Keutamaan Ikhlas dalam Beribadah
Sesungguhnya Allah menyikapi para
hamba-hambaNya di akhirat sesuai dengan niat-niat mereka di dunia. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Manusia
dikumpulkan (di padang mahsyar-pen) berdasarkan niat-niat mereka"
(HR Ibnu Majah no 4230, dishahihkan oleh
Syaikh Albani)
Beliau
juga bersabda;
"Manusia
dibangkitkan hanyalah di atas niat-niat mereka"
(HR Ibnu Majah no 4229, dihasnkan oleh
Syaikh Albani)
Maka sungguh berbahagia orang-orang yang
ikhlas tatkala di akhirat kelak.. hari di mana Allah akan mengungkapkan seluruh
yang tersembunyi di hati. Allah berfirman:
Maka Apakah Dia
tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan
dinampakan apa yang ada di dalam dada, Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu
Maha mengetahui Keadaan mereka. (QS Al-'Aadiyaat 9-10)
Pada hari dinampakkan segala rahasia (QS
At-Thooriq : 9). Rahasia apakah yang terdapat dalam hati kita tatkala
ditampakkan oleh Allah pada hari kiamat kelak?? Keikhlsan kita…?? ataukah
riyaa' kita yang selama ini tersembunyi dari penglihatan manusia??
Para pembaca yang budiman sesungguhnya
kita semua sadar bahwasanya ikhlas merupakan amalan hati yang sangat tinggi
nilainya di sisi Allah.
Ibnu
Taimiyyah berkata, "Mengikhlaskan
agama hanya untuk Allah merupakan agama yang Allah tidak akan menerima selain
agama yang ikhlas tersebut. Agama yang ikhlash inilah yang Allah turunkan
bersama para nabi dari yang pertama hingga para nabi yang terakhir… dan inilah
intisari dari dakwah Nabi dan dia merupakan poros AL-Qur'an yang berputar poros
tersebut…" (Majmu fatawa 10/49)
Ikhlash merupakan syi'arnya kaum
mukminin. Allah berfirman tentang perkataan mereka
“Sesungguhnya
Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami
tidak menghendaki Balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
(QS Al-Insaan : 9)
Kitapun sadar bahwasanya meraih
keikhlasan merupakan puncak dari segala kebahagiaan dalam kehidupan yang penuh
dengan pernak-pernik…, akan tetapi kitapun sadar bahwasanya meraih keikhlasan
merupakan perkara yang sangat berat dan susah… membutuhkan perjuangan berat…
perjuangan dan jihad seumur hidup melawan riyaa sum'ah dan ujub… perjuangan
yang tiada pernah berhenti. Pantas saja jika imam besar sekelas Sufyaan
At-Tsauri rahimahullah pernah berkata:
“Tidak pernah
aku memperbaiki sesuatu yang lebih berat bagiku dari pada niatku, karena niat
selalu berubah-ubah” (Jaami'ul
'Uluum wal Hikam 29)
Oleh karenanya sangatlah pantas jika
Allah memberikan ganjaran yang sangat besar bagi orang-orang yang ikhlas. Pada
kesempatan ini penulis berusaha menyebutkan beberapa keutamaan keikhlasan yang
semoga bisa memotivasi kita untuk tetap berusaha meraih keikhlasan. Tentunya
apa yang akan penulis sebutkan ini hanyalah sebagian keutamaan ikhlash dan
bukan semuanya, karena keutamaan ikhlash tentu sangatlah banyak… hanya
Allah-lah yang lebih mengetahuinya.
Pertama : Ikhlas merupakan sebab diampuninya dosa
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu
meriwayatkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Tatkala
ada seekor anjing yang hampir mati karena kehausan berputar-putar mengelilingi
sebuah sumur yang berisi air, tiba-tiba anjing tersebut dilihat oleh seorang
wanita pezina dari kaum bani Israil, maka wanita tersebut melepaskan khufnya
(sepatunya untuk turun ke sumur dan mengisi air ke sepatu tersebut-pen) lalu
memberi minum kepada si anjing tersebut. Maka Allah pun mengampuni wanita
tersebut karena amalannya itu" (HR Al-Bukhari no 3467 dan Muslim no 2245)
Dalam hadits ini sangatlah nampak
keikhlasan sang wanita pezina tatkala menolong sang anjing, hal ini nampak dari
perkara-perkara berikut ini :
- Tidak ada seorangpun yang melihat sang wanita tatkala menolong sang anjing. Yang melihatnya hanyalah Dzat Yang Maha melihat yaitu Allah.
- Amalan yang cukup berat yang dikerjakan oleh sang wanita ini, di mana ia turun ke sumur lalu mengisi air ke sepatunya lalu memberikannya ke anjing tersebut. Bagi seorang wanita pekerjaan seperti ini cukup memberatkan. Akan tetapi terasa ringan bagi seorang yang ikhlash
- Wanita ini sama sekali tidak mengharapkan ucapan terima kasih dari hewan yang hina seperti anjing tersebut, apalagi mengharapkan balas jasa dari anjing tersebut. Ini menunjukkan akan ikhlashnya sang wanita pezina tersebut.
