Filsafat Ilmu: Filsafat Ilmu Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu pemikiran yang praktis dan mmebutuhkan teori dalam
menciptakan sistem pendidikan yang ideal.Oleh sebab itu pendidikan harus
berangkat dari filsafat yang khusus dan condong membahas tentang
pendidikan.Apalagi jika ada beberapa pertanyaan radikal tentang
pendidikan yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial dan alam. Landasan filsafat pendidikan memberi perspektif
filosofis yang seyogyanya merupakan “kacamata” yang dikenakan dalam memandang
menyikapi serta melaksanakan tugasnya.
Berfikir
filosofis pada satu sisi dan di pihak lain pengalaman dan penyelidikan empiris
berjalan bersama-sama.Maka filsafat merupakan suatu pengetahuan teoritis dan
pedagogic merupakan pengetahuan praktis yang menentukan suatu pendidikan itu
efektif.
Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala hal lingkungan dan sepanjang hidup atau segala situasi
hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
Pendidikan dalam arti sempit adalah sekolah atau pengajaran yang
diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal .Pendidikan adalah
segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang
diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan serta tugas sosial mereka.
Sedangkan pendidikan menurut definisi alternatif atau luas terbatas
adalah usaha dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintahan ,
melalui kegiatan bimbingan, pengjaran yang berlangsung disekolah dan luar
sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan
peranan hidup sekarang atau yang akan datang.Pendidikan atau pengalaman belajar
yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal serta informasi
disekolah maupun luar sekolah yang berlangsung seumur hidup bertujuan
optimalisasi pertimbangan kemampuan individu agar kemudian hari dapat memainkan
peranan hidup secara tepat[1].
Hakekat Pendidikan
a. Pendidikan
merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan
antara
kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
b. Pendidikan
merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin
pesat.
c. Pendidikan
meningkatkan kualitas kehidupoan pribadi dan masyarakat.
d. Pendidikan
berlangsung seumur hidup.
e. Pendidikan
merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan
manusia seutuhnya[2].
Pentingnya filasafat dalam ilmu pendidikan
Terdapat cukup alasan yang baik untuk belajar filsafat, khususnya apabila ada
pertanyaan-pertanyaan rasional yang tidak dapat atau seyogyanya tidak dijawab
oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu. Misalnya: apakah yang dimaksud dengan
pengetahuan, dan/atau ilmu? Dapatkah kita bergerak ke kiri dan kanan di dalam
ruang tetapi tidak terikat oleh waktu? Masalah yang dibahas
dalam makalah ini adalah sekitar pendidikan dan ilmu
pendidikan.
Landasan filsafat
pendidikan memberi perspektif filosofis yang seyogyanya merupakan “kacamata”
yang dikenakan dalam memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya. Oleh
karena itu maka ia harus dibentuk bukan hanya mempelajari tentang filsafat,
sejarah dan teori pendidikan, psikologi, sosiologi, antropologi atau disiplin
ilmu lainnya, akan tetapi dengan memadukan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta
pendekatan-pendekatannya kepada kerangka konseptual kependidikan. Pedagogik bersifat filosofis dan empiris. Berfikir filosofis pada satu
sisi dan di pihak lain pengalaman dan penyelidikan empiris berjalan
bersama-sama. Pedagogik mewujudkan teori tindakan yang didahului
dan diikuti oleh berfikir filosofis. Dalam berfikir filosofis tentang data
normative pedagogic didahului dan diikuti oleh oleh pengalaman dan penyelesaikan
empiris atas fenomena pendidikan. Itulah fenomena atau gejala pendidikan secara
mikro.
Tetapi ilmu pendidikan harus sedapat mungkin melakukan pengumpulan datanya
sendiri langsung dari fenomena pendidikan, baik oleh partisipan-pengamat
(ilmuwan) ataupun oleh pendidik sendiri yang juga biasa melakukan analisis
apabila situasi itu memaksanya harus bertindak kreatif. Tentu saja untuk itu
diperlukan prasyarat penguasaan atas sekurang-kurangnya satu ilmu Bantu yaitu
filsafat umum.
