Devinisi Filsafat Ilmu
Berbicara mengenai filsafat baru
mulai merebak di abad awal 20, namun france bacon dengan metode induksi yang
ditampilkannya pada abad 19 dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu
khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa
perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepan
tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Dalam hal ini, ada semacam ke khawatiran yang muncul pada kalangan
ilmuan dan filsuf, termasuk juga kalanagan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat
mengancam eksistensi umat manusia, bahkan alam dan beserta isinya.
Para filsuf terutama melihat ancaman
tersebut muncul lantaran pengembangan iptek berjalan terlepas dari
asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan ontology, epistemologis dan
aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri. Untuk memahami gerak
perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran filsafat ilmu sebagai
upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula,
yakni mendasarkan diri dan concern terhadap kebahagian umat manusia, sangat di
perlukan, inilah beberapa pokok bahasan utama dalam pengenalan terhadap
filsafat ilmu, disamping objek dan pengertian filsafat ilmu yang kan dijelaskan
terlebih dahulu.
Filsafat berasal dari kata Yunani,
yaitu Philosophia, kata berangkai dari kata Philein yang berarti
mencintai, dan Sophia berarti kebijaksanaan. Philosophia berarti
“cinta akan kebijaksanaan” [Inggris; love of wisdom, Belanda; wijsbegeerte,
Arab; muhibbu al-hikmah].[1] Orang yang
berfilsafat atau orang yang melakukan filsafat disebut “filusuf” atau
“filosof”, artinya pencinta kebijaksanaan.
Filsuf Heroklaitos (540-480 SM)
sudah memakai kata filsafat untuk menerangkan hanya Tuhan yang mengetahui
hikmah dan pemilik hikmah. Manusia harus puas dengan tugasnya di dunia sebagai
pencari dan pencinta hikmah.[2] Kemudian
Sokrates (470-399 SM) memberi arti filsafat dengan tegas, yaitu pengetahuan
sejati, terutama untuk menentang kaum Sofis yang menanamkan dirinya para
bijaksana (sofos). Ia bersama pengikutnya menyadari bukan orang yang
bijaksana, tetapi hanya mencintai kebijaksanaan dan berusaha mencarinya.
Dalam arti pengetahuan sejati
(pengetahuan yang benar), kata Philosophia bertahan mulai Plato sampai
Aristoteles, tetapi objeknya meliputi juga ilmu, yaitu usaha untuk mencari
sebab yang universal.[3] Pembentukan
kata filsafat menjadi kata Indonesia diambil dari kata Barat “fil” dan ”safat”
dari kata Arab sehingga terjadilah gabungan antara keduanya dan menimbulkan
kata ”filsafat”.[4]
Kata Sophia
dipindahkan oleh orang Arab kedalam bahasa mereka dengan kata hikmah. Hal ini
berdasarkan pada QS. Al-Baqarah ; 269 ;
يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ
وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلَّا أُوْلُوا الْأَلْباَبِ. (البقرة : 269)
Artinya ; “Allah menganugerahkan al-Hikamah kepada
siapa yang Dia kehendaki, dan barang siapa yang dianugerahi al-Hikmah itu, ia
telah benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang yang barakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah)”. (QS. Al-Baqarah ; 269)
Tidak dapat
diingkari bahwa “berfilsafat” sebagai manifestasi kegiatan intelektual yang
telah meletakkan dasar-dasar paradigmatik bagi tradisi dalam kehidupan
masyarakat ilmiah ala Barat yang diawali oleh orang-orang Yunani Kuno di Abad
ke-6 SM. Bahwa kelahiran filsafat tidak dirintis oleh dunia Timur sudah
ditegaskan oleh Diogenes Laertius di tahun 200. Apa yang datang dari dunia
Timur bukanlah filsafat melainkan ajaran-ajaran praksis-terapan seperti ilmu
perbintangan, ilmu pengobatan, ilmu hitung dan lain sebagainya.[5]
Penegasan
tersebut dapat difahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan
dengan ukuran. pertama, pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu
pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, proses, dan produk.