Ibnul
Qoyyim berkata, "Apa yang ada di hati wanita
pezina yang melihat seekor anjing yang sangat kehausan hingga menjilat-jilat
tanah. Meskipun tidak ada alat, tidak ada penolong, dan tidak ada orang yang
bisa ia nampakkan amalannya, namun tegak di hatinya (tauhid dan keikhlasan-pen)
yang mendorongnya untuk turun ke sumur dan mengisi air di sepatunya, dengan
tanpa mempedulikan bisa jadi ia celaka, lalu membawa air yang penuh dalam
sepatu tersebut dengan mulutnya agar memungkinkan dirinya untuk memanjat sumur.
Salain itu tawadhu' wanita pezina ini terhadap makhluk yang biasanya dipukul
oleh manusia. Lalu iapun memegang sepatu tersebut dengan tangannya lalu
menyodorkannya ke mulut anjing tanpa ada rasa mengharap sedikitpun dari anjing
adanya balas jasa atau rasa terima kasih. Maka sinar tauhid yang ada di hatinya
tersebut pun membakar dosa-dosa zina yang pernah dilakukannya, maka Allah pun
mengampuninya" (Madaarijus
Saalikiin 1/280-281):
Berkata Ibnu Rojab Al-Hanbali, "Jika sempurna tauhid seorang hamba dan
keikhlasannya kepada Allah dalam tauhidnya serta ia memenuhi seluruh
persyaratan tauhid dengan hatinya dan lisannya serta anggota tubuhnya, atau
hanya dengan hatinya dan lisannya tatkala akan meninggal maka hal itu akan
mendatangkan pengampunan terhadap seluruh dosa yang telah lalu dan akan
mencegahnya sehingga sama sekali tidak masuk neraka" (Jaami'ul Uluum wal Hikam hal 398):
Namun tentunya tidak semua orang yang
mengucapkan kalimat ikhlash yaitu “laa ilaah illallah” dan memberi minum kepada
seekor anjing akan meraih apa yang telah diraih oleh wanita pezina tersebut
berupa ampunan Allah yang sangat luas.
Ibnu
Taimiyyah berkata : "Tidaklah semua hasanah
(kebaikan) akan menghapuskan seluruh sayyiah (keburukan), akan tetapi terkadang
menghapuskan dosa-dosa kecil dan terkadang menghapuskan dosa-dosa besar
ditinjau dari keseimbangannya (yaitu apakah hasanah tersebut nilainya besar
seimbang dengan nilai dosa tersebut?-pen). Satu jenis amalan terkadang
dikerjakan oleh seseorang dengan model yang sempurna keikhlasannya dan
peribadatannya kepada Allah maka dengan sebab tersebut Allah mengampuni
dosa-dosa besarnya. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dalam
sunan At-Thirmidzi, Ibnu Majah, dan selain keduanya dari sahabat Abdullah
bin 'Amr bin Al-'Aash dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau
bersabda :
"Pada hari
kiamat dipanggillah seseorang dari umatku di hadapan seluruh khalayak, lalu
dibeberkan kepadanya 99 lembaran catatan amal. Setiap lembaran tersebut
(besarnya/panjangnya-pen) sejauh mata memandang. Kemudian Allah Azza wa Jalla
berkata kepadanya, "Apakah ada sesuatu yang engkau ingkari dari
catatan-catatan ini?", ia berkata, "Tidak wahai Robku". Allah
berkata, "Apakah para malaikat pencatat amal telah menzolimi engkau
(karena salah mencatat-pen)?", ia berkata, "Tidak". Allah
berkata, "Apakah engkau punya udzur?, apakah engkau memiliki
kebaikan?". Maka iapun menjadi takut dan berkata, "Tidak". Allah
berkata, "Bahkan engkau memiliki kebaikan-kebaikan di sisi Kami, dan
engkau tidak akan didzolimi pada hari ini". Maka dikeluarkanlah baginya
sebuah kartu yang terdapat tulisan Iapun berkata, "Wahai Tuhanku apa
nilainya kartu ini dibandingkan lembaran-lembaran catatan-catatan amal tersebut?".
