Realitas Pemuda Indonesia: Penyebab Kerusakan Moral Bangsa
Oleh: Muhammad Akbar
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas
Negeri Makassar
1. Pengertian Moral
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’
yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai
arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata
‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena
kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat.
Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka
rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa
Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin.
Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak
bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan
norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa
pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai
dan norma-norma yang tidak baik.
‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada
dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang
“moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya
perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan
nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Indonesia merupakan
suatu bangsa yang majemuk dan penuh dengan keaneka-ragaman budaya serta etnis
di dalamnya pada era reformasi ini sangat rentan terhadap adanya dekradasi
moral para generasi muda penerus perjuangan dan pembangunan bangsa.
Hal ini sangat wajar
terjadi, karena perkembangan teknologi dan infomasi pada jaman globalisasi
sangat signifikan dengan perkembangan jiwa generasi muda yang sangat
bersemangat untuk maju meraih cita-cita luhur untuk masa depannya, walaupun
tidak sedikit juga para generasi tua sangat terbantu dengan adanya perkembangan
teknologi dan informasi ini.
Teknologi dan
informasi hanya salah satu indikator terhadap majunya suatu proses kehidupan
anak bangsa, karena masih terdapat berbagai macam indikator kemajuan dunia
global untuk dapat ikut serta mempengaruhi kehidupan anak bangsa Indonesia,
baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Kemajuan dunia
globalisasi yang semakin menantang kehidupan para anak bangsa tentunya harus
dibarengi oleh adanya penguatan moral dan agama sebagai upaya mengantisipasi
jika kemajuan dunia globalisasi tersebut dapat menjerumuskan anak bangsa ke
arah kehidupan yang negatif serta dapat merusak citra bangsa Indonesia di mata
dunia internasional.
Moralitas anak bangsa
Indonesia pada jaman sekarang ini menurut beberapa penelitian para pakar
psikologi sudah sangat memperihatinkan, karena 75 % dari generasi muda
Indonesia sudah terjebak dalam kehidupan bebas yang penuh dengan gemerlapnya
penyebaran, penyelundupan dan pemakaian NARKOBA.
Masih terngiang di
telinga kita, bagaimana kematian tragis yang dialami artis Alda Risma yang
sampai saat ini masih terjadi kontroversi siapa sebenarnya dibalik pembunuhan
Alda Risma yang dilaterbelakangi oleh penggunaan NARKOBA. Contoh kongkrit ini
membuktikan bahwa bahaya NARKOBA terhadap anak bangsa sudah semakin marak di
Indonesia dan tidak dapat dikendalikan, walaupun pihak Polisi dan aparat
penegak hukum lainnya berusaha untuk menggulung sindikat penyeludupan dan
peredaran NARKOBA dengan tidak memilih siapa pun pelakunya.
NARKOBA pada saat ini
merupakan bahaya dalam menghancurkan moralitas anak bangsa, karena jaringan
peredaran NARKOBA dan sejenisnya telah berurat akar di Indonesia, bagaikan
suatu jaringan peredaran darah dalam tubuh manusia yang setiap saat dapat
mengundang kematian anak bangsa.
NARKOBA dan Degradasi
moral anak bangsa merupakan suatu kalimat yang sangat sederhana tetapi sangat
mengandung pengertian yang mendalam untuk sama-sama kita menjawabnya. NARKOBA
pada proses peredarannya tidak memilih siapa pun yang akan menggunakannya, baik
dari kalangan anak-anak, remaja sampai kepada kaum miskin, kaum konglomerat
bahkan ketingkat pejabat negara/daerah yang diberi tugas untuk mengemban amanah
rakyat.
Proses peredaran
NARKOBA yang sudah menggila di Indonesia, semakin membuat degradasi moral yang
dapat berakibat kepada hancurnya genarasi penurus cita-cita bangsa, sehingga
Bangsa Indonesia akan mengalami krisis sumberdaya manusia yang berkualitas
dalam mengisi pembangunan di abad ke-21.
