merupakan kesimpulan dari sekian banyak kategori yang ada di dalam blog ini. Bagi pengunjung yang ingin memberikan saran, coretan & kritikan bisa di torehkan pada area komentar atau lewat e-mail ini & bisa juga berteman lewat Facebook. Terimah Kasih Telah Berkunjung – وَالسٌلام عَلَيْكُم

Kesalahan Niat Dalam Menuntut Ilmu



Ketahuilah wahai saudaraku, kita menuntut ilmu untuk memberantas kebodohan dalam diri kita, menjadikan ilmu tersebut terserap dalam hati kita, sehingga hati tersebut akan mengomandoi seluruh anggota badan untuk mengamalkan ilmu tersebut dalam ketika tiba waktunya ilmu tersebut untuk diamalkan..
Sehingga seseorang senantiasa mengusahakan, setiap ilmu yang dimilikinya untuk ada pada dirinya, yakni nampak pada amalnya. Dengan demikian maka TUJUAN dari MENUNTUT ILMU dapat tercapai, apa tujuannya? MERAIH TAQWA. apa itu taqwa? yaitu melaksanakan segala apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarangNya; bukankah itu hanya bisa dilaksanakan dengan MENGAMALKAN ILMU yang telah kita dapat?!
SERAYA DENGAN HAL TERSEBUT, kita pun harus menginginkan agar ilmu tersebut juga tertular kepada orang lain. Dan “orang lain” yang pertama kali yang kita inginkan tertular yaitu KELUARGA KITA, kemudian orang dibawah tanggung jawab kita, dan seterusnya..
Kesalahan yang banyak terjadi pada para pelajar adalah ketika ia menuntut ilmu bukan untuk kebaikan dirinya, namun untuk orang lain, sehingga ia hanya memikirkan nasib orang lain dan lupa terhadap nasib dirinya.
Termasuk kesalahan dalam menuntut ilmu adalah ketika ia meniatkan ilmu yang ia peroleh tersebut untuk hanya SEKEDAR MENAMBAH/MEMPERLUAS WAWASAN (tanpa ada niat sedikitpun untuk mengamalkannya), atau ia meniatkannya hanya untuk mendebat orang lain dengan ilmunya, atau hanya untuk merendahkan orang lain dengan ilmu tersebut, atau hanya untuk menjadikan ilmu tersebut sebagai ‘senjata’ untuk menyerang orang lain…
Sehingga ketika ia membaca satu ayat/hadits (yang berisi kejelekan) ia tujukan ayat tersebut kepada orang lain, dan ia lupa kepada dirinya yang memiliki kejelekan yang banyak..
Sehingga ketika ia membaca satu ayat/hadits (yang berisi kebaikan) ia tujukan ayat tersebut kepada dirinya sendirinya, padahal ia tidak mempunyai kebaikan..
Bagaimana itu bisa terjadi? padahal Rasulullah bersabda:
…مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. (HR Muslim 4/2074 no. 2699 dan yang lainnya dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
jawab: hadits tersebut hanya berlaku bagi orang yang berniat benar dalam memahami agama ini. bukan orang yang rusak niatnya. karena ada haidts lain yang menyatakan:
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk mendebat orang yang bodoh atau menandingi para ulama’ atau untuk mencari perhatian manusia, maka Allah akan memasukkannya kedalam api neraka”. [Shahiih, HR. Tirmidzi no. 2654 dari Ka’ab bin Malik serta dishahihkan oleh syeikh Muhammad As-Subhi Hasan Hallaq]
Juga hadits:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ , لا يَتَعَلَّمُهُ إِلا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’iy yang semestinya ia lakukan untuk mencari Wajah Allah, namun ia tidak melakukannya melainkan hanya mencari keutungan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya aroma surga pada hari kiamat. (Hasan Shahiih, HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Maajah, Ibnu Hibban, dll)
Semua itu berporos pada satu, NIAT seseorang dalam melakukan amalan ibadah, Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan” (HR. Bukhariy dan Muslim; dan selainnya)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam juga bersabda:
إِنَّ الْخَيْرَ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ أَوَ خَيْرٌ هُوَ