Allah berkata, "Engkau tidak akan didzolimi". Maka diletakkanlah
lembaran-lembaran catatan amal tersebut di daun timbangan dan diletakkan juga
kartu tersebut di daun timbangan yang satunya maka ringanlah lembaran-lembaran
tersebut dan lebih berat kartu tersebut" (HR Imam Ahmad dalam musnadnya 11/571 no
6994, At-Thirmidzi no 2639, dan Ibnu Maajah no 4300)
Kondisi seperti ini adalah kondisi orang
yang mengucapkan syahaadat dengan ikhlas dan sungguh-sungguh sebagaimana yang
diucapkan oleh orang ini. Karena para pelaku dosa besar yang masuk dalam neraka
semuanya juga mengucapkan Laa ilaaha illaallaah" (Minhaajus Sunnah
An-Nabawiyyah 6/219)
Banyak hadits-hadits yang semakna dengan
hadits di atas, yaitu hadits-hadits yang menunjukkan sedikitnya amalan akan
tetapi jika dibangun di atas keikhlasan yang tinggi maka akan mendatangkan
maghfiroh Allah. Diantaranya : sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
"Tatakala
seseorang sedang menyusuri sebuah jalan dalam keadaan haus yang sangat amat,
maka iapun mendapati sebuah sumur. Iapun turun ke dalam sumur tersebut lalu
minum, lalu keluar dari sumur tersebut. Tiba-tiba ia melihat seekor anjing
sedang menjilat-jilat tanah karena kehausan. Maka iapun berkata : Anjing yang
sangat kehuasan sebagaimana haus yang aku rasakan. Maka iapun turun ke dalam
sumur lalu mengisi sepatunya dengan air kemudian ia memegang sepatu dengan
mulutnya hingga akhirnya ia memanjat dinding sumur lalu iapun memberi minum
anjing tersebut. Maka Allahpun membalas jasanya dan mengampuni
dosa-dosanya" (Muslim
no 2244)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :
"Tatkala
ada seseorang berjalan di sebuah jalan maka ia mendapati dahan berduri di
tengah jalan, maka iapun manjauhkan dahan tersebut maka Allahpun membalasnya
dan memaafkan dosa-dosanya" (HR Al-Bukhari no 652 dan Muslim no 1914)
Oleh
karenanya benarlah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
"Janganlah
engkau menyepelakan kebaikan sedikitpun, meskipun hanya senyuman tatkala
bertemu dengan saudaramu" (HR Muslim no 2626)
Jika senyuman tersebut dibangun di atas
keikhlasan yang dalam dari lubuk hati yang dalam maka bisa jadi merupakan sebab
datangnya maghfiroh Allah ta'aalaa. Hanya saja terlalu banyak senyum yang
ditebarkan… akan tetapi ternyata bukan senyuman yang dibangun di atas
keikhlasan yang tulus… akan tetapi ada udang di balik senyuman tersebut… dan
ternyata bukan hanya udang akan tetapi ada juga kepiting, penyu, dan lain-lain…
maksud-maksud dan tujuan-tujuan duniawi yang tersembunyi di balik senyuman
tersebut.
Ibnul Mubarok pernah
berkata:
"Betapa
banyak amal yang kecil menjadi bernilai besar karena niat, dan betapa banyak
amalan besar yang menjadi bernilai kecil karena niat"
(Jaami'ul 'Uluum wal Hikam hal 13)
Oleh karenanya jangan sampai salah
sangka..!!!, janganlah sampai seseorang tatkala membaca hadits di atas tentang
kisah wanita pezina yang diampuni dosa-dosanya hanya karena memberi minum
kepada seekor anjing lantas menyangka bahwa siapa saja yang memberi minum
kepada seekor anjing maka dosa-dosanya akan terampuni !!!., demikian pula
halnya, tidaklah semua orang yang memindahkan duri dari tengah jalan maka
otomatis terampuni dosa-dosanya !!!
Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata, "Wanita (pezina)
ini memberi minum kepada seekor anjing dengan keimanan yang murni yang terdapat
dalam hatinya maka iapun diampuni (oleh Allah), tentu saja tidak semua pezina
yang memberi minum kepada seekor anjing maka akan diampuni. Demikian pula
lelaki yang menjauhkan dahan berduri dari tengah jalan, tatkala itu ia
melakukannya dengan keimanan yang murni dan keikhlasan yang memenuhi hatinya,
karenanya iapun diampuni. Karena sesungguhnya amalan-amalan bertingkat-tingkat
sesuai dengan kadar keimanan dan keikhlasan yang ada di hati. Sesungguhnya ada
dua orang yang berdiri dalam satun shaf sholat akan tetapi pahala sholat mereka
jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya seperti jauhnya jarak antara
langit dan bumi. Dan tidak semua orang yang memindahkan dahan berduri dari
tengah jalan otomatis diampuni dosa-dosanya" (Minhaajus Sunnah An-Nabawiyyah 6/221-222)
Kedua : Ikhlas Menjaga Seseorang Sehingga Tidak Terjerumus Dalam
Fitnah Terutama Fitnah Wanita
Allah
berfirman :
Iblis berkata: "Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis
(ikhlas) di antara mereka". (QS
Al-Hijr 39-40)
Allah
juga berfirman :
Iblis menjawab:
"Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka (QS Shood 82-83)
Allah
berfirman tentang Nabi Yusuf alaihis salam:
“Sesungguhnya
wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf
pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat
tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang
ikhlash (yang terpilih). (QS Yusuf : 24)
Para pembaca yang budiman sesungguhnya
ujian yang dihadapi Nabi Yusuf 'alaihis salaam sangatlah besar, dan banyak
faktor yang memperkuat ujian yang dihadapi beliau, di antaranya
- Hasrat kepada wanita yang Allah tanamkan kepada setiap lelaki, sebagaimana hasratnya seseorang yang haus kepada air dan hasratnya orang yang lapar kepada makanan. Bahkan banyak orang yang mampu dan sabar untuk menahan lapar dan haus akan tetapi mereka tidak kuasa bersabar di hadapan wanita. Tentunya hal ini tidaklah tercela jika hasrat tersebut dilepaskan pada tempat yang halal.
