Keutamaan Akhlak Yang Mulia
Bismillah…
Allah Taala berfirman, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu
balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala
orang-orang yang beramal.”(Ali Imraan : 133-136)
Nabi shallallahu alaih
wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang terbaik dari
kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.”(Muttafaqun alaih) “Tidak ada sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan daripada
akhlak yang baik. (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi),” dan beliau shallallahu alaih wa
sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Maukah aku kabarkan kepada kalian siapa yang tempat duduknya
paling dekat denganku pada hari kiamat?” orang-orang pun terdiam, maka
Rasulullah shallallahu alaih wa sallam pun mengulangnya dua atau tiga kali. Lantas
mereka pun menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Maka beliau bersabda, “Yang paling
baik akhlaknya.”(HR. Ahmad dan al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad)
Akhlak Mulia Adalah Perhiasan Yang Paling Utama
Orang mukmin yang paling sempurna
imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dengan akhlak yang baik, seorang
mukmin dapat mencapai derajat seperti orang yang siang harinya selalu berpuasa
dan dimalam hari selalu shalat malam. Dari sini, maka berusaha untuk memiliki
akhlak yang baik adalah lebih utama daripada mencari emas, perak dan segala
perhiasan yang dianggap indah oleh manusia. Rasulullah shallallahu alaih wa
sallam bersabda,
“Manusia adalah barang tambang, seperti emas dan perak. Yang
terbaik dari mereka di masa jahiliyyah adalah yang terbaik pula di masa Islam
jika mereka diberi taufiq. Ruh adalah tentara yang berkelompok, jika diantara
mereka saling mengenal, maka mereka akan akrab satu dengan yang lainnya, dan
jika diantara mereka tidak saling mengenal, maka mereka pun akan saling
berpisah.” (Muttafaqun ‘alaih)
Bagaimana Bisa Berakhlak Mulia?
Jalan atau cara yang termudah dan
paling utama untuk bisa berakhlak mulia adalah dengan meneladani Rasulullah
shallallahu alaih wa sallam, karena akhlak beliau adalah Al-Quran. Beliau
adalah manusia yang memiliki akhlak dan postur tubuh yang terbaik. Beliau
memberi orang yang menghalang-halanginya, memaafkan orang-orang yang
menzaliminya, menyambung tali silaturahim kepada keluarga yang memutuskan
hubungan dengannya, dan berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.
Ini semua adalah dasar-dasar akhlak.
Maka, dengan demikian kita wajib
meneladani beliau pada seluruh tingkah lakunya, kecuali pada perkara yang Allah
khususkan untuk beliau. Karena yang demikian merupakan kekhususan untuk beliau
dan tidak ada seorang pun yang boleh mengikutinya. Seperti perihal kenabian,
wahyu, menikahi lebih dari empat istri, dilarang menikahi istri-istri beliau
setelah beliau meninggal, tidak makan sedekah, tidak mewarisi harta, dan
semisalnya yang telah diketahui dalam sunah-sunah beliau.
A.
Akhlak Nabi Muhammad shallallahu alaih wa sallam
Berikut ini adalah sedikit penjelasan
tentang akhlak mulia yang dimiliki dan didakwahkan oleh Nabi shallallahu alaih
wa sallam. Dengan tujuan agar akhlak dan budi pekerti yang luhur itu dapat
diteladani oleh setiap muslim. Sehingga ia berakhlak dengannya, berusaha
menancapkan di dalam dirinya, beribadah kepada Allah dengan
konsekuensi-konsekuensinya, dan bergaul kepada manusia dengannya. Allah Taala
berfirman,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(al-Ahzaab : 21) dan “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.”(al-A’raaf : 199-200)
Allah Taala berfirman,
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(al-Qolam : 4)
Abdullah
bin Umar radhiyallahu anhuma mengatakan,
“Nabi shallallahu alaih wa sallam bukanlah orang yang kasar dan
suka berkata-kata kotor. Dan beliau pernah bersabda, “Sesungguhnya orang
terbaik dari kalian adalah yang paling baik akhlaknya.”(Muttafaqun ‘alaih)
Anas bin Malik radhiyallahu ahu mengatakan,
“Aku telah melayani Rasulullah shallallahu alaih wa sallam
selama sepuluh tahun, tidak pernah aku mendengar beliau mengatakan ‘ah’
kepadaku, atau ‘kenapa sih kamu mengerjakannya?’ atau ‘ayo kerjakan!’”(Muttafaqun ‘alaih)
B.
Kedermawanan Nabi shallallahu alaih
wa sallam
Jabir radhiyallahu anhuma mengatakan,
“Rasulullah shallallahu alaih wa sallam adalah orang yang paling
dermawan. Dan sifat dermawan beliau akan lebih lagi pada bulan Ramadhan, ketika
Jibril menemuinya. Biasanya Jibril menemui beliau pada tiap malam di bulan
Ramadhan untuk mengajarkan Al-Quran kepada beliau. Maka sungguh, Rasulullah
shallallahu alaih wa sallam adalah orang yang lebih dermawan dalam menyebarakan
kebaikan daripada angin yang berhembus.” (Muttafaqun alaih)
Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata,
“Rasulullah shallallahu alaih wa sallam tidak pernah diminta
apapun untuk kepentingan Islam kecuali pasti beliau berikan.” Anas melanjutkan,
“Pernah seorang laki-laki datang dan diberi banyak sekali kambing oleh Nabi
shallallahu alaih wa sallam. Kemudian orang itu pun pulang ke kaumnya dan
berkata, “Wahai kaumku, masuk Islamlah kalian karena Muhammad adalah orang yang
suka memberi pemberian yang tidak takut miskin.”(HR. Muslim)
C.