Moralitas anak bangsa
yang kian terdegradasi oleh NARKOBA ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, hal
ini perlu dibentengi oleh adanya pemberdayaan masyarakat dengan melakukan
pencegahan peredaran NARKOBA secara menyeluruh, baik di kalangan keluarga,
sekolah/perguruan tinggi, anak jalanan, sampai kepada para pejabat publik.
Pencegahan NARKOBA
tentunya tidak hanya dengan pemberdayaan masyarakat saja, akan tetapi harus
diimbangi oleh penguatan moral dari segi agama, budaya dan peraturan
perundang-undangan yang dapat membuat pengedar NARKOBA lenyap bahkan mati dari
bumi pertiwi Indonesia.
Undang-undang ataupun
peraturan mengenai NARKOBA tentunya tidak hanya sebatas pada pengedar atau
produsen NARKOBA saja, tetapi sangat diperlukan juga upaya hukum dan sangsi
yang membuat jera para pengguna NARKOBA, sehingga mereka dapat kembali kepada
moralatias anak bangsa yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama, Pancasila
dan Undang-undang dasar 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang hidup damai, penuh persatuan dan persaudaraan.
Untuk itu para
generasi penerus serta generasi pengembang amanah cita-cita kemerdekaan bangsa,
marilah kita bersama-sama untuk mencegah dan memutuskan siklus peredaran
NARKOBA dengan menjaga moralitas diri, baik di kalangan keluarga sampai kepada
kalangan rakyat miskin sekalipun. Karena bahaya NARKOBA setiap saat dapat
merenggut nyawa penggunannya dengan tidak memilih apakah dia dari kalangan elit
atau kalangan kaum miskin, marilah kita bentengi diri kita dengan kehidupan
yang beragama, bermoral dan beretika untuk kelangsungan hidup di masa yang akan
datang.
Berita tentang
pemerkosaan, pelecehan seksual dan kejahatan lainnya hampir setiap hari di
kabarkan media massa. Belum lagi video-video porno yang terus diproduksi, baik
yang dibuat secara profesional maupun amatir. Baik video yang memang diproduksi
untuk kepentingan komersil maupun video yang pada awalnya hanya untuk kepentingan
pribadi tapi ‘terpublikasikan’ secara umum.
Dampak video-video
tersebut sangat luar biasa terhadap sikap dan gaya hidup masyarakat. Khususnya
para generasi muda yang akan menjadi penerus bagi kelangsungan bangsa ini
kedepannya. Bisa dibayangkan, jika para pemimpin bangsa di masa depan tersebut,
saat ini sedang gemar menonton video-video mesum. Efek dari tontonan tersebut
akan berpengaruh pada pembentukan sikap dan karakter mereka nantinya.
Agar tulisan ini
tidak merembes kepada hal yang terlalu luas, maka permasalahan yang dibahas
hanya pada video mesum a.k.a porno sebagai salah satu penyebab dari hilangnya
nilai-nilai moral dan budaya anak bangsa. Kemudian, solusi yang ditawarkan
hanya dibatasi pada tatanan pendidikan anak-anak usia sekolah.
Maraknya aktivitas
yang berbau seks bebas membuat kita menjadi gamang melihat perkembangan
generasi muda saat ini. Apakah yang menjadi penyebab hal tersebut?
Setidaknya ada dua
hal yang menjadi penyebab hal tersebut dimana keduanya saling terkait satu sama
lain. Penyebab Pertama adalah perkembangan teknologi yang sangat cepat.
Teknologi yang semakin modern, memungkin penggunanya untuk dapat mengakses
informasi dengan sangat cepat. Sebut saja ada video mesum terbaru yang beredar
di sebuah daerah di jawa. Maka dengan bantuan internet, video tersebut dapat
tersebar luas dengan hitungan menit kesemua daerah di seluruh nusantara ini
dengan bantuan internet.
Penetrasi penyebaran
video tersebut semakin meluas dengan bantuan koneksi data yang juga semakin
canggih, seperti bluetooth dan dari PC ke handphone atau sebaliknya.