- Nabi Yusuf 'alaihis salam adalah seorang yang muda belia, dan tentunya syahwatnya seorang yang muda berkobar tidak sebagaimana orang yang sudah tua. Dan beliau tidak memiliki istri atau budak wanita yang bisa meredakan syahwat beliau. Oleh karenanya keberadaan permaisuri yang cantik jelita merupakan cobaan berat bagi beliau 'alaihi salam.
- Beliau 'alaihis salam adalah seorang yang asing yang jauh dari kampung dan keluarga serta orang-orang yang mengenal beliau. Tentunya seseorang yang jauh dari kampung dan kerabat maka lebih berani untuk melakukan kemaksiatan karena ia tidak perlu menanggung malu jika ketahuan perbuatannya.
- Sang wanita adalah seorang yang sangat cantik dan memiliki kedudukan, ia adalah permaisuri raja. Kecantikan saja atau kedudukan saja sudah cukup untuk menjadi penggoda yang kuat, apatah lagi jika berkumpul keduanya, kecantikan dan kedudukan.
- Sang wanitalah yang berhasrat kepada Yusuf dan yang merayu Yusuf 'alaihis salam. Bahkan berusaha semaksimal mungkin agar Yusuf tunduk kepada syahwatnya. Banyak orang yang mungkin malu untuk memulai merayu seorang wanita, akan tetapi syahwat mereka langsung berkobar tatkala ternyata yang mulai merayu adalah sang wanita, ternyata sang wanita telah membuka pintu selebar-lebarnya.
- Yusuf 'alaihis salam berada di bawah kekuasaan wanita ini, dan dikhawatirkan jika beliau tidak menuruti hasrat sang wanita maka sang wanita akan menganiaya beliau
- Pintu-pintu telah ditutup oleh sang wanita sehingga tidak seorangpun yang melihat mereka berdua. (Lihat penjelasan faktor-faktor ini di kitab Al-Jawaab Al-Kaafi karya Ibnul Qoyyim hal 483-487)
Meskipun faktor-faktor pendorong begitu
banyak dan kuat akan tetapi Nabi Yusuf akhirnya lolos dari ujian tersebut. Hal
ini disebabkan keikhlasan beliau, oleh karenanya Allah berfirman :
“Demikianlah,
agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf
itu Termasuk hamba-hamba Kami ikhlash (yang terpilih).
(QS Yusuf : 24)
Karenanya orang yang ikhlashlah yang
akan dijaga Allah sehingga bisa terhindar dari fitnah wanita. Kenapa bisa
demikian?
Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata, "Jika hati mencintai
Allah saja dan mengikhlaskan agama hanya untuk Allah maka hati tersebut tidak
akan terfitnah dengan mencintai selain Allah, apalagi sampai mabuk kepayang.
Jika hati tertimpa 'isyq' (mabuk kepayang) maka hal itu dikarenakan kurangnya
mahabbah (kecintaan) kepada Allah. Oleh karenanya tatkala Yusuf mencintai Allah
dan ikhlash kepada Allah maka ia tidak tertimpa mabuk kepayang" (Amroodul quluub hal 26)
Beliau juga berkata, "Dan di antara
sebab terbesar fitnah ini (yaitu perindu bentuk-bentuk wanita yang cantik
hingga mabuk kepayang-pen) adalah berpalingnya hati dari Allah. Sesungguhnya
jika hati telah merasakan manisnya beribadah kepada Allah dan manisnya ikhlash
kepada Allah maka tidak ada sesuatupun yang lebih manis, lebih nikmat,
dan lebih baik daripada manisnya ibadah dan manisnya keikhlashan…
Allah memalingkan hambanya dari perkara
yang buruk seperti kecondongan kepada gambar-gambar (bentuk-bentuk wanita) dan
keterikatan terhadap gambar-gambar tersebut, Allah memalingkan hal tersebut
dari hambanya karena keikhlasannya kepada Allah. Oleh karenanya seseroang
dikuasai oleh hawa nafsunya sebelum merasakan manisnya ibadah dan ikhlash kepada
Allah, namun setelah ia merasakan manisnya ibadah dan keikhlashan dan menguat
di hatinya maka tunduklah hawa nafsunya" (Majmuu' Al-Fataawa 10/187-188)
Dari penjelasan di atas maka hendaknya
kita menginstropeksi diri, apakah tatkala kita berhadapan dengan fitnah wanita
kita bisa bertahan…??, jika iya maka semoga itu adalah tanda keikhlashan kepada
Allah. Akan tetapi jika kita dihadapkan kepada fitnah wanita lantas kita
tenggelam dalam fitnah tersebut maka ini merupakan tanda tidak ikhlasnya kita,
maka janganlah kita terpedaya dengan banyaknya ibadah yang telah kita lakukan,
banyaknya sholat dan puasa yang telah kita kerjakan…!!! Allahul Musta'aan.
