Pendidikan Jasmani: Gaya Mengajar Guru Penjas
Kebosanan biasanya
terjadi bila seseorang mengalami peristiwa yang sama secara berulang, terus dan
rutin. Kecenderungan kita adalah adanya suatu perubahan dari yang telah telah
ada, dan kita menginginkan adanya variasi dalam kehidupan.
Kebosanan juga
merupakan masalah besar di sekolah. Sebagian besar guru dalam mengajar selalu berdiri di depan anak didik dan berbicara dengan monoton mulai awal sampai akhir pelajaran. Dalam keadaan
seperti ini sulit untuk mempertahankan perhatian murid, sehingga waktu yang
terpakai tidak bermanfaat bagi guru dan murid.Murid juga menginginkan adanya
variasi dalam proses belajar, sehingga belajar itu sendiri lebih menarik dan
lebih hidup. Dengan demikian, siswa lebih dapat memusatkan perhatian mereka.
Variasi dalam
kegiatan belajar mengajar, dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam mengajar,
yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu variasi dalam gaya
mengajar, variasi dalam penggunaan alat atau media pengajaran, dan variasi
dalam pola interaksi. Keterampilan mengajar dengan melakukan variasi telah
dikenal dan dianggap sebagai keterampilan yang sangat penting dikuasai oleh
seorang guru. Dalam pelaksanaannya, komponen-komponen melakukan variasi ini
membuat aspek-aspek keterampilan lainnya seperti variasi dalam memberikan
penguatan (reinforcement), variasi dalam mengajukan pertanyaan ,
variasi dalam permainan olahraga dan
sebagainya.
Seperti yang
disebutkan di atas, ada tiga komponen keterampilan mengadakan variasi yang
salah satunya adalah variasi dalam gaya mengajar dan berikut ini akan
dibicarakan lebih lanjut.Variasi dalam gaya mengajar guru berguna untuk menarik
dan memperhatikan minat dan semangat siswa dalam belajar. Variasi ini meliputi
variasi suara, pemusatan perhatian, variasi gerakan anggota badan dan variasi dalam
pemilihan permainan olahraga. Dari
siswa, variasi dilihatnya sebagai sesuatu yang menarik dan memiliki relevansi
dengan hasil belajar.Variasi gaya mengajar guru, akan mempertinggi komunikasi
antara guru dengan siswa. Biasanya variasi semacam ini muncul di antara
komponen-komponen sebagai berikut:
a.
Penggunaan Variasi Suara
Yang termasuk
dalam pengertian suara ini adalah kekuatan atau kekerasan, lagu bicara
(intonasi), tekanan bicara dan kelancaran bicara.Dalam menyajikan pokok penting
biasanya guru memberi tekanan pada kata-kata tertentu, atau juga dalam
diucapkan dengan lambat sehingga dapat diikuti dengan jelas sekali.
Suara yang terlalu
keras atau terlalu lemah akan memberikan hasil belajar yang buruk. Suara yang
terlalu keras justru sulit untuk ditangkap isi pembicaraannya. Di samping itu
kesan yang diterima siswa adalah gurunya seorang yang kejam. Suasana belajar
yang demikian akan mengganggu proses belajar mengajar. Lagu bicara mempunyai pengaruh pula pada
daya tangkap siswa terhadap pembicaraan guru. Lagu bicara mempunyai pengaruh
pula pada daya tangkap siswa terhadap pembicaraan guru. Lagu bicara yang datar
(monoton) dan lugu bicara yang naik turun tetapi tersendat-sendat akan
membosankan siswa. Tekanan bicara hendaknya diberikan pada hal-hal yang penting
misalnya dalam menyebutkan definisi istilah, nama, dan kata-kata asing dengan
ucapan pelan dan jelas. Kalau dirasa perlu ucapannya dapat diulang baik oleh
guru atau siswa. Kelancaran berbicara patut pula diperhatikan karena mempunyai
pengaruh yang besar pada daya tangkap siswa. Cara bicara yang gagap atau
terbata-bata, sulit ditangkap maksudnya.
b.
Pemusatan Perhatian (Focusing)
Memusatkan
perhatian pada hal yang penting, dapat dilakukan guru dengan perkataan,
misalnya perhatian baik-baik, ini yang penting, perlu digaris bawahi, dan lain
sebagainya. Penekanan seperti itu biasanya di kombinasikan dengan gerakan
anggota badan.
c.
Kesenyapan atau Pemberian Waktu (Pausing)
Adanya kesenyapan
yang disengaja pada saat guru menerangkan, merupakan alat yang baik untuk
menarik perhatian siswa.Didalam mengajukan pertanyaan guru menggunakan “waktu
tunggu” atau kesenyapan untuk memberikan kesempatan siswa untuk berfikir
utamanya pada pertanyaan yang memerlukan waktu berfikir yang dalam.
d. Mengadakan Kontak Pandang
Yang dimaksud
dengan kontak pandang disini adalah hubungan batin antara guru dan siswa dalam
kaitannya dengan materi yang sedang dibahas bersama. Pada saat mengajar, pandangan guru memperhatikan murid untuk
menunjukkan adanya hubungan. Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi yang penting dan dapat juga untuk mengetahui perhatian dan pemahaman
siswa. Pandangan guru kadang keluar dari perhatian
terhadap siswa, misalnya : melihat pada sekelompok siswa saja, dan lain
sebagainya. Hal-hal diatas hendaknya di hindari oleh guru pada saat mengajar
agar situasi dapat terkendali dengan baik.
e.
Gerakan Badan dan Mimik
Gerak dari anggota
badan dalam memberikan pelajaran sangat besar peranannya untuk memperjelas
hal-hal yang penting. Siswa akan lebih jelas dalam memahami pelajaran.
Disamping melalui pendengaran juga disertai pengamatan melalui mata.
Untuk menjelaskan suatu gerakan olahraga tertentu sebaiknya guru mencontohkan,
jadi disamping menguraikan penjelasan melalui vocal tetapi juga melalui contoh
secara langsung.
f. Variasi
dalam pemilihan permainan olahraga
Olahraga merupakan satu-satunya pelajaran yang menuntut siswa
bergerak aktif. Tetapi monoton pemilihan permainan juga dapat menurunkan
antusias siswa dalam mengikuti pelajaran. Semua cabang olahraga dapat dibuat
suatu permainan dan dapat juga dimodifikasi , untuk mendapat perhatian dari
siswa dan mempermudah penyampaian materi. Pengajaran penjas sekarang ini telah
marak diterapkan adanya TGFU (Teaching Game For Understanding). Memberikan
pengajaran pada siswa mengenai suatu cabang olahraga melalui suatu permainan
agar materi pelajaran dapat tersampaikan dengan baik dan disamping itu
meninggalkan kesan yang positif bagi peserta didik.
Sumber:
Sardiman, A.M. 1990. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers:Jakarta.
0 Response to "Pendidikan Jasmani: Gaya Mengajar Guru Penjas"
Post a Comment