Pada kasus Ariel,
Luna Maya dan Cut Tari misalnya. Dengan bantuan media massa, video tersebut
diunduh sebanyak 200 ribu download dalam waktu 10 hari pertama. Andai saja 200
ribu download tersebut dilakukan oleh orang yang berbeda, berarti terdapat 200
ribu orang yang memiliki video tersebut dari unduhan internet.
Misalkan saja,
rata-rata per orang yang mengunduh tadi juga membagikan video tersebut kepada
teman nya yang lain melalui koneksi bluetooth minimal kepada 2 orang yang
berbeda, maka akan terdapat tambahan 400 ribu orang lagi yang memiliki dan
menonton video tersebut.
Berarti, sekarang ada
600 ribu orang yang memiliki video tersebut. Bayangkan jika video tersebut
beredar seperti sistem multilevel marketing (MLM). Dan bayangkan juga jika
seorang anak SMP membanggakan kepada teman satu kelasnya bahwa ia memiliki
video tersebut dan kemudian hampir seluruh teman sekelasnya meminta copy video
tersebut. Wow.. Amazing…
Bayang juga jika
penyebaran informasi yang sangat cepat terjadi untuk hal-hal yang positif,
seperti penyebaran ilmu pengetahuan, sosialisasi program pemerintah terbaru, up
date penelitian terbaru dan sebagainya.
Sehingga, teknologi
tidak dapat disalahkan apalagi dihambat perkembangannya karena justru akan
merugikan manusia itu sendiri. Yang salah adalah pengguna teknologi yakni
manusia itu sendiri
Marilah kita baca
wawancara guru besar perguruan Islam As-syafi’iyah:
Bagaimana komentar pak Kyai dengan
adanya kasus contek massal di Surabaya yang menghebohkan itu ?
Sebagai umat Islam
dimana dienul Islam menjadi agama Allah yang diberikan melalui Rasul terakhir
Nabi Besar Muhammad SAW. Rasulullah SAW mempunyai sifat sifat mulia diantaranya
shidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Shidiq artinya Rasululah SAW itu jujur
dan benar, bahkan sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul telah memiliki sifat
sifat yang mulia. Kejujurannya dan benar di dalam kata-kata.
Amanah yakni mampu
menjadi pemegang amanah yang terpercaya sehingga sebelum menjadi Nabi telah melekat
pada dirinya sifat amanah dengan gelarnya Al Amin, berarti yang dapat
dipercaya. Tabligh yakni kemampuan untuk menyampaikan apa-apa yang Rasul terima
dari Allah SWT. Fathonah berarti Nabi seorang yang cerdas, pandai dan
cendekiawan.
Dengan demikian benar
atau jujur ini merupakan salah satu sifat yang terpenting disaat anak didik
sebagai pelajar, maka guru yang digugu dan ditiru, sewajibnyalah dalam
melaksanakan tugasnya harus memberikan contoh keteladanan dan menjadi seorang
yang berkepribadian, jujur dan benar, termasuk dalam pelaksanan ujian nasional.
Sangatlah tercela
kalau sebagai seorang pendidik menyuruh dan memerintahkan kepada muridnya untuk
menyebarkan jawaban yang telah dihasilkan oleh seorang anak yang cerdas,
seperti kasus di Surabaya. Anak tersebut diminta wali kelasnya untuk
mengedarkan jawabannya kepada teman-temannya, kemudian menjadi kasus yang
menghebohkan secara nasional. Tentu persoalan contek massal harus dijauhi dari
sekarang agar murid bersikap jujur dan menjadi kewajiban guru dalam mendidik
murid-muridnya.
Seperti guru dan
pimpinan sekolah harus disiplin untuk berlaku jujur dan para murid ditekankan
berperilaku jujur, inilah yang utama sekali. Manakala anak tersebut telah
menjadi pemimpin, diharapkan menjadi pemimpin yang jujur dan memiliki
sifat-sifat utama lainnya.
Kasus contek massal,
apakah menunjukan mundurnya dunia pendidikan meski mendapat anggaran 20 persen
APBN atau Rp 240 triliun ?