Oleh karenanya diantara perkara yang
sangat membantu seseorang untuk menjaga pandangannya adalah keikhlasan…!!!
Betapa banyak orang yang rajin beribadah tidak mampu menjaga pandangannya
tatkala bersendirian.
Ketiga : Orang Yang Ikhlash Dinaungi Oleh Allah Pada Hari Kiamat
Kelak
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah
mengabarkan akan dahsyatnya hari kiamat. Beliau bersabda : "Kalian akan dikumpulkan (di padang mahsyar) dalam kondisi
telanjang dan belum di sunat"
Aisyahpun
berkata,
"Wahai
Rasulullah, laki-laki dan perempuan (seluruhnya)?, sebagian mereka akan melihat
(aurat) sebagian yang lain?"
Rasulullah
berkata,
"Perkaranya
dahsyat sehingga mereka tidak sempat memikirkan hal itu" (HR Al-Bukhari no 6527 dan Muslim
no 2859).
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda;
"Allah
mengumpulkan seluruh manusia dari pertama hingga yang terakhir di atas satu
dataran… dan matahari mendekat, maka orang-orangpun dilanda kesedihan dan
kesulitan yang tidak mampu mereka hadapi dan tidak mampu mereka pikul"
(HR Al-Bukhari no 4712 dan Muslim no
327)
Hari
yang sangat panas….sehingga keringat manusiapun deras bercucuran…
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;
"Pada hari
kiamat matahari mendekat ke arah manusia seukuran satu mil, maka (kondisi)
manusiapun terhadap keringat mereka (yang bercucuran) berdasarkan amalan
mereka. Ada diantara mereka yang air keringatnya hingga dua mata kakinya, ada
di antara mereka yang keringatnya hingga ke lututnya, ada yang hingga ke
pantatnya, dan ada di antara mereka yang keringatnya hingga ke mulutnya"
(HR Muslim no 2864)
Pada hari itu ada tujuh golongan yang
akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan 'arsy Allah. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :
"Tujuh
golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungannya pada hari di mana
tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Imam yang adil, pemuda yang tumbuh
dalam beribadah kepada Allah, seorang pria yang hatinya terikat dengan
masjid-masjid, dua orang pria yang saling mencintai karena Allah, mereka berdua
berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak untuk
berzina oleh seorang wanita yang berkedudukan dan cantik namun ia berkata
"Sesungguhnya aku takut kepada Allah", seseorang yang bersedekah lalu ia sembunyikan hingga tangan kirinya tidak
tahu apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir
mengingat Allah tatkala bersendirian maka kedua matanyapun meneteskan air mata"
(HR Muslim no 660)
Keempat : Amalan-Amalan Orang Yang Ikhlash Yang Bersifat Duniawi
Akan Diberi Ganjaran Oleh Allah.
Sungguh merupakan keberuntungan yang
luar biasa bagi orang-orang yang ikhlash, karena bukan saja amalan-amalan
ibadahnya yang diberi ganjaran oleh Allah bahkan amalan-amalannya yang bersifat
duniawi juga mendapat ganjaran di sisi Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah berkata kepada Sa'd bin Abi Waqqoosh radhiallahu 'anhu :
"Sesungguhnya
tidaklah engkau berinfak sesuatupun dengan berharap wajah Allah (ikhlash) kecuali
engkau akan diberi ganjaran, bahkan sampai makanan yang engkau suapkan ke mulut
istrimu" (HR
Al-Bukhari no 56 dan Muslim no 1628)
Imam
An-Nawawi berkata, "Dalam hadits ini terdapat dalil
bahwasanya perkara yang mubah jika dikerjakan dengan niat mencari wajah Allah
maka akan menjadi suatu ketaatan dan akan mendapatkan ganjaran. Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan hal ini dengan sabdanya "bahkan
sampai makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu". Karena istri
seseorang termasuk bagian paling khusus dari kebutuhan dunianya, syahwatnya,
dan keledzatannya.
