Wisata Budaya adat kawasan Ammatoa Bulukumba, Sulawesi-Selatan
Salah satu destinasi wisata adat Di
Sulawesi Selatan, Khususnya Bulukumba adalah Ammatoa, terletak Kecamatan kajang
Kabupaten Bulukumba. Masyarakat kajang Ammatoa merupakan salah satu suku tertua
yang sangat terkenal Di Sulawesi Selatan. Budaya dan kehidupan sosial
masyarakat Ammatoa yang Unik menjadi daya tarik tersendiri bagi para Wisatawan
Local maupun mancanegara.
Kawasan adat masyarakat Kajang
berada dalam wilayah administrasi desa Tanah Tao yang berjarak 56 km dari kota
Bulukumba. Tana Toa Lahir karena ketidak teraturan yang terjadi dimasa lampau,
dimana kehidupan didunia termasuk kehidupan manusia pada waktu itu masih dalam
keadaan liar. Keadaan ini mendorong sejumlah manusia untuk membentuk sebuah
kelompok dengan segala aturan didalamnya yang sampai saat ini masih dipegang
teguh dan dilestarikan oleh masyarakatnya.
Saat ini Kajang Ammatoa dipimpin
oleh AmmaToa yang ke-22 yang bertanggung jawab melestarikan dan menjadi agar
adat dan tradisi bisa berjalan selaras dengan alam sekitar.
Berikut beberap ciri khas yang
melekat pada masyarakat Kajang AmmaToa. :
1.
Cara Berpakaian.
Salah satu ciri khas menarik yang
dimiliki Masyarakat Kajang AmmaToa adalah pakaian Hitamnya, bahkan mitos
berkembang dimasyrakat dengan mengidentikkan masyrakat Kajang dengan Ilmu
Spiritualnya.
2.
Kekayaan Alam
Suku Kajang memiliki nilai kearifan
budaya yang diaplikasikan dalam pengelolaan kawasan hutan. Suku kajang membagi
ke dalam tiga (3) bagian untuk pengelolaan dan pemanfaatan hutan. Pembagian
kawasan ini dikenal dengan sebutan Borong Karamaka (hutan keramat) yaitu
kawasan hutan yang terlarang untuk semua jenis kegiatan, terkecuali kegiatan
atau acara-acara ritual.
Borong Batasayya (Hutan Perbatasan)
merupakan hutan yang diperbolehkan diambil kayunya sepanjang persediaan kayu
masih ada dan dengan seizin dari Ammatoa selaku pemimpin adat. Borong Luara
(Hutan Rakyat) merupakan hutan yang bisa dikelola oleh masyarakat. Apabila
mengacu pada peraturan kementerian pertanian mengenai klasifikasi pemanfaatan
hutan, akan ditemukan konsep yang sama dengan kearifan lingkungan yang telah
dijalankan suku Kajang selama bertahun-tahun.Suku Kajang memiliki nilai
kearifan budaya yang diaplikasikan dalam pengelolaan kawasan hutan. Suku kajang
membagi ke dalam tiga (3) bagian untuk pengelolaan dan pemanfaatan hutan.
Pembagian kawasan ini dikenal dengan sebutan Borong Karamaka (hutan keramat)
yaitu kawasan hutan yang terlarang untuk semua jenis kegiatan, terkecuali
kegiatan atau acara-acara ritual.
Borong Batasayya (Hutan Perbatasan)
merupakan hutan yang diperbolehkan diambil kayunya sepanjang persediaan kayu
masih ada dan dengan seizin dari Ammatoa selaku pemimpin adat. Borong Luara
(Hutan Rakyat) merupakan hutan yang bisa dikelola oleh masyarakat. Apabila
mengacu pada peraturan kementerian pertanian mengenai klasifikasi pemanfaatan
hutan, akan ditemukan konsep yang sama dengan kearifan lingkungan yang telah
dijalankan suku Kajang selama bertahun-tahun.
Baca
Juga: 11 Tempat
Wisata Alam & Budaya Terindah di Bulukumba Sulawesi- Selatan Wajib Anda Kunjingi!!(bag-1)
3.
Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh orang
Kajang sehari-hari adalah Konjo. Bahasa konjo merupakan salah satu rumpun
bahasa Makassar yang berkembang tersendiri dalam suatu komunitas masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat adat Tana Toa memegang teguh pasanga ri
Kajang (pesan di Kajang) yang juga adalah ajaran leluhur mereka. Isi pasanga ri
Kajang yaitu:
1. tangurangi mange ri turiea arana,
yang berarti senangtiasa ingat pada Tuhan Yang Berkehendak.
2. alemo sibatang, abulo sipappa, tallang sipahua, manyu siparampe, sipakatau tang sipakasiri, yang artinya memupuk persatuan dan kesatuan dengan penuh kekeluargaan dan saling memuliakan.
3. lambusu kigattang sabara ki pesona, yang artinya bertindak tegas tetapi juga sabar dan tawakkal.
4. Sallu riajoka, ammulu riadahang ammaca ere anreppe batu, alla buirurung, allabatu cideng, yang artinya harus taat pada aturan yang telah dibuat secara bersama-sama kendati harus menahan gelombang dan memecahkan batu gunung.
2. alemo sibatang, abulo sipappa, tallang sipahua, manyu siparampe, sipakatau tang sipakasiri, yang artinya memupuk persatuan dan kesatuan dengan penuh kekeluargaan dan saling memuliakan.
3. lambusu kigattang sabara ki pesona, yang artinya bertindak tegas tetapi juga sabar dan tawakkal.
4. Sallu riajoka, ammulu riadahang ammaca ere anreppe batu, alla buirurung, allabatu cideng, yang artinya harus taat pada aturan yang telah dibuat secara bersama-sama kendati harus menahan gelombang dan memecahkan batu gunung.
5. Nan digaukang sikontu
passuroangto mabuttayya, yang artinya melaksanakan segala aturan secara murni
dan konsekuen
Kelima ajaran inilah yang menjadi
pedoman masyarakat dan para pemimpin dalam kehidupan sehari-hari. Dari kelima
pesan ini lahir prinsip hidup sederhana dan saling menyayangi diantara mereka.
Lebih dari itu adalah bentuk kasih sayang terhadap lingkungan mereka.
Implementasinya dapat kita lihat dengan adanya hukum adat yang melarang
mengambil hasil hutan dan isinya secara sembarangan. Masyarakat adat Tana Toa
sangat peduli terhadap lingkungannya terutama pada kelestarian hutan yang harus
tetap dijaga.
4.
Nilai-Nilai Tradisi Pada Rumah Tinggal Masyarakat Ammatoa Kajang
Satu falsafah hidup yang sangat
sederhana namun memiliki nilai pemeliharaan lingkungan adalah pemilihan tipe
bangunan. Masyarakat Suku Kajang memilih tinggal dalam rumah panggung dibanding
harus membangun rumah dari batu bata. Menurut masyarakat suku Kajang, walaupun
penghuni rumah yang tinggal di rumah (terbuat dari batu bata) masih hidup,
mereka menganggap penghuni rumah tersebut sudah meninggal karena sudah dikelilingi
tanah. Membangun rumah dari batu bata dianggap sebuah pantangan karena untuk
membangunnya harus menggunakan kayu bakar.
Batu bata yang digunakan bahan
bakunya adalah tanah setelah itu dicetak kemudian dibakar. Tahapan menghasilkan
batu bata inilah yang dianggap merusak hutan. Padahal mereka sangat ketat
melindungi hutan adatnya, sehingga bangunan dari batu bata menjadi pantangan
bagi mereka. Jika ditinjau dari dari aspek lingkungan, kita akan temui
kebenaran (rasionalitas) kepercayaan masyarakat suku Kajang dalam melestarikan
hutan adat.
1. Membangun rumah dari batu bata
membutuhkan tanah liat, untuk menyediakan bahan baku tanah diperoleh dengan
melakukan pengerukan tanah.
2. Pembakaran batu bata membutuhkan
banyak kayu bakar, yang bersumber dari hutan.
3. Menghasilkan polusi udara, akibat
pembakaran batu bata
4. Limbah bangunan batu bata tidak
banyak yang bisa digunakan, berbeda dengan kayu yang masih bisa didaur ulang.
Dlihat dari struktur dan konstruksi
rumah tradisional Ammatoa Kajang dibedakan atas Bola Hanggang dan Bola Paleha.