Saya kira ini langkah
mundur, sebab sulit membayangkan bisa tercipta akhlakul karimah sebagai salah
satu kejujuran. Untuk anak bisa menguasai ilmu akan menjadi anak yang cerdas
dan pandai manakala dibiasakan jujur. Memang dulu belum pernah tersebar seperti
sekarang ini. Memang saya pernah mendengar ada oknum dinas pendidikan yang
tidak jujur dengan menawarkan kepada sekolah tertentu kalau mereka ingin
mendapat bocoran soal atau bocoran jawaban.
Rumor sudah kita
dengar sejak lama. Maka kami menghimbau marilah jangan kita jadikan anak didik
sebagai korban dari usaha atau perilaku ketidakjujuran yang diprioritaskan
secara vulgar. Ini akan membawa dampak negatif bagi generasi dimasa depan.
Sebagai seorang tokoh pendidikan, apakah dengan kasus ketidak jujuran dalam
dunia pendidikan ini, akan mempengaruhi murid menjadi koruptor ketika nantinya
menjadi pejabat ?
Jika tidak segera
diatasi secara tuntas, bisa berakibat bahaya besar untuk generasi mendatang,
mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi. Seperti dikalangan mahasiswa
membuat skripsi dengan mencontek. Sebagai salah seoarang yang melayani para
penuntut ilmu (khodimu tholabah), marilah kita berpedoman kepada perintah Allah
SWT dalam firman Nya: “Jadilah kamu berkumpul bersama kelompok yang jujur dan
kelompok yang benar dalam tingkah laku maupun perbuatan”.
Jangan karena
mengejar materi atau uang jutaan rupiah, maka tergiur dan melakukan hal yang
tercela dan terlarang seperti membocorkan rahasia ujian yang seharusnya dijaga
dengan baik. Marilah kita mengupayakan untuk menjadikan generasi mendatang
sebagai gererasi yang mulia berakhlakul karimah, bukan sebaliknya yang
hancur-hancuran dan berlaku tidak jujur.
Saya kira penyebabnya
seperti masalah belajar dan banyak main-main, Apalagi cenderung godaannya
semakin banyak seperti adanya mal, tempat rekreasi, warung internet, musik, VCD
dan sebagainya. Menyebabkan mereka malas belajar dan ketika datang ujian
mengambil jalan pintas dengan berlaku tidak jujur dengan mencari bocoran.
Apakah aksi semacam
ini menunjukkan sedang runtuhnya sendi-sendi akhlak bangsa ?
Saya sependapat !
Karena itu obatnya adalah dalam rumah tangga. Contoh terbaik adalah seorang ibu
sekaligus ustadah, guru dan pendidik, demikian juga ayah. Dalam rumah tangganya
sejak awal untuk menanamkan anaknya agar giat belajar dengan menambahkan
akhlakul karimah melalui sifat jujur dan benar. Kemudian memperkokoh melalui
lembaga pendidikan sejak TK hingga PT.
Kita diperintahkan
Allah SWT melalui firman Nya: “Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu
dan ahlimu (keluargamu) dari siksa api neraka.” Ajarkan kepada mereka kewajiban
agama seperti sholat, puasa dan sebagainya. Anak-anak ajarkan dan didik untuk
berakhlakul karimah seperti kejujuran. Kalau anak berbohong atau berdusta harus
ditegur, manakala orang tua mengetahui wajib menegur anaknya dengan teguran
yang mendidik agar terbiasa bersikap jujur.
Menurut Pak Kyai,
siapa yang paling bertanggungjwaab terhadap kehancuran akhlak bangsa ini ?
Sebagai umat Islam
Indonesia sebagaimana di belahan dunia manapun, mari kita berakhlakul karimah
dengan contoh utama Nabi Muhammad SAW. Firman Allah SWT: “Sungguh bagimu pada
diri pribadi Rasulullah Muhammad SAW contoh teladan yang baik bagi orang yang
mengharap pahala dari Allah dan balasan di hari kiamat dan dia mengingat Allah
dengan ingatan yang banyak”.