Dan jika ia menyuapkan makanan ke mulut
istrinya, maka kondisi seperti ini biasanya terjadi tatkala sedang bercumbu dan
berlembut-lembut serta berledzat-ledzat dengan perkara yang mubah. Kondisi
seperti ini sangatlah jauh dari kondisi ketaatan (bentuk sedang ibadah-pen) dan
(sedang mengingat) akhirat, meskipun demikian Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam mengabarkan bahwasanya jika ia melakukannya dengan maksud untuk mencari
wajah Allah maka ia akan memperoleh pahala. Maka kondisi yang selain ini lebih
utama jika dikerjakan karena mengharap wajah Allah. Dan hal ini mencakup
perkara-perkara yang hukum asalnya adalah mubah jika dikerjakan oleh seseorang
karena Allah maka ia akan mendapatkan pahala. Seperti makan dengan niat agar
bisa kuat melakukan ketaatan kepada Allah, tidur dengan maksud istirahat agar
(jika terjaga) lebih giat beribadah" (Al-Minhaaj
11/77-78).
Sungguh betapa banyak ganjaran yang akan
diraih oleh seseorang yang ikhlash, kehidupannya seluruhnya penuh dengan
ganjaran dari Allah. Bayangkanlah seseorang yang menghabiskan waktunya puluhan
tahun untuk bekerja keras mencari nafkah… jika ia mengerjakannya dengan
menghadirkan niat karena Allah maka setiap tetes keringat yang bercucuran akan
bernilai di sisi Allah.
Kelima : Ikhlas Membantu Mewujudkan Cita-Cita
Banyak orang yang bercita-cita akan
tetapi sering cita-cita tersebut kandas dan tidak terkabulkan. Diantara sebab
tidak terwujudkannya cita-cita tersebut adalah niat yang kurang tulus. Syaddad
bin Al-Haad radhiallahu 'anhu berkata:
"Ada
seorang arab badui datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka iapun
beriman kepada Nabi dan mengikuti Nabi, kemudian ia berkata kepada Nabi,
"Aku akan berhijroh bersamamu". Maka Nabipun meminta sebagian sahabat
untuk memperhatikan orang ini. Maka tatkala terjadi peperangan Nabi memperoleh
ghonimah maka Nabipun membagi-bagikan ghonimah tersebut dan Nabi membagikan
juga bagi orang ini. Nabipun menyerahkan bagian ghonimah orang ini kepada para
sahabat (untuk diberikan kepada orang ini). Dan orang ini tugasnya adalah
menjaga bagian belakang pasukan. Tatkala orang ini datang maka para sahabatpun
menyerahkan bagian ghonimahnya kepadanya. Iapun berkata, "Apa ini?",
mereka berkata, "Ini adalah bagianmu yang dibagikan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam untukmu. Iapun mengambilnya lalu menemui Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam dan berkata keapda Nabi, "Apa ini?". Nabi berkata,
"Aku membagikannya untukmu". Ia berkata, "Aku tidak
mengikutimu untuk memperoleh ini, akan tetapi aku mengikutimu supaya akan
dipanah dengan anak panah di sini (seraya mengisyaratkan ke lehernya) lalu aku
mati dan masuk surga". Nabipun berkata, "Jika niatmu benar
maka Allah akan mengabulkannya". Tidak lama kemudian para sahabat
bangkit dan maju ke medan perang melawan musuh. Lalu (setelah perang-pen) orang
inipun didatangkan kepada Nabi sambil dipikul dalam kondisi lehernya telah
ditembus oleh anak panah. Maka Nabi berkata, "Apakah ini adalah (mayat)
orang itu?", mereka berkata, "Benar". Nabi berkata,
"Niatnya benar maka Allah mengabulkan (keinginannya)" Lalu Nabi
mengkafani orang ini dengan jubah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam lalu
Nabi meletakkan mayat orang ini di depan lalu beliau menyolatkannya. Dan
diantara doa Nabi tatkala menyolatkan orang ini, "Yaa Allah ini adalah
hambamu telah keluar berhijroh di jalanmu lalu iapun mati syahid dan aku
bersaksi atas hal ini" (HR An-Nasaai no 1952 dan
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhiib wa At-Tarhiib no 1336)
Lihatlah bagaimana tulus dan ikhlasnya
orang arab badui ini, padahal mengambil harta ghonimah perang merupakan hal
yang diperbolehkan, bahkan jika hal itu bukanlah maksud utama maka sama
sekali tidak mengurangi pahala jihad fi sabiilillah. Akan tetapi orang arab
badui ini sama sekali tidak mau mengambil ghonimah perang serta
mengembalikannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan mengutarakan
dengan tegas niat tulusnya untuk berjihad yaitu agar mati syahid dan masuk
surga. Cita-citanya adalah meninggal dalam keadaan lehernya ditembusi oleh anak
panah musuh. Tatkala niatnya tulus dan ikhlash maka Allahpun mewujudkan
cita-citanya.
Ini merupakan pelajaran berharga bagi
kita, betapa butuhnya kita terhadap niat yang tulus dan ikhlash agar cita-cita
kita terwujudkan. Betapa banyak program dakwah dan cita-cita kita yang kandas
dan tidak terwujud… bahkan setelah melalui perjalanan yang panjang serta
pengorbanan harta waktu dan tenaga…!!! Mungkinkah karena niat kita yang tidak
tulus..?? masih ternodai dengan penyakit cinta popularitas..???. Sudah saatnya
kita menginstropeksi diri sebelum terlambat… sebelum hilang kesempatan untuk
memperbaiki.