Bola Hanggang adalah rumah yang tiangnya ditanam kedalam tanah 100 cm dan tidak
mempunyai pattoddo (balok yang menghubungkan tiang-tiang pada arah lebar
bangunan bagian bawah lantai). Sementara balok yang menghubungkan deretan tiang
pada arah lebar yang terletak pada bagian atas di bawah lantai para (padongko),
disalah satu sisinya tidak boleh melewati tiang (rata dengan tiang tempatnya
bertumpu) yakni pada sisi kanan rumah, sisi dimana terletak dapur. Sedangkan
Bola Paleha adalah merupakan rumah yang tiangnya tidak ditanam tetapi berdiri
diatas umpak (Kajang: Pallangga Bola) dan deretan tiang dihubungkan oleh
patoddo sebagaimana konstruksi rumah tradisional Bugis-Makassar.
Letak rumah tradisional di luar
kawasan adat sekalipun masih dipengaruhi sistim kekerabatan dimana anggota
keluarga yang sudah berkeluarga dan merasa mampu untuk mandiri cenderung
menetap disekitar rumah keluarga inti, aturan-aturan yang mengikat mengenai
tata letak seperti mempertimbangkan hubungan kekerabatan antara orang tua dan
anak atau antara saudara (kakak dan adik)/antara yang muda dan tua tidak lagi
menjadi hal yang harus dipertimbangkan. Hal ini diakibatkan karena kondisi
alam/lingkungan mereka tinggal dan tergantung dari letak/tersedianya lahan kosong
yang mereka miliki.
Baca Juga: Cara Pembuatan Perahu Pinisi Bulukumba Alat Transportasi Laut Tradisional Bugis Sulawesi Selatan
5.
Gaya Hidup
Gaya hidup dapat didefenisikan
sebagai cara hidup yang diikuti oleh kelompok tertentu, melibatkan peran sosial
mereka dan karakterisitik yang tercermin dalam tingkah laku yang terkait dengan
perannya di tempat tersebut
Gaya hidup komunitas ammatoa adalah
sederhana (kamase-masea) sebagaimana aturan-aturan yang terdapat dalam Pasang
ri Kajang, yang menjadi persepsi, kognisi dan attiitudes mereka. Sehingga
tingkah laku mereka pada akhirnya adalah tingkah yang sesuai dengan ajaran
Pasang ri Kajang, yang mendasari gaya hidup komunitas ammatoa Kajang.
Mereka menganggap tidak perlu hidup berlebihan karena hidup berlebihan akan menimbulkan konflik-konflik diantara masyarakat yang pada akhirnya menghasilkan ketidakharmonisan dalam masyarakat tersebut. Gaya hidup sederhana ini tercermin mulai dari cara berpakaian, cara berkomunikasi, cara menyambut tamu dan sampai pada bentuk dan tatanan ruang/hunian mereka.
Mereka menganggap tidak perlu hidup berlebihan karena hidup berlebihan akan menimbulkan konflik-konflik diantara masyarakat yang pada akhirnya menghasilkan ketidakharmonisan dalam masyarakat tersebut. Gaya hidup sederhana ini tercermin mulai dari cara berpakaian, cara berkomunikasi, cara menyambut tamu dan sampai pada bentuk dan tatanan ruang/hunian mereka.
Setia Suku pasti memiliki keunikan
masing-masing begitu halnya dengan suku Kajang AmmaToa. Dan dengan segala
keunikan itulah suku itulah yang membuat Indonesia kaya akan keindahan Suku.
Jadi Buat agan-agan yang tertarik
dengan kebudayaan, maka salah satu destinasi tempat wisata budaya yang saya
anjurkan adalah AmmaToa, Kajang. Cintai Budaya, Lestarikan Budaya.
Terimah Kasih atas
kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam
2 Responses to "Wisata Budaya adat kawasan Ammatoa Bulukumba, Sulawesi-Selatan"
Barakallahu fik, kemarin sempat ke kajang ke acara walimah mso tapi tdk sempat ke kawasan ammatoa. Semoga bisa rihlah bersama ikhwah kesana...
Sangat tepat bagi Anda untuk berlibur di tempat wisata yang di bulukumba, bisa di jamin sekali pergi mau lagi. Dan yakin Anda tidak akan bosan dengan tempaat wisata ini. Langsung sja siapkan barang Anda dan berngkat ketempat wisata ini... @Ayo Ke Bulukumba
Post a Comment