Kemandirian Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional - Sebuah
re-search merupakan modal dasar bagi siapa saja yang ingin mengutarakan suatu
temuan baru ataupun pengembangan temuan yang sudah berjalan dan sudah
distrukturkan menjadi sebuah sistem secara benar menurut rasionalitas maupun
materialis ataupun sebuah dilalektis yang menuntut fleksibilitas sistem maupun
struktur.
Keberanian, rasa ingin tahu
tinggi, objektif walau menentang arus, jujur adalah beberapa hal yang perlu
dimiliki oleh orang tersebut. Dari referensi - referensi, artikel - artikel
serta buku tentang pendidikan nasional belum begitu terbarukan. Sebuah
perkembangan ilmu dan tehnologi yang menafikan absolutisme dan penuh kompetisi
dan evolutif belum tampak.
Sudah menjadi persamaan persepsi
bahwa pendidikan dengan sistem dan undang - undangnya mengakui bahwa pendidikan
adalah basic pembentukan kepribadian seorang manusia. Institusi pendidikan
adalah satu tempat yang diserahi tanggung jawab untuk itu. Dalam UU sisdiknas
bahkan meletakkan standar - standar yang menyangkut manajemen, pengelolaan keuangan,
dan sebagaianya walau tak lebih bahwa pemerintah masih dalam ketakutan
ketidakmampuan satuan pendidikan untuk meluluskan siswa yang sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional.
Tehnologi berupa metode bukan
elektronik learning, Pendidikan mengalami perkembangan ditingkat global. Ini
adalah hasil dari think and re-think yang tentunya menjadi jiwa seorang
peneliti pendidikan. Selama ini pelaku pendidikan hanya mampu mengadopsi
pemikiran barat yang tentunya belum tentu sama bila diaplikasikan dalam pendidikan
nasional di tanah air. Sudah menjadi maklum bahwa apa yang mendasari
pemikiran mereka adalah optimalisasi kebenaran dengan akal. Radical
behavirosisme, constructivisme, post modernisme, adalah buah karya orang barat.
Dimanakah Abraham Maslow Indonesia, B.F Skinner Indonesia, dan yang lainnya.
Ataukah dalam ketakutan
menjadikan akal menjadikan raja dalam membentuk sebuah sistem bahkan
mengeluarkan hipotesa?. Inilah yang hilang dan tidak ditanamkan dalam siswa
bahkan pendidik indonesia. Namun tidak dipungkiri dalam sejarah ilmu inilah
fakta. Biarlah agama berinstropeksi dan melakukan kajian ulang akan kekuasaan
akal ini. Bukan berarti agama salah, sebuah psikologi terbaru yakni
transpersonal psikology menemukan bukti terbaru bahwa manusia maklhuk yang memiliki
keinginan untuk menjadi baik, berkeadilan, memiliki rasa kasih sayang dan
sebagainya atau god spot. Sebuah buku karya seorang pemikir islam di Iran Syekh
Muhammad Baqir As sadr flsafatuna dan Ulama Murtodha Mutahari melalui bukunya
manusia dan agama begitu dalam telah menjunjung akal namun bukan memposisikan
sebagai tuhan.
Karya tulis dan karya ilmiah
lainnya yang dalam sertifikasi profesi ditekankan malah menjadi hantu yang
menakutkan karena dituntut untuk berfikir yang sistematis, logis, dan mampu digeneralisir
hasilnya agar applicable dan mendukung perkembangan dunia pendidikan
nasional di Indonesia. Bagaimana efektifitas metode mengajar yang baik dan
efisien yang berdasarkan aplikasi teori yang ada serta kontekstual harus
ditampilkan dalam sebuah artikel sehingga memuat ketidakberhasilan sebuah teori
beserta hipotesis dilontarkan lalu mengkaji ulang dengan teori terbaru, dan
apabila belum ditemukan itulah wujud hasil research berupa penemuan terbaru
yang kontekstual.
Bukan hanya untuk metode mengajar
melainkan semua hal yang menyangkut pendidikan membutuhkan re-search yang
mendalam. Sehingga diharapkan memunculkan potensi yang dimiliki oelh pendidik
indonesia. Situs resmi pemerintah seharusnya ada dan tidak komersial. Semua
orang bisa mengakses dan memuat hasil karyanya yang tentunya memenuhi standar.
Serta menampilkan hasil - hasil re search supaya dapat diaplikasikan ataupun
dikembangkan. Keterbukaan informasi akan menjadikan lebih cepatnya perkembangan
di dunia pendidikan nasional kita.
Syukran Jazakamullahu
Khairan@
0 Response to "Kemandirian Pendidikan Nasional"
Post a Comment