Keenam : Ikhlas Merupkan Sebab Dikabulkannya Doa Dan Dihilangkannya
Kesulitan
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Tiga orang (dari
orang-orang terdahulu sebelum kalian) keluar berjalan lalu turunlah hujan
menimpa mereka, maka mereka lalu masuk ke dalam gua di sebuah gunung. Lalu
jatuhlah sebuah batu (dari gunung hingga menutupi mulut gua), lalu sebagian
mereka berkata kepada yang lainnya, “Berdoalah kepada Allah dengan amalan yang
terbaik yang pernah kalian amalkan!”. Maka salah seorang diantara mereka
berkata, “Ya Allah aku memiliki dua orangtuaku yang telah tua (dan aku memiliki
anak-anak kecil), (pada suatu waktu) aku keluar untuk menggembala lalu aku
kembali, lalu aku memerah susu lalu aku datang membawa susu kepada mereka
berdua lalu mereka berdua minum kemudian aku memberi minum anak-anakku,
keluargaku, dan istriku. Pada suatu malam aku tertahan (terlambat) dan ternyata
mereka berdua telah tertidur (maka akupun berdiri di dekat kepala mereka berdua
aku tidak ingin membangunkan mereka berdua dan aku tidak ingin memberi minum
anak-anakku), maka aku tidak ingin membangunkan mereka berdua padahal
anak-anakku berteriak-teriak menangis di kedua kakiku (dan aku tetap diam di
tempat dan gelas berada di tanganku, aku menunggu mereka berdua bangun dari
tidur mereka) dan demikian keadaannya hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau
mengetahui bahwasanya aku melakukan hal itu karena mengharap wajahMu
maka bukalah bagi kami celah hingga kami bisa melihat langit”, maka dibukakan
celah bagi mereka.
Orang yang kedua
berkata, "Yaa Allah Engkau sungguh telah mengetahui bahwasanya aku pernah
mencintai seorang wanita salah seorang putri-putri pamanku, aku sangat
mencintainya. Akan tetapi ia berkata : "Engkau tidak akan bisa meraih
cintanya hingga engkau memberikan kepadanya seratus keping dinar". Maka
akupun berusaha hingga aku berhasil mengumpulkan uang dinar tersebut. Tatkala
aku telah duduk di antara dua kakinya (untuk menzinahinya-pen) maka iapun berkata,
"Bertakwalah engkau kepada Allah, dan janganlah engkau pecahkan (buka)
cincin kecuali dengan haknya". Maka akupun pergi meninggalkannya. Ya Allah
jika Engkau mengetahui bahwasanya aku melakukan hal itu karena mengharap
wajahMu maka bukalah bagi kami celah hingga kami bisa melihat langit. Maka
Allah pun membuka dua pertiga celah (namun mereka belum bisa keluar-pen).
Orang yang ketiga
berkata, "Yaa Allah Engkau sungguh telah mengetahui bahwasanya aku pernah
menyewa seorang pekerja dengan upah tiga soo' jagung (sekitar 9 kg jagung-pen),
akupun memberikannya kepadanya akan tetapi ia enggan untuk menerimanya. Maka
akupun mengolah upahnya tersebut maka akupun menanam jagung tersebut hingga
akhirnya hasilnya aku gunakan untuk membeli sapi-sapi dan para penggembalanya.
Kemudian iapun datang dan berkata kepadaku, Wahai Abdullah (fulan) bayarlah
upahku!". Aku berkata, "Pergilah engkau ke sapi-sapi itu dan para
penggembalanya, seluruhnya adalah milikmu". Ia berkata, "Apakah
engkau memperolok-olok aku?". Aku berkata, "Aku tidak sedang
memperolok-olokmu, akan tetapi semuanya itu benar-benar milikmu". Ya Allah
jika Engkau mengetahui bahwasanya aku melakukan hal itu karena mengharap
wajahMu maka bukalah celah bagi kami". Maka terbukalah pintu gua dari
batu tersebut. (HR
Al-Bukhari no 2102)
Perhatikanlah ketiga orang tersebut
berusaha mencari amalan sholeh yang merupakan amalan terbaik mereka dan amalan
yang bisa mereka harapkan untuk menghilangkan kesulitan yang mereka hadapi. Dan
sungguh amalan yang mereka lakukan merupakan amalan yang berat dan sangat
tinggi nilainya di sisi Allah. Akan tetapi mereka bertiga sadar bahwasanya
betapapun besar amalan yang mereka lakukan maka tidak akan bisa bermanfaat dan
tidak akan bisa membebaskan mereka dari kesulitan kecuali jika amalan tersebut
dikerjakan ikhlash karena Allah. Oleh karenanya tatkala berdoa dan memohon
kepada Allah mereka berkata, "Yaa Allah jika Engkau mengetahui bahwasanya
amalanku ini ikhlash karena mengaharap wajahmu…"
Karenanya -para pembaca yang budiman-
yakinlah bahwasanya ikhlash merupakan salah satu sebab terbesar yang bisa
mengangkat kerendahan dan keterpurukan yang sedang menimpa umat Islam. Sungguh
umat ini tidak akan jaya kecuali berkat doa orang-orang yang ikhlash. Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya
Allah hanyalah menolong umat ini dengan sebab oarng-orang lemah mereka, yaitu
dengan doa mereka, sholat mereka, dan keikhlasan mereka"
(HR An- Nasaai no 3178, dishahihkan oleh
Albani)
Ketujuh : Keikhlasan Memperbanyak Ganjaran Pahala Seseorang
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Sholat
sunnahnya seseorang yang dikerjakan tanpa dilihat oleh manusia nilainya
sebanding dengan dua puluh lima sholat sunnahnya yang dilihat oleh mata-mata
manusia" (HR
Abu Ya'la dalam musnadnya dan dishahihkan oleh Albani dalam As-Shahihah pada
penjelasan hadits no 3149)
Dalam
hadits yang lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Sholat
sunnahnya seseorang di rumahnya lebih bernilai dari pada sholat sunnahnya di
hadapan manusia, sebagaimana keutamaan sholat seseorang bersama jama'ah
dibandingkan jika ia sholat munfarid (tidak berjamaah)"
(Hadits ini dishahihkan oleh Albani
dalam as-Shahihah no 3149)
Hadits ini menegaskan bahwasanya semakin
ikhlas amalan seseorang –yaitu hanya Allah yang mengetahuinya- maka semakin
besar ganjarannya di sisi Allah. Tentunya amalan yang tersembunyi dari
pandangan manusia lebih dekat kepada keikhlasan dan lebih jauh dari riyaa' dan
ujub. Oleh karenanya sedekah yang dikeluarkan secara tersembunyi lebih tinggi
nilainya dari pada sedekah yang dikeluarkan di hadapan manusia. Nabi
shallallahu 'aliahi wa sallam bersabda;
"Sedekah
yang dikeluarkan secara sembunyi-sembunyi memadamkan kemurkaan Allah"
(Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam
as-Shahihah no 1908)
Kedelapan : Ikhlash Merupakan Sebab Menangnya Orang Yang Lemah Atas
Orang Yang Kuat
Allah
berfirman :
“Sesungguhnya
Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka
lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan
kemenangan yang dekat (waktunya), serta harta rampasan yang banyak yang dapat
mereka ambil. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS Al-Fath 18-19)
Syaikh Muhammad Al-Amiin As-Syinqithi
berkata, "Tatkala Allah Azza wa Jalla mengetahui keikhlasan yang sempurna
dari para sahabat yang melakukan bai'at ridwan… maka diantara buah dari
keikhlasan tersebut adalah apa yang disebutkan oleh Allah dalam firmanNya
“Dan (telah
menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang
kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. dan
adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Fath 21).
Maka Allah menjelaskan dalam ayat ini
bahwasanya mereka (para sahabat-pen) tidak mampu (menaklukkan negeri-negeri
tersebut seperti Persia dan Rumawi-pen) dan bahwasanya Allah menguasai
negeri-negeri tersebut maka Allah pun menjadikan para sahabat mampu untuk
menaklukkan negeri-negeri tersebut. Hal ini merupakan buah dari kuatnya
keimanan mereka dan kokohnya keikhlasan mereka. Maka ayat di atas menunjukkan
bahwasanya keikhlasan kepada Allah dan kekuatan iman kepada Allah adalah sebab
mampunya si lemah untuk menguasai dan mengalahkan si kuat.
Berapa banyak
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan
izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar " (Adwaaul Bayaan 3/51-52)
Kesembilan : Orang Yang Ikhlash Adalah Orang Yang Paling Bahagia
Dalam Meraih Syafa'at Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Pada Hari Kiamat Kelak
Dari Abu Huroiroh radhiallahu 'anhu, ia berkata, "Wahai Rasulullah, siapakah yang paling
berbahagia dengan syafa'atmu pada hari kiamat?". Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam berkata, "Aku telah menyangka bahwasanya tidak ada seorangpun
yang mendahuluimu bertanya kepadaku tentang hadits ini, karena aku melihat
semangatmu dalam mencari hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa'atku
pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaah ilallaah ikhlash dari
hatinya" (HR Al-Bukhari no 99)
Ibnu
Taimiyyah berkata, "Maka
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwasanya orang yang paling
berhak memperoleh syafa'at Nabi pada hari kiamat adalah orang yang paling
tinggi tauhid dan keikhlasannya" (Majmuu'
Al-Fataawaa 1/212)
Wallahu
a‘lam bishowab…
Abu Abdilmuhsin Firanda
Andirja (Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 05
Februari 2011)
0 Response to "Keutamaan Ikhlas dalam Beribadah"
Post a Comment