Apakah Manusia Memiliki Kehendak Atau Semua Kehendak Allah?
Wahai Kaum Muslimin, Allah Tidak
Pernah Memaksa seseorang. Allah Telah Menciptakan Kebaikan &
Keburukan, Serta Menggantungkan Balasan Pada Keduanya. Kita tidak Pernah
dipaksa Untuk Berbuat Buruk dan Tidak Pernah dipaksa Berbuat Kebaikan. Allah
Cuma Ingatkan, Bertakwalah Kamu,Amanah, Ibadah,Apa saja Kebaikan yang Allah
Perintahkan, maka itu baik..Allah Sudah Suruh, Allah janjikan pahala. Allah
Janjikan Surga. Selesai. Siapa yang Mau kerjakan silahkan.
Yang Mau sholat, Boleh. Adakah
Saudaraku yang bisa Menahan kita saat Adzan Dikumandangkan kita tidak sholat,
Tidak Ada. Adakah tangan Dari Langit Turun. yang menarik tangan Kita untuk
Sholat, Tidak ada. Kita Bebas Memilih.
Allah Larang
Syirik,Zina,Riba,Musik,Khamr,Ini itu,Dilarang. Tapi Allah tidak pernah Tahan
kita,dipegang tangan Kita, Tidak boleh zina. Dibiarin. Tapi ini Haram
Hukumnya,Berdosa, Nanti Kamu masuk neraka kalau melakukannya. Allah berikan
Kebebasan. Tidak ada paksaan disini..
Jadi Allah Hanya Memberikan Sinyal,
Makanya Pada Hari kiamat,Hati-Hati Saudaraku Sekalian. Semua orang yang Masuk
Neraka, Wa Na'udzubillah Akan Mengakui Keadilan Allah. Dia Bilang Pantas saya
masuk karena Allah tidak Pernah Suruh Berzina,Tidak Pernah Suruh Minum Khamr.
Dia yang Lakukan. Allah sudah Ingatkan Haram ini Hukumnya. Maka dia tahu
sendiri Perilakunya.
Apakah Manusia Memiliki Kehendak Atau
Semua Kehendak Allah?
Firman Allah:
“Dan Katakanlah:
"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir.” [QS. Al-Kahfi: 29]
“Al Qur'an itu tiada
lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) bagi siapa di antara kamu
yang mau menempuh jalan yang lurus.” [QS. At-Takwir: 27-28]
Firman Allah:
“Maka (yang sebenarnya)
bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan
bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.
(Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan
kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.” [QS. Al-Anfal: 17]
Firman Allah:
“Dan jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka
Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang
beriman semuanya?” [QS. Yunus: 99]
Firman Allah:
“Katakanlah:
"Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat; Maka jika Dia menghendaki,
pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya." [QS.
Al-An’am: 149]
Firman Allah:
“Jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
Senantiasa berselisih pendapat.” [QS. Hud: 118]
Sesungguhnya setiap manusia tidak
dapat melepaskan dirinya dari takdir Allah azza wajalla yang telah Dia tuliskan
dalam ketetapan-Nya. Takdir itu telah tertulis dalam lauh al-Mahfuzh lima
puluh ribu tahun sebelum diciptakannya dunia. Ini dari satu sisi. Akan tetapi
dari sisi amalan-amalannya, sesungguhnya manusia bukanlah makhluk yang
dipaksakan oleh Allah sesuai kehendak-Nya saja. Akan tetapi manusia adalah
makhluk yang Allah berikan kepadanya kehendak dan keinginan untuk memilih jalan
yang ingin dipijakinya. Sehingga semua peristiwa yang terjadi pada dirinya
adalah atas kehendaknya sendiri yang Allah kehendaki terjadinya. Dalam kata
lain, manusia memiliki kehendak namun kehendaknya di bawah kehendak Allah azza
wajalla.
Pembahasan ini, hakikatnya hampir
sama dengan pembahasan-pembahsan sebelumnya yang berbicara mengenai ilmu Allah.
