Penyesalan Manusia Sebagai Ahli Neraka
Bismillahirrahmani rahim…
Wahai Kaum Muslimin, Kelak para
penghuni Neraka pada saat tengah mengalami penyiksaan yang begitu
menyengsarakan berkeluh kesah penuh penyesalan mengapa mereka dahulu sewaktu di
dunia tidak mentaati Allah dan RasulNya. Kemudian mereka menyesal karena telah
menyerahkan kepatuhan kepada para pembesar, pemimpin, Presiden, Imam, Amir,
Qiyadah dan atasan mereka yang ternyata telah menyesatkan mereka dari jalan
yang lurus.
Para pembesar itupun cuci tangan dan
tidak mau disalahkan. Para pemimpin saat itu baru mengakui bahwa mereka sendiri
tidak mendapat petunjuk dalam hidupnya sewaktu di dunia, sehingga wajar bila
merekapun tidak sanggup memberi petunjuk sebenarnya kepada rakyat yang mereka
pimpin. Mereka mengatakan bahwa apakah mau berkeluh kesah ataupun bersabar sama
saja bagi mereka. Hal itu tidak akan mengubah keadaan mereka barang sedikitpun.
Kitab Suci Al-Qur’an seringkali
menggambarkan berbagai bentuk penyesalan para penghuni Neraka. Salah satu di
antara bentuk penyesalan itu berkaitan dengan urusan ”ketaatan” Kelak para
penghuni Neraka pada saat tengah mengalami penyiksaan yang begitu
menyengsarakan berkeluh kesah penuh penyesalan mengapa mereka dahulu sewaktu di
dunia tidak mentaati Allah dan RasulNya.
Kemudian mereka menyesal karena telah
menyerahkan kepatuhan kepada para pembesar, pemimpin, Presiden, Imam, Amir,
Qiyadah dan atasan mereka yang ternyata telah menyesatkan mereka dari jalan
yang lurus. Akhirnya, karena nasi telah menjadi bubur, mereka hanya bisa
mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu diazab oleh Allah dua kali
lipat daripada azab yang mereka terima. Bahkan penghuni Neraka akhirnya
mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu dikutuk dengan kutukan yang
sebesar-besarnya. Semoga Allah melindungi kita dari penyesalan demikian.
Na’udzubillahi min dzaalika..!
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا
لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا
أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا رَبَّنَا آَتِهِمْ
ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
”Pada hari ketika muka
mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya,
andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul”. Dan mereka
berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin
dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang
benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan
kutuklah mereka dengan kutukan yang besar” (QS. Al-Ahzab
[33] : 66-68)
Gambaran di atas merupakan suatu
gambaran yang sungguh mengenaskan. Bagaimana kumpulan manusia yang sewaktu di
dunia begitu menghormati dan mempercayai para pembesar dan pemimpin mereka,
tiba-tiba setelah sama-sama dimasukkan Allah ke dalam derita Neraka *mereka
baru sadar ternyata telah ditipu oleh para pemimpin tersebut sehingga berbalik
menjadi pembenci dan pengutuk para mantan pembesar dan pemimpin tersebut.*
Mereka terlambat menyadari jika telah dikelabui dan disesatkan dari jalan yang
benar. Mereka terlambat menyadari bahwa sesungguhnya para pemimpin dan pembesar
itu tidak pernah benar-benar mengajak dan mengarahkan mereka ke jalan yang
mendatangkan keridhaan dan rahmat Allah.
Itulah sebabnya tatkala Allah
menyuruh orang-orang beriman mentaati Allah dan RasulNya serta ”ulil amri
minkum” (para pemimpin di antara orang-orang beriman) saat itu juga Allah
menjelaskan kriteria ”ulil amri minkum” yang sejati. *Yaitu mereka yang di
dalam kepemimpinannya bilamana menghadapi perselisihan pendapat maka Allah
(Al-Qur’an) dan RasulNya (As-Sunnah/Al-Hadits) menjadi rujukan mereka dalam
menyelesaikan dan memutuskan segenap perkara.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ
فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
”Hai orang-orang yang
beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa [4] : 59)
Benar, Islam sangat menganjurkan kita
semua supaya taat kepada pemimpin, namun pemimpin yang seperti apa? Apakah
patut kita mentaati para pembesar dan pemimpin bilamana mereka tidak pernah
menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai rujukan untuk menyelesaikan berbagai
problema yang muncul? Mereka lebih percaya kepada hukum dan aturan bikinan
manusia, bikinan para legislator, daripada meyakini dan mengamalkan ketentuan-ketentuan
Allah dan RasulNya. Pantaslah bilamana masyarakat yang sempat menghormati dan
mempercayai para pembesar dan pemimpin seperti ini sewaktu di dunia kelak akan
menyesal ketika sudah masuk Neraka. Bahkan mereka akan berbalik menyerang dan
memohon kepada Allah agar para ulil amri gadungan tersebut diazab dan dikutuk…!
Tetapi kesadaran dan penyesalan di
saat itu sudah tidak bermanfaat sama sekali untuk memperbaiki keadaan. Sehingga
Allah menggambarkan bahwa pada saat mereka semuanya telah divonis menjadi
penghuni Neraka lalu para pengikut dan pemimpin berselisih di hadapan Allah
sewaktu di Padang Mahsyar. Para pengikut menuntut pertanggungjawaban dari para
pembesar, namun para pembesar itupun cuci tangan dan tidak mau disalahkan. Para
pemimpin saat itu baru mengakui bahwa mereka sendiri tidak mendapat petunjuk
dalam hidupnya sewaktu di dunia, sehingga wajar bila merekapun tidak sanggup
memberi petunjuk sebenarnya kepada rakyat yang mereka pimpin. Mereka mengatakan
bahwa apakah mau berkeluh kesah ataupun bersabar sama saja bagi mereka. Hal itu
tidak akan mengubah keadaan mereka barang sedikitpun. Baik pemimpin maupun
rakyat sama-sama dimasukkan ke dalam derita Neraka.
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ
اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا
مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ
سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ
”Dan mereka semuanya
(di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah
orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: “Sesungguhnya kami
dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada
kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: “Seandainya Allah
memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu.
Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita
tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri”. (QS. Ibrahim
[14] : 21)
Allah menggambarkan bahwa kumpulan
pengikut taqlid dan pemimpin sesat ini adalah kumpulan orang-orang zalim. Para
pemimpin sesat akan berlepas diri dari para pengikut taqlidnya. Sedangkan para
pengikut taqlid bakal menyesal dan berandai-andai mereka dapat dihidupkan
kembal ke dunia sehingga mereka pasti berlepas diri, tidak mau loyal dan taat
kepada para pemimpin sesat tersebut. Tetapi semuanya sudah terlambat.
وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ
أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ إِذْ
تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ
وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا
كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ
اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ
النَّارِ
”Dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang
diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka
melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke
dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas
diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal
perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke
luar dari api neraka.” (QS. Al-Baqarah [2] : 165-167).
Makassar 11 Agustus 2017, Sekretariat
SC Ar-Riyadhoh FIK UNM
Muhammad
Akbar bin Zaid, S.Pd
Wallahu
a’lam bishowab…
0 Response to "Penyesalan Manusia Sebagai Ahli Neraka"
Post a Comment