Rasulullah SAW
berjuang selama 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah berhasil sehingga
Islam tersebar ke seluruh pelosok bumi Allah, Kepada para pemimpin pemerintahan
dan negara, kita berusaha keras untuk menyelamatkan bangsa dan negara
diantaranya dengan jujur dan benar, agar bisa mengendalikan diri melawan hawa
nafsu dan godaan untuk berbuat KKN.
Jika dibiarkan dan
tidak ada perbaikan pada perilaku jujur, maka bangsa ini akan hancur, terpuruk
bahkan bukan mustahil akan lenyap dari dunia ini karena tidak ada yang bisa
diharapkan manfaat dan faedahnya, manakala ketidakjujuran seperti korupsi dan
suap semakin membudaya dan tersebar luas dari yang tertinggi sampai terendah
dari tingkat kelurahan hingga RT, sedangkan masyarakat terkecil adalah rumah
tangga.
Mari kita perbaiki
diri kita dan berupaya untuk berhias memiliki akhlakul karimah atau akhlak
terpuji, dimana dilandasi dengan iman dan aqidah. Mari kita laksanakan syariat
Islam secara kaffah dan totalitas, karena Allah memberi kesempatan luar biasa
hidup hanya sekali saja di dunia ini. Inilah saat hidup yang terpenting
bagaimana kita mengisinya dengan baik.
Bagi umat Islam di
hari kiamat nanti di surga atau neraka. Surga bagi hamba Allah yang beriman dan
bertaqwa, sedangkan neraka bagi hamba Allah yang tidak beriman dan bertaqwa
serta mengerjakan dosa besar tanpa meminta ampun kepada Allah.
Kita mengenal siksa
Allah akibat dosa dan maksiyat yang dikerjakan tanpa minta ampun. Kita wajib
berusaha menjadi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, dimana kita selalu
menyebut firman Allah: “baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofuur.” Suatu negeri
yang sejahtera makmur dan dinaungi Allah Yang Maha Pengampun. Alangkah indahnya
jika kita bertekad menuju kesana. Kita bisa berpedoman pada firman Allah:
“Andaikan penduduk negeri beriman dan bertaqwa, niscaya Kami akan bukakan pintu
keberkahan dari langit dan bumi.” Alhamdulillah, kita wajib bersyukur karena
Allah telah menganugerahi cahaya iman masuk kedalam hati sanubari kita.
Mari kita rawat
secara baik dengan melaksanakan perintah Allah. Iman jangan sampai dirusak
manakala berbuat maksiyat yang menghancurkan iman, seperti tindakan asusila,
pornografi, perzinahan, minuman keras, narkoba, korupsi, mencuri, merampok,
suap menyuap yang akan menghancurkan iman. Sabda Nabi Muhammad SAW: “Tidak
beriman orang yang sedang berbuat zina. Tidak beriman orang yang sedang minum
minuman keras.
Tidak beriman orang
yang mencuri.” Kita patut ngeri terhadap Hadis Nabi SAW tersebut yang merupakan
ancaman keras bagi pelaku maksiyat. Mari kita hindari kalau ingin selamat dunia
dan akhirat. Manakala beriman dan bertaqwa kepada Allah, dijamin akan dibukakan
pintu keberkahan dari langit dan bumi. Allah SWT akan menurunkan hujan secara
teratur yang membuat tanah menjadi subur yang diperlukan manusia.
Namun manakala umat
dibawa dan diarahkan kepada ganguan iman dan taqwa, niscaya keinginan untuk
mencapai negara makmur dan sejahtera hanya impian belaka dan mustahil bisa
tercapai, Jika akhlaq bangsa Indonesia sampai hancur, bagaimana dampaknya
terhadap umat Islam yang mayoritas ?
Betul ! Manakala
suatu umat atau bangsa tidak berakhlak, maka bangsa itu akan hilang lenyap. Ada
perkataan hikmah: “Suatu umat atau bangsa akan muncul dengan baik selagi bangsa
itu berakhlak utama. Namun manakala akhlak utama itu sirna, maka lenyap pulalah
umat dan bangsa tersebut.” Naudzubillah min dzalik.
Diutusnya Nabi
Muhammad SAW untuk menyempurnakan budi pekerti yang utama. Hadis Nabi Muhammad
SAW: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak kamu semua.” Maka
dengan kegigihan Nabi Muhammad SAW untuk berjuang dakwah ilallah, dengan
memberikan keteladanan dan menjadi contoh para sahabatnya, maka bangsa Arab
yang tadinya tidak ada sebutannya selama ratusan tahun dalam lintasan sejarah
berubah menjadi bangsa yang beradab dan mulia dengan peradaban tinggi mengikuti
keteladanan dan syariat Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Dari menyembah
berhala menjadi mentauhidkan Allah, dari minum minuman keras menjadi umat yang
berakhlakul karimah. Tadinya mereka mengubur anak perempuan hidup-hidup berubah
menjadi bangsa yang berperilaku luhur.
Apakah Islam bisa
menjadi solusi untuk memperbaiki akhlaq bangsa Indonesia agar tidak semakin
tengelam ?
Bahwa Islam dinullah
yang sudah lengkap sempurna dijamin Allah SWT berdasarkan ayat Al Qur’an yang
diterima Rasulullah SAW ketika Haji Wada’: “Pada hari ini Aku telah sempurnakan
untukmu agamanmu dan Aku telah cukupkan nikmat Ku dan Aku ridho bagimu Islam
sebagai agama”. Jadi dinul Islam yang intinya mentauhidkan Allah SWT, tidak ada
Tuhan yang layak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Keimanan dan
kepercayaan yang kokoh kuat dan keyakinan bahwa tidak ada Tuhan yang disembah
melainkan Allah, maka kita sebagai hamba Allah berkewajiban untuk menjalankan
ibadah mengabdi kepada Allah Rabbul Alamin, yang telah menciptakan dan
memberikan berbagai karunia yang tidak terhitung banyaknya.
Kewajiban kita
mentauhidkan Allah, setelah itu sebagai bukti dari iman kita itulah amal sholeh
dengan taat kepada Allah SWT. Maka kita dalam beragama Islam berkewajiban untuk
melaksanakan seluruh perintah Allah. Firman Allah: “Masuklah kamu ke dalam Islam
secara menyeluruh.” Maka dalam Islam kita mengenal rukun Islam, yaitu dua
kalimat syahadat.
Mari kita rawat
sebaik-baiknya kita tanamkan kedalam hati. Setelah itu perlakukan kita jangan
menyimpang dan bertentangan dengan kandungan dua kalimat syahadat. Setelah itu
sholat lima waktu, zakat, puasa ramadhan dan beribadah haji. Kemudian
landasannya adalah iman dan akidah, dimana rukun iman ada enam yakni iman
kepada Allah, MalaikatNya, KitabNya, RasulNya, Hari Akhir dan iman kepada
Taqdir. Keenam rukun iman itu kita tanamkan sekuat-kuatnya dan harus dirawat
dengan baik, karena kalau tidak dirawat bisa berkurang.
Disebutkan dalam
Hadis: “Iman itu bisa berkurang dan bertambah.” Berkurang manakala berbuat dosa
dan bertambah manakala berbuat kebaikan, berakhlakul karimah dan beribadah
kepada Allah SWT. Menginggat umat Islam mayoritas mutlak di Indonesia, maka
tidak ada pilihan lain kecuali umat Islam berkewajiban untuk melaksanakan
ajaran Islam secara seksama dan ikhlas. Tentu saja diawali dengan melakukan
kewajiban menuntut ilmu. Menuntut ilmu suatu kewajiban yang tidak boleh
diabaikan. Hadis Nabi: “Pelajarilah olehmu ilmu karena ilmu itu jiwanya amal.”
Apa nasehat pak Kyai
kepada umat Islam Indonesia ?
