Cara Pembuatan Perahu Pinisi Bulukumba Alat Transportasi Laut Tradisional Bugis Sulawesi Selatan
Pembuatan Perahu Pinisi.
Banyak tempat pembuatan perahu
pinisi di wilayah sulawesi selatan , tetapi yang sangat terkenal berlokasi di
Kabupaten Bulukumba yaitu pada poros perjalan antara kota bulukumba ke pantai
Tanjung Bira. Lamanya Pembuatan sebuah perahu yaitu sekitar 3 sampai dengan 6
bulan kadang-kadang lebih lama , tergantung dari kesiapan bahan dan musim.
Suku Bugis Makassar adalah salah
satu pewaris bangsa bahari. Banyak bukti yang menunjukkan kepiawaian mereka
menguasai laut dengan perahu layar. Perantauan mereka sudah terkenal sejak
beberapa abad lalu. Ditemukannya komunitas orang-orang Bugis Makassar di
beberapa kota di Indonesia merupakan bukti perantauan mereka sejak dahulu.
Mereka tidak hanya menguasai perairan wilayah nusantara, tetapi sejak beberapa
abad lalu juga melanglang buana jauh melampaui batas-batas negara. Banyak
bukti yang menunjukkan bahwa sejak dulu pelaut Bugis Makassar telah sampai di
Semenanjung Malaka, Singapura, Philipina, Australia Utara, Madagaskar dan
sebagainya dengan menggunakan perahu Pinisi.
Perahu Pinisi termasuk alat
transportasi laut tradisional masyarakat Bugis yang sudah terkenal sejak
berabad-abad yang lalu. Menurut cerita di dalam naskah Lontarak I Babad
La Lagaligo, Perahu Pinisi sudah ada sekitar abad ke-14 M. Menurut naskah
tersebut, Perahu Pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putra
Mahkota Kerajaan Luwu. Bahan untuk membuat perahu tersebut diambil dari pohon
welengreng (pohon dewata) yang terkenal sangat kokoh dan tidak mudah rapuh.
Namun, sebelum pohon itu ditebang, terlebih dahulu dilaksanakan upacara
khusus agar penunggunya bersedia pindah ke pohon lainnya. Sawerigading
membuat perahu tersebut untuk berlayar menuju negeri Tiongkok hendak
meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai.
Hingga saat ini, Kabupaten
Bulukumba masih dikenal sebagai produsen Perahu Pinisi, dimana para
pengrajinnya tetap mempertahankan tradisi dalam pembuatan perahu
tersebut, terutama di Keluharan Tana Beru.
Ketika berada di Pusat Kerajinan
Perahu Pinisi di Tana Beru, para pengunjung akan berdecak kagum melihat
kepiawaian para pengrajinnya membuat Perahu Pinisi. Mereka mampu membuat
perahu yang sangat kokoh dan megah hanya berdasarkan pada pengalaman dan
pengetahuan yang diperoleh dari nenek moyang mereka, tanpa menggunakan
gambar atau kepustakaan tertulis. Sejarah membuktikan bahwa Perahu Pinisi
Nusantara telah berhasil berlayar ke Vancouver Kanada, Amerika Serikat,
pada tahun 1986. Oleh karena kepiawaian para pengrajin tersebut,
Kabupaten Bulukumba dijuluki sebagai Butta Panrita Lopi, yaitu bumi atau
tanah para ahli pembuat Perahu Pinisi.
Pusat Kerajinan Perahu Pinisi
terletak di Kelurahan Tana Beru, Kecamatan Bonto-bahari, Kabupaten
Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
Tana Beru sebagai Pusat Kerajinan
Perahu Pinisi terletak sekitar 176 kilometer dari Kota Makassar atau 23
kilometer dari Kota Bulukumba. Perjalanan dari Kota Bulukumba ke Tana Beru
dapat ditempuh dengan menggunakan mobil pribadi maupun angkutan umum
Pinisi Lamba bermesinPinisi adalah
kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan
Suku Makassar di Sulawesi Selatan. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar
utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di
belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau[1]. Pinisi
adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar[2] dengan dua
tiang dengan tujuh helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera besar di dunia
Baca
Juga: 11 Tempat
Wisata Alam & Budaya Terindah di Bulukumba Sulawesi- