Filsafat Ilmu: Kerangka Berfikir Ilmiah
Kerangka
adalah bangunan dasar dari sebuah bangunan, sebuah pikiran yang mamapan/kuat
dan terstruktur maka harus memiliki sebuah karangka yang Jelas dan kuat.
Berpikir adalah aktifitas akal untuk mengetaui sesuatu yang baikl dan buruk,
berpikir berbeda dengan menghayal karena menghayal mendepankan imajinasi dan
selalu cendrung pada hayalan kedepan, berpikir juga berbeda dengan malamun
karena melamun cendrung pada sebuah pristiwa yang sudah terjadi,
sehingga tujuan berpikir seseorang yaitu mencari tahu sesuatu, dan berpikir
terjadi karena orang sadar.
Lantas
bagaimana dengan mimpi, apakah termasuk berpikir? Mimpi adalah sebuah peristiwa
dari alam bawah sadar, yang terungkit melalui mimpi, bukan di
pengaruhi oleh cara kerja akal. Sedangkan ilmiah adalah ilmu, rasional, dan
objektif. Sesuatu yang dapat di katakan ilmu apabila memenuhi ke tiga syarat
yang ada tadi. Ilmu artinya pengetahuan yang sistimatis dan dapat di
pertanggung jawabkan. Rasional adalah suatu argumentasi yang dapat di terima
oleh orang, sedangkan objektif adalah sesuai dengan realitas. Pengetahuan adalah konsepsi dasar manusia
yang tidak berlandaskan analitis.
Dalam rangka
menemukan sebuah kerangka berpikir yang ilmiah maka kita membutuhkan filsafat
sebagai pisau analitisnya. filsafat” dapat
ditinjau dari dua segi, yakni: Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari
bahasa arab ‘falsafah’, yang berasal dari bahasa yunani, ‘philosophia’, yang
berarti ‘philos’ = cinta, suka (loving), dan ’sophia’ = pengetahuan, hikmah(wisdom).
Jadi ‘philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran.
Maksudnya, setiap
orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada
pengetahuan disebut ‘philosopher’, dalam bahasa arabnya ‘failasuf”. Pecinta
pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya,
atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan. Segi praktis : dilihat dari pengertian
praktisnya, filsafat bererti ‘alam pikiran’ atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat
artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat
adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan
bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua
manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak
semua manusia yang berpikir adalah filsuf.
Filsuf hanyalah orang
yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Tegasnya: filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan
memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: filsafat
adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu. Beberapa definisi kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat,
maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya
secara berbeda-beda.
Pengertian
filsafat menurut beberapa tokoh filsuf yang terdiri dari Plato (427sm - 347sm) seorang filsuf yunani yang termasyhur murid socrates
dan guru aristoteles, mengatakan: filsafat adalah pengetahuan tentang segala
yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
Aristoteles (384 sm -
322sm) mengatakan : filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran,
yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala
benda). Al-farabi (meninggal 950m), filsuf muslim terbesar sebelum ibnu sina,
mengatakan : filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Immanuel kant (1724
-1804), yang sering disebut raksasa pikir barat, mengatakan : filsafat itu ilmu
pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan,
yaitu: ” apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika) ” apakah
yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika) ” sampai di manakah pengharapan
kita? (dijawab oleh antropologi). Teruslah mencari hingga mencapai titik kesempurnaan.
Kerangka filsafat terdiri dari : epistemologi “membicarakan apa itu pengetahuan:, ontologi “membicarakan apa itu ada”. Dan ekskatologis. Orang pertama yang
menemukan epistemology Jl exprer. Dengan metode ini coba kita menganalistis
tentang kebenaran, misalnya Tales Segala Sesuatau Berasal Dari Air (Bapak
Filsafat), Arciminandus segala kehidupan berasal dari udara, Renedekartes : aku
berpikir maka aku ada (berarti dia tidak berpikir maka dia tidak ada).
Dari 3 terori ini mana
yang benar, apakah terdapat tiga kebenaran, padahal pada prinsipnya kebenaran
tidak mungkin lebih dari satu. Sehingga muncullah Heraklitos mengatan bahwa
udara dan air itu bisa beruba, segala sesuatu terus mengalami perubahan.
Sedangkan berpikirpun tidak selamanya berada pada manusia. Seringkali manusia
lupa, tidur dan sebagainya oleh karena itu heraklitos mengatakan bahwa yang
abadi itu adalah perubahan itu sendiri. Tetapi sayangnya perubahan itu juga
mengalami perubahan.
Mazhab berpikir
Emperikal
Bertanya tentang apa itu benar, benar adalah kesesuaian antara
ide dan realitas (ada). Lantas apa itu ada?, John lock sesuatu itu ada
karena dapat di pantau oleh panca indra (memikili wujud), berarti adanya kamu
hari ini adalah ada sedangkan yang kemarin tidak ada karena tidak dapat di
tampilkan keberadaanmu. (Berarti kamu ada hari ini atau hari kemarin?). apakah
benar bahwa sesuatu yang ADA harus berlandaskan panca indra, Namun panca indra
tidak dapat di jadikan sebagai landasan kebenaran absolud karena indra pada
dasarnya menipu. Contoh melihat lidi dalam botol aqua yang bengkok namun ketika
di keluakan dari botol pasti lurus.
Idealisme
tokohnya plato. Kebenaran sebenarnya sudah
ada, keberan itu ada dalam ide, segala sesuatu berasal dari alam ide (metafisika),
kita pada awalnya berada di alam ide, sedangkan realitas sekarang adalah
sekedar mengingat kembali dari alam ide. Teori ini gugur oleh kaum
rasionalisme, mana mungkin sesuatu yang tidak terbatas di batasi oleh sesuatu
yang memiliki batasan. (renedekartes).
Skriptualis
Semua ajaran memiliki
ajaran yang benar jadi kebenarannya lebih dari satu. Kaum skriptualis mencari
kebenaran berlandaskan kitab suci sehingga konsekwensinya terjadi klaim-klaim
kebenaran, Dari mana anda mengetahui Tuhan itu ada? Dari kitab berarti yang
mengadakan tuhan adalah kitab. Jangan sampai semua ritual yang ada hanya
sebatas dogma belaka.
Dari sekian
mazhab yang ada, tidak ada jaminan yang mesti dalam mencaci hakekat kebenaran
(Tuhan) oleh karena itu dalam mencari Tuhan harus menggunakan prinsip
identitas, contoh A tidak Sama dengan B. sebab tidak bisa menjadi
akibat dan akibat tidak bisa menjadi sebab. Prinsip sebab akibat (Kausalitas) contoh Al qur’an adalah bagian dari
tulisan manusia? Apakah ini betul, berari tuhan tidak sempurna karena adanya
tuhan tergantung oleh manusia. Apa betul tuhan tergantung pada manusia, berarti
Tuhan sering ada dan tidaada (kalau solat) Kita adalah akibat, yang namanya
akibat selalu kurang satu, berarti yang namanya akibat tidak bisa menjadi
penyebab sehingga harus ada kausa prima. Alquran hanya memperkenalkan Allah (anani anaula) dan
rasulpun memperkenalkan Allah, karena akibat membutuhkan sebab.
Contoh-contoh
: gerak (Ibnu sina), Apa itu
gerak, Plato : gerak adalah berpindanya sesuatu dari satu tempat ketempat lain
(adanya perubahan), Seno mengatakan bahwa gerak adalah diam itu sendiri. Buah
apel (perubahan warna dan ukuran, rasa). Mulasadra membedakan dua bentuk gerak,
Gerak subtansi dan gerak aksiden, Gerak subtansi adalah (contoh sifat kertas
tetaplah kertas karena walaupun di robek) gerak aksiden adalah (contoh air dan
ekstra jos = menentukan rasanya).
silogisme
Deduksi : setiap mahluk hidup pasti
akan mati, rahman adalah mahluk hidup jadi rahman pasti akan mati.
Kenapa tuhan
tidak dapat di lihat, karena tuhan sangat dekat dengan sumber penglihatan
kita maka kita tidak melihatnya, Tuhan tidak dapat di lihat karena tuhan maha
besar- sesuatu yang maha besar pasti tidak dapat di liat, Tuhan tidak dapat
menampakan dirinya karena kalau di tampakan maka harus di sandingkan, sedangkan
Tuhan tidak memiliki sandingan, (contoh
siang di sandikan dengan malam).
Ada tiga macam “ADA” oleh Ibnu sina
1. Wajib ada/ WUJUD
(hujan itu wajib ada maka tdk ada kehidupan)
2. Mungkin ada/ WUJUD
(manuaia berkepala babi)
3. Mustahil adanya/
WUJUD (manusia yg setinggi langit).
Tuhan itu inmateri karena kalau materi maka tuhan itu
terbatas. Tetapi apakah malekat juga inmateri karena malaikatpun tidak dapat di
pancaindari, namun berlandaskan wahyu bahwa Tuhan itu maha unik olah karena itu
apabila malaikat juga inmateri maka malaikatpun sama dengan Tuhan,
konsekwensinya tuhan tidak menjadi unik lagi oleh karena itu Quraib sihab dalam
bukunya tafsir misbah bahwa malekat itu di sembunyikan. Kalau di sembunyikan
maka bisa ti tampakan atau tidak, (tidak menjadi mustahil bagi Allah karena
nabi Isa AS pun bisa lahir dari mariam sang perawan). Waulahua’alam
Semoga
Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@
0 Response to "Filsafat Ilmu: Kerangka Berfikir Ilmiah"
Post a Comment