Saya mengajak umat
Islam untuk aktif, gigih, tekun, rajin dan bersemangat untuk mempelajari agama
Islam. Sekarang ini umat Islam Indonesia selalu menjadi sasaran orang diluar
Islam agar keimanannya terus terganggu agar tidak melaksanakan syariat Islam.
Mereka terus
menggempur dan menyerbu melalui tayangan televisi dan film-film. Kita khawatir,
ini daya hancurnya luar biasa dan tidak main-main. Karena itu mari rumah tangga
masing-maisng kita aktifkan dan memberikan perisai atau tameng, yakni
memberikan kepada anak-anak kita aqidah yang merupakan pokok dari iman yang harus
dimiliki anak-anak kita yang merupakan amanat titipan Allah.
Sebab jika tidak,
maka akan berbahaya dan hanyut. Betapa banyak pemuda dan pemudi yang rusak
akhlaknya akibat pergaulan bebas disebabkan merajalelanya pornografi.
Sekelompok masyarakat semakin rusak dan tidak kuat dengan godaan dunia melalui
kasus korupsi dan suap menyuap. Sabda Rasulullah SAW: “Tiap-tiap umat ada
futnah atau ujian masing-masing. Tetapi umatku fitnahnya harta benda.”Tidak
sedikit karena harta dijual agama dan keyakinan, naudzubillah.
Mudah-mudahan saja
kita kembali agar selamat dunia akhirat dengan pedoman yang telah disabdakan
Nabi Muhammad SAW : “Aku telah tinggalkan untukmu dua pusaka. Selama kamu
berpegang teguh kepada dua pusaka itu sepeninggalanku, kamu tidak akan tersesat,
yakni Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnahku.” Itulah Hadis, sabda Nabi Muhammad
SAW yang memang menjelaskan kandungan Al Qur’an yang wajib kita jadikan pedoman
dalam kehidupan.
Kalau zaman sekarang
terkadang kita pusing, Para politisi ngomongnya selalu berubah-ubah setiap
waktu, jadi tidak adanya kesatuan antara kata dan perbuatan, mereka tidak jujur
dan hanya menjadi lip service belaka. Kita berlindung kepada Allah dari tidak
satunya ucapan dengan perbuatan. Naudzubillah min dzalik.
Jadi kesimpulannya,
penyebab keruntuhan moral bangsa ini adalah:
1. Tidak adanya perilaku yang
mencontohkan perilaku umat Rasulullah saw.
2. Kurangnya fasilitas ataupun media
ntuk pendidikan.
3. Kurangnya keinginan masyarakat untuk
menuntut ilmu.
4. Tingginya paham orang awam yang
lebih mementingkan pekerjaan.
5. Pergaulan yang semakin tidak
terkendali.
6. Tidak adanya dukungan penuh dari
pemerintah.
7. Tekhnologi yang tidak di imbangi
oleh kemajuan.
8. Keterbelakangan mental untuk
pendidikan.
Sebagai bangsa yang
kaya akan Sumber Daya Manusia, Kesadaran akan pendidikanlah yang seharusnya di
utamakan oleh bangsa, di Indonesia ini kaya akan sumber daya alam yang
melimpah, tapi jika tidak di imbangi oleh sumber daya manusia yang
berpendidikan, bangsa ini akan kembali di jajah oleh negara yang sumber daya
manusianya lebih cerdas dan akan terus di bodohi oleh bangsa lain yang saya
simpulkan akan kembali di jajah oleh bangsa lain.
Marilah kita
timbulkan keinginan untuk belajar agar tidak merusak moral bangsa ini, pahlawan
telah membebaskan kita dari jajahan bangsa asing, dan sudah tugas kitalah yang
menjaga dan melestarikan bangsa ini. Agama tidak mengajarkan yang buruk untuk
umatnya, kuncinya adalah, tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kalian
masing-masing.
Semoga
Bermamfaat, Syukran Jazakumullahu Khairan@
0 Response to "Realitas Pemuda Indonesia: Penyebab Kerusakan Moral Bangsa"
Post a Comment