Sifat
malu Nabi shallallahu alaih wa sallam
Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Nabi shallallahu alaih wa sallam adalah seorang yang lebih
pemalu daripada gadis dalam pingitan. Apabila melihat sesuatu yang tidak beliau
senangi, maka kami akan mengetahuinya dari raut wajah beliau.”(Muttafaqun alaih)
D.
Sifat
rendah hati Nabi shallallahu alaih wa sallam
Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu mengatakan,
“Aku mendengar Nabi shallallahu alaih wa sallam bersabda,
“Janganlah kalian menyanjungku sebagaimana orang-orang Nashara menyanjung putra
Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba dan utusan-Nya.”(HR. al-Bukhari)
Anas radhiyallahu anhu mengatakan,
“Sesungguhnya ada seorang wanita yang ada sesuatu pada akalnya
berkata kepada Nabi shallallahu alaih wa sallam, “Wahai Rasulullah, saya ada
perlu denganmu.” Maka Nabi shallallahu alaih wa sallam menjawab, “Wahai Ummu
Fulan, carilah dimana tempat yang engkau inginkan agar aku bisa memenuhi
keperluanmu.” Maka beliau pun bersama perempuan itu di tepi jalan, sampai ia
menyelesaikan keperluan dengan beliau.”(HR. Muslim)
Abu Hurairah radhiyallahu anhu mengatakan, Nabi shallallahu
alaih wa sallam bersabda,
“Seandainya aku diundang makan kaki kambing niscaya aku akan
memenuhinya. Dan seandainya aku diberi hadiah kaki kambing niscaya aku akan
menerimanya.”(HR. al-Bukhari)
E.
Keberanian
Nabi shallallahu alaih wa sallam
Anas bin Malik radhiyallahu anhu mengatakan,
“Rasulullah shallallahu alaih wa sallam adalah orang yang paling
baik, paling dermawan, dan paling berani. Pernah pada suatu malam penduduk
Madinah dikejutkan dengan sebuah suara. Maka orang-orang pun pergi ke arah
suara itu. Namun ternyata mereka berjumpa dengan Rasulullah shallallahu alaih
wa sallam sedang kembali dan telah mendahului mereka menghampiri suara
tersebut. Beliau menunggangi kuda milik Abu Talhah sambil memikul pedang
dipundaknya. Beliau pun berkata, “Jangan khawatir, jangan khawatir.. !”(Muttafaqun alaih)
Ali radhiyallahu anhu berkata,
“Sungguh, ketika perang Badr, kami berlindung disisi Rasulullah
shallallahu alaih wa sallam, sedangkan beliau adalah orang yang paling dekat
dengan musuh dan paling banyak mendapat kesulitan.”(HR. Ahmad)
F.
Sifat lemah lembut Nabi shallallahu
alaih wa sallam
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata,
“Pernah seorang arab badui datang dan kencing di Masjid. Maka
orang-orang segera mencela dan ingin memukulinya. Melihat hal itu Nabi
shallallahu alaih wa sallam pun berkata kepada mereka, “Biarkan dia, siramlah
air kencingnya itu dengan setimba atau seember air. Sesungguhnya kalian diutus
untuk memudahkan bukan menyulitkan.”(Muttafaqun ‘alaih) dan beliau pernah bersabda, “Mudahkanlah, jangan menyulitkan, dan
tenangkanlah, jangan membuat orang lari!”
(Muttafaqun alaih)
Aisyah radhiyallahu anha mengatakan, Rasulullah shallallahu
alaih wa sallam pernah berkata,
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah adalah Zat Yang Maha lembut,
yang suka dengan kelembutan. Dia memberi atas kelembutan itu sesuatu yang tidak
diberikan atas kekasaran atau yang selainnya.” (Muttafaqun alaih)
G.
Sifat pemaaf Nabi shallallahu alaih
wa sallam
Allah Taala berfirman,
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka,
dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan
(Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa
yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan
melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak
berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.”(al-Maaidah : 13)
Aisyah radhiyallahu anha mengatakan,
“Tidak pernah Rasulullah shallallahu alaih wa sallam diberi dua
pilihan kecuali beliau memilih yang paling mudahnya, selama perkara itu bukan
suatu dosa. Jika perkaranya adalah dosa, maka beliau adalah orang yang paling
menjauhinya. Beliau tidak pernah murka karena dirinya sendiri. Hanya saja
beliau murka ketika kehormatan Allah terlanggar, beliau murka karena Allah.”(Muttafaqun ‘alaih)
(Sumber: Akhlak Nabi Muhammad
shallallahu alaih wa sallam, Muhammad bin Ibrahim at-Tuwaijiri)
0 Response to "Keutamaan Akhlak Yang Mulia"
Post a Comment