Kajian Filsafat Ilmu Pendidikan
Baiklah sekarang kita lihat dasar-dasaar
filsafah keilmuan terkait dalam arti dasar ontologis, dasar epistemologis, dan
aksiologis, dan dasar antropolgis ilmu pendidikan[3].
1. Kajian ontologis ilmu pendidikan
1. Kajian ontologis ilmu pendidikan
Pertama-tama
panda latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu pendidikan. Adapun
aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman
pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materil ilmu
pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek
kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan
atau diharapokan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai
warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship atau
kewarganegaraan yang sebaik-baiknya).
2. Kajian epistemologis ilmu pendidikan
Dasar
epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi
mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun
pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namun
telaah atas objek formil ilmu pendidikan memerlukaan pendekatan fenomenologis
yang akan menjalin stui empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis.
Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitatif, artinya melibatkan pribadi
dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme.
Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan
sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya.
Karena penelitian tertuju tidak hnya
pemahaman dan pengertian (verstehen, Bodgan & Biklen, 1982) melainkan unuk
mencapai kearifan (kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomen pendidikan maka
validitas internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan
penyelidikan seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan,
penelitian etnografis dan penelitian ex post facto. Inti dasar epistemologis
ini adalah agar dapat ditentukan bahwa dalam menjelaskaan objek formalnya,
telaah ilmu pendidikan tidaak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju
kepada telaah teori dan ilmu pendidikan sebgaai ilmu otonom yang mempunyi objek
formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hnya menggunkaan
pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell & Stanley, 1963).
Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara
korespondensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis dan atau pragmatis
(Randall &Buchler,1942).
3. Kajian aksiologis ilmu pendidikan
Kemanfaatan
teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga
diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai
proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmu
pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni,
melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan
bertindak dalam praktek mmelalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dan
meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu pendidikan
tidak bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar
pekerjaan ilmu pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Implikasinya ialah
bahwa ilmu pendidikan lebih dekat kepada ilmu perilaku kepada ilmu-ilmu sosial,
dan harus menolak pendirian lain bahwa di dalam kesatuan ilmu-ilmu terdapat
unifikasi satu-sayunyaa metode ilmiah (Kalr Perason,1990).
4. Kajian antropologis ilmu pendidikan
Pendidikan
yang intinya mendidik dan mengajar ialah pertemuan antara pendidik sebagai subjek
dan peserta didik sebagai subjek pula dimana terjadi pemberian bantuan kepada
pihak yang belakangan dalaam upaayanya belajr mencapai kemandirian dalam
batas-batas yang diberikan oleh dunia disekitarnya. Atas dasar pandangan
filsafah yang bersifat dialogis ini maka 3 dasar antropologis berlaku universal
tidak hanya (1) sosialitas (2) individualitas (3) moralitas dasar antropologis
(4) religiusitas.
Pedagogik sebagai ilmu murni menelaah fenomena
pendidikan
Sebaliknya ilmu pendidikan khususnya pedagogic (teoritis) adalah ilmu yang
menyusun teori dan konsep yang praktis serta positif sebab setiap pendidik
tidak boleh ragu-ragu atau menyerah kepada keragu-raguan prinsipil. Hal ini
serupa dengan ilmu praktis lainnya yang mikro dan makro. Seperti kedokteran,
ekonomi, politik dan hukum. Oleh karena itu pedagogic (dan telaah pendidikan
mikro) serta pedagogic praktis dan andragogi (dan telaah pendidikan makro)
bukanlah filsafat pendidikan yang terbatas menggunakan atau menerapkan telaah
aliran filsafat normative yang bersumber dari filsafat tertentu. Yang lebih
diperlukan ialah penerapan metode filsafah yang radikal dalam menelaah hakikat
peserta didik sebagai manusia seutuhnya.
Implikasinya jelas bahwa batang tubuh (body of
knowledge) ilmu pendidikan haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup :
· Relasi esame manusia sebagai
pendidik dengan terdidik (person to person relationship)
·
Pentingnya ilmu pendidikan memepergunakan metode fenomenologi secara
kualitatif.