“Sesungguhnya Kebaikan (yang hakiki) itu, tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan, (dan) bukanlah kebaikan itu (yang menipu)” (HR Muslim, Lihat Syarah Muslim dalam menjelaskan hadits ini (1742).
Apa korelasi hadits pertama dan hadits kedua?
Menuntut ilmu adalah sebuah kebaikan, maka jika orang-orang yang menuntut ilmu dengan NIAT yang ikhlash; maka ia akan mendapatkan kebaikan ilmu tersebut (sebagaimana disebutkan pada hadits kedua). Namun jika ia menuntut ilmu dengan NIAT yang TIDAK ikhlash, maka ilmu yang ia pelajari -seberapa banyakpun itu- TIDAK AKAN MELEWATI KERONGKONGANNYA.
Rasulullah bersabda tentang khawarij:
‎إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ
Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-orang yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka. (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain:
‎يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ
Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. (HR. Muslim)
Al Hafidz ibnu Rajab rahimahullah berkata:
“Telah menjadi jelas bahwa cinta harta dan kedudukan dan rakus kepada keduanya dapat merusak agama seseorang sehingga tidak tersisa darinya kecuali apa yang Allah kehendaki sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan asal cinta harta dan kedudukan adalah cinta dunia, dan asal cinta dunia adalah mengikuti hawa nafsu. Wahb bin Munabbih rahimahullah berkata: “Dari mengikuti hawa nafsu timbullah cinta dunia, dan dari cinta dunia timbullah cinta harta dan kedudukan, dan dari cinta harta dan kedudukan timbullah menghalalkan apa-apa yang haram”. [Ibnu Rajab, syarah maa dzibaani jaa’iaani hal. 71; dari artikel ustadz Badrusalam "perusak niat"]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
أَلاَ إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً
“…Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini ada segumpal daging
إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
apabila ia (segumpal daging) tersebut baik, baiklah seluruh jasadnya
وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
dan apabila ia (segumpal daging) tersebut rusak (buruk), maka rusaklah (buruklah) seluruh jasadnya.
أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Ketahuilah, segumpal daging tersebut adalah hati” (HR. Bukhariy)
Jika seseorang menuntut ilmu didasarkan niat yang ikhlash (hati yang baik), maka hati akan menyerap ilmu tersbut, dan ilmu tersebut akan terlihat pada seluruh jasadnya. jika seseorang menuntut ilmu didasarkan niat yang jelek, maka hati tersebut tidak akan menyerap ilmu yang ia dapat, walaupun ia memiliki ilmu yang banyak, sehingga ilmu yang banyak yang ada pada dirinya tidak tercermin dalam amalannya.
Rasulullah pernah berdoa (setiap selesai shalat shubuh):
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’aa, wa rizqan thayyibaa, wa ‘amalan mutaqabbalaa
Ya Allah, aku memohon kepadaMu, ilmu yang bermanfaat, rizqi yang baik (halal), dan amalan yang diterima. (HR. Ibnu Maajah; dishahiihkan oleh Syaikh al Albaaniy dalam Shahiih Ibnu Maajah).
Rasulullah juga pernah berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ
ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
MIN ‘ILMIN LAA YANFA’
dari ilmu yang tidak bermanfaat,
وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ
WA MIN QOLBIN LAA YAKHSYA’
hati yang tidak khusyu’,
وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ
WA MIN NAFSIN LAA TASYBA’
jiwa yang tidak pernah puas,
وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
WAMIN DA’WATIN LAA YUSTAJAABU LAHAA
dan dari doa yang tidak terkabulkan. (HR. Muslim)
            Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@


Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Kesalahan Niat Dalam Menuntut Ilmu"