Namun semua ini bagai satu paket yang nampaknya harus di bahas satu persatu
agar kita bisa lebih memahami dalil-dalil syar’i yang dianggap musykil atau
kontradiktif ini. Untuk memahami dalil-dalil ini perlu memperhatikan beberapa
hal berikut:
Pertama: Ayat-ayat yang disebutkan pada dalil
pertama sesungguhnya menunjukkan tidak adanya paksaan untuk memeluk agama
islam. Allah tidak memaksa setiap manusia untuk meyakini kebenaran agama islam.
Dari sini kita mengetahui adanya kehendak bagi manusia yang digunakannya untuk
menentukan jalannya sendiri. Kemudian ayat-ayat ini hanya menjelaskan ancaman
dan peringatan bagi yang memilih kekufuran. Syaikh Abdurrahman Ibnu Nashir
as-Sa’di rahimahullah berkata:
“Allah telah memberikan
kehendak kepada manusia yang dengannya ia mampu untuk beriman atau menjadi
seorang yang kufur, memilih kebaikan atau keburukan. Siapa saja yang beriman
maka ia telah memilih yang benar, sedang siapa yang kafir maka telah sampai padanya
hujjah. Dan ini menunjukkan tidak adanya pakasaan untuk beriman sebagaimana
firman Allah, “Tidak ada paksaan dalam agama, telah jelas jalan yang benar dan
jalan yang sesat.”[7] Perlu diketahui bahwa ayat yang berbunyi, “Maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir” bukanlah merupakan izin untuk berbuat
kekafiran. Akan tetapi ayat ini hanya menunjukkan ancaman bagi siapa saja yang
memilih kekufuran setelah nampak kejelasan yang sempurna padanya.” [Tafsir
al-Karim ar-Rahman: 552-553]
Al-Imam asy-Syaukani rahimahullah berkata:
“Ayat ini menunjukkan
ancaman yang sangat keras. Sehingga maknanya; “Katakanlah wahai Muhammad suatu
kebenaran dari Rabbmu. Setelah engkau menyampaikan perkataan ini, maka
urusannya terserah pada mereka. Barangsiapa yang menghendaki keimanan kepada
Allah dan membenarkan dirimu maka berarti dia telah beriman. Dan barangsiapa
yang kufur terhadap Allah dan mendustaimu maka berarti dia telah memilih
kekufuran. Lalu Allah menetapkan ancaman yang sangat keras kepada mereka lalu
berfirman, “Sesungguhnya kami siapkan bagi orang-orang zhalim” maksudnya kami
telah mempersiapkan untuk orang-orang yang zhalim yang memilih kekufuran kepada
Allah dan mengingkari-Nya dan juga mengingkari para Nabi telah disediakan
neraka yang sangat dahsyat, “yang gejolaknya mengepung mereka.” [Fath al-Qadir: 857]
Al-Imam al-Hafizh Abu Muhammad
Abdurrahman Ibnu Abi Hatim ar-Razi* rahimahullah dalam tafsirnya menukil
perkataan Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu ia berkata: Firman Allah:
“Maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir” maksudnya adalah ancaman dan peringatan.” [Tafsir
Ibnu Abi Hatim; Surah al-KAhfi (Maktabah Syamilah)]
Al-Imam al-Hafizh Abu al-Fida Isma’il Ibnu Katsir
rahimahullah berkata:
“Ini merupakan ancaman
dan peringatan yang sangat keras. Oleh karena itu Allah berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah menyiapkan untuk orang-orang zhalim” yaitu orang-orang
yang berbuat kafir terhadap Allah dan kitab-Nya “Neraka yang gejolaknya
mengepung mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir: 3/74]
Al-Imam Abu Ja’far Muhammad Ibnu Jarir ath-Thabari
rahimahullah berkata:
“Jika kalian mau, maka
berimanlah dan jika kalian mau maka kufurlah. Akan tetapi ketahuilah telah
disediakan bagi kalian atas kekufuran kalian neraka yang gejolaknya mengepung
kalian. Dan jika kalian beriman dan taat kepada-Nya, maka sesungguhnya bagi
kalian sesuatu yang telah Allah sebutkan bagi orang-orang yang taat
kepada-Nya.” [Tafsir ath-Thabari: 18/9-10]
Kedua: Sesungguhnya hidayah itu ada
dua macam, yaitu hidayah taufik yang merupakan kekhususan Allah untuk
memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan hidayah
al-irsyad yang dimiliki oleh para Nabi, pengikut-pengikuntnya, ulama dan para
da’i untuk mengarahkan manusia kepada kebaikan.