· Orang dewasa yang berpran
sebagai pendidik (educator)
· Keberadaan anak manusia sebagai
terdidik (learner, student)
· Tujaun pendidikan
(educational aims and objectives)
· Tindakan dan proses pendidikan
(educative process), dan
· Lingkungan dan lembaga
pendidikan (educational institution)[4]
Itulah lingkup
pendidikan yang mikroskopis sebagai hasil telaah ilmu murni ilmu pendidikan
dalam arti pedagogic (teoritis dan sistematis). Mengingat pendidikan juga
dilakukan dalam arti luas dan makroskopis di berbagai lembaga pendidikan formal
dan non-formal, tentu petugas tenaga pendidik di lapangan memerlukan masukan
yang berlaku umum berupa rencana pelajaran atau konsep program kurikulum untuk
lembaga yang sejenis. Oleh karena itu selain pedagogic praktis yang menelaah
ragam pendidikan diberbagai lingkungan dan lembaga formal, informal dan
non-formal (pendidikan luar sekolah dalam arti terbatas, dengan begitu, batang
tubuh diatas tadi diperlukan lingkupnnya sehingga meliputi:
· Konteks sosial budaya (socio
cultural contexs and education)
· Filsafat pendidikan
(preskriptif) dan sejarah pendidikan (deskriptif)
· Teori, pengembangan dan pembinaan
kurikulum, serta cabang ilmu pendidikan lainnya yang bersifat preskriptif.
· Berbagai
studi empirik tentang fenomena pendidikan
· Berbagai
studi pendidikan aplikatif (terapan) khususnya mengenai pengajaran termasuk
pengembangan specific content pedagogy.
Sedangkan telaah lingkup yang makro dan meso
dari pendidikan, merupakan bidang telaah utama yang memperbedakan antara objek
formal dari pedagogic dari ilmu pendidikan lainnya. Karena pedagogic tidak
langsung membicarakan perbedaan antara pendidikan informal dalam keluarga dan
dalam kelompok kecil lainnya., dengan pendidikan formal (dan non formal) dalam
masyarakt dan negara, maka hal itu menjadi tugas dari andragogi dan
cabang-cabang lain yang relevan dari ilmu pendidikan. Itu sebabnya dalam
pedagogic terdapat pembicaraan tentang factor pendidikan yang meliputi : (a)
tujuan hidup, (b) landasan falsafah dan yuridis pendidikan, (c) pengelolaan
pendidikan, (d) teori dan pengembangan kurikulum, (e) pengajaran dalam arti
pembelajaran (instruction) yaitu pelaksanaan kurikulum dalam arti luas di
lembaga formal dan non formal terkait[5].
Jadi pedogogik menrupakan
pengetahuan praktis dan filsafat merupakan pengetahuan teoritis dalam
pendidikan. Kajian Filsafat Ilmu Pendidikan Baiklah sekarang kita
lihat dasar-dasaar filsafah keilmuan terkait dalam arti dasar ontologis, dasar
epistemologis, dan aksiologis, dan dasar antropolgis ilmu pendidikan.Dan ilmu
pendidikan merupakan pengembangan dari suatu fenomena yang diteliti oleh para
pendidik professional demi meningkatkan mutu pendidikan.Oleh sebab itu filsafat
merupakan dasar ilmu pedogogik karena mencakup aspek yang luas dalam
pendidikan baik pengetahuan umum dan sosial.
Semoga
Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@
Daftar Pustaka
Mudhaharjo, Redjo,
Pengantar Pendidikan ,Rajawali Pres,Jakarta 2002
Langeveld,
MJ, (l955), Pedagogik Teoritis Sistematis (terjemahan), Bandung,
Jemmars
Nunu Heryanto,Makalah Falsafah Sains (PPs 702), Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor, Maret 2002
Desniarti, Makalah Falsafah Sains (PPs 702), Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor, Maret 2002
Ahmadi,
Drs.H,Abu, Ilmu Pendidikan , Rineka Cipta, Cetakan kedua,Jakarta 2001.
Mudyahardjo,Drs,
Redja, Filsafat Ilmu Pendidikan, ROSDA, Cetakan kedua, Bandung 2002.
0 Response to "Filsafat Ilmu: Filsafat Ilmu Pendidikan"
Post a Comment