Kaidah-kaidah yang melandasinya, sebagaimana dikatakan oleh Robert Merton
adalah universalisme, komunisme, dis-interestedness, dan skeptisisme yang
terarah dan teratur. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu
pengetahuan harus terstruktu atas komponen-komponen, objek sasaran yang hendak
diteliti, yang diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas
dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan
dalam satu kesatuan sistem.[6]
Dalam komponen
diatas, dapat diambil sedikit kesimpulan, bahwa ilmu dan pengetahuan sangat
erat kaitannya dengan konsep kajian kefilsafatan. Gambarkan dalam skema
perkembangan kesadaran keberagamaan yang memfokuskan pada kajian tentang
pengetahuan, ilmu dan filsafat. Hal ini penulis ringkas dalam skema berikut[7] ;
Jenis
|
Definisi
|
Fakta
|
Sifat
|
Cakupan
|
Analisis
|
Metode
|
Tujuan
|
Pengetahuan
|
Relasi antara subjek dan objek
|
subjektif
|
Empiris
|
||||
Ilmu
|
Pengetahuan sistematis, empiris-rasional
|
Objektif
|
Empiris-Rasional
|
Inter-nasional
|
Factual
|
kultural
|
Rekon-struksi partial
|
Filsafat
|
Pemikiran radikal universal
|
Rasional
|
Skema diatas
dapat dicontohkan dalam table dibawah ini ;
Pengetahuan
|
Ilmu
|
Filsafat
|
Agama
|
|
Apa itu Hujan?
|
Titik air yang jatuh dari arah
langit Kecamatan Demak bumi setelah hari mendung dan awan menebal
|
- Siklus air
- Hukum alam
- Ketentuan alam/ peristiwa alam yang serba tetap
|
Hukum materi/
zat yang merupakan hakikat, awal, dan akhir segala sesuatu (materialisme)
|
Ketentuan
Tuhan (spiritualisme)
|
Sumber
|
Indera
|
Indera dan Akal
|
Akal dan Hati
|
Wahyu
|
Hasil
|
Pengetahuan Inderawi
|
Pengetahuan Ilmiah
|
Pengetahuan Falsafi
|
Pengetahuan Agamis
|
Dari paparan
diatas, dapat diartikan bahwa korelasi pengetahuan, ilmu dan filsafat merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Hal ini berkesinambungan dengan antara
yang satu dengan yang lain, ilmu menggunakan sumber indera dan akal. Sedangkan
indera dan akal merupakan salah satu sumber dari pengetahuan dan filsafat.
Untuk memahami arti dan makna
filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa
ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu.[8]
- Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.
- Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
- Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
- May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafat ilmui, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Berdasarkan pendapat di atas kita
memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang
ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi
ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) yang secara
spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
- Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
- Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
- Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis).[9]
Menurut pemahaman kami filsafat ilmu
adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala
hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia. Landasan dari ilmu itu mencakup :
-
Konsep-konsep
pangkal
-
Anggapan-anggapan
dasar
-
Asas-asas
pemulaan
-
Struktur-struktur
teoritis
-
Ukuran-ukuran
kebenaran ilmiah
Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah
Khairan@
[1] Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama.
2002). 1
[6] Koento Wibisono S. dkk., Filsafat
Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, (Klaten: Intan Pariwara,
1997). 5
[7] Sholeh, MH, dalam penyampaian
Mata Kuliah Filsafat Ilmu, dalam kajian “Kronologis Ilmu Pengetahuan”
(Selasa, 27 Oktober 2009)
[8] Abbas Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar
Logika Formal-Filsafat Pengatahuan). Yogyakarta : Yayasan Pembinaan
Fakultas Filsafat UGM.
[9] Abbas Hamami M1982. Epistemologi Bagian I Teori
Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM..
0 Response to "Devinisi Filsafat Ilmu"
Post a Comment