Hidayah kedua ini merupakan bentuk
kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya dimana Allah tidak menginginkan
setiap hamba-Nya terjerumus dalam kesesatan. Sehingga Dia mengutus pada setiap
umat Rasul yang dapat mengarahkan mereka pada hidayah Allah, lalu manusia yang
menentukan pilihan mereka sendiri dan Allah menghendaki pilihan-Nya itu
terjadi. Lalu dengan ilmu Allah yang luas, yang Maha Mengetahui segala yang
akan terjadi, maka Dia menuliskan takdir itu berdasarkan pilihan manusia itu
sendiri yang telah dikehendaki-Nya untuk terjadi. Namun perlu ditekankan sekali
lagi sebagaimana perkataan al-Imam Ibnu Abi al-Izz rahimahullah bahwa:
“Adapun ahlu sunnah,
mereka berkata, “Sesungguhnya Allah walaupun ia menakdirkan adanya kemaksiatan,
Dia tidak mencintainya, tidak meridhainya dan tidak pula memerintahkannya.
Justru Allah sangat amat membencinya, memurkainya, tidak suka dengannya dan
melarang melakukannya. Ini adalah perkataan seluruh kaum salaf. mereka berkata,
jika Allah berkehendak sesuatu itu akan terjadi dan jika tidak maka ia juga
tidak akan terjadi.”
[Syarah al-Aqidah ath-Thahawiyyah: 173
jilid 1 cetakan Dar ar-Risalah al-Ilmiyyah]
Karena itu Allah azza wajalla
menjadikan hal ini sebagai sesuatu yang ghaib, agar setiap manusia tidak duduk
berpangku tangan dan menunggu takdirnya. Karena jika ia melakukan itu, maka
berarti itulah takdir yang ditetapkan untuknya atas pilihannya sendiri.
Ketiga: Sebagaimana pembahasan
sebelumnya bahwa iradah (keinginan) Allah ada dua. Iradah sebelum terjadi atau
tidak terjadi yang tidak dibarengi masyiah-Nya (kehendak-Nya) dan iradah yang
dibarengi masyiah-Nya sehingga hal itu terjadi (al-iradatu al-Muqaranatu bil
fi’l). Sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya
keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!"
Maka terjadilah ia.” [QS. Yasin: 82]
Dari penjelasan ini dapat kita
simpulkan bahwa kata-kata “kehendak” dalam dalil kedua menunjukkan hak
perogratif Allah yang agung, dimana segala sesuatu yang terjadi di alam ini
merupakan sesuatu yang sesuai dengan ketetapan-Nya. Sebab jika Allah tidak
menghendaki sesutu maka hal itu tidak akan terjadi.
Keempat: Yang menunjukkan bahwa
setiap peristiwa yang terjadi berdasarkan kehendak manusia sendiri adalah Allah
azza wajalla tidak menerima hujjah seorangpun yang berhujjah dengan menggunakan
takdir mereka. Sebab semua manusia diberikan kehendak untuk memilih lalu Allah
menghendaki semua kehendak mereka dan terjadilah peristiwa yang di inginkan
manusia itu. Allah berfirman sebagai pendustaan terhadap orang-orang kafir:
“Orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya
kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami
mengharamkan barang sesuatu apapun." Demikian pulalah orang-orang sebelum
mereka telah mendustakan (para Rasul) sampai mereka merasakan siksaan kami.
Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu
mengemukakannya kepada kami?" kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan
belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.” [QS
al-An’am: 148]
Kelima: Al-Imam Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, Hal ini menunjukkan bahwa Allah memiliki hikmah atas
segala yang Dia lakukan. Oleh karena itu Allah subhanahu wata’ala berfirman:
"Jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu. dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu
(keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka
Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” [QS.
Hud: 118-119/Tafsir Ibnu Katsir: 2/391].
Dari sini kita dapat menyimpulkan
tidak ada ayat-ayat yang musykil atau dianggap kontradiktif justru saling
menguatkan antara satu dengan yang lainnya.
Wallahu a’lam bishshowab…
0 Response to "Apakah Manusia Memiliki Kehendak Atau Semua Kehendak Allah?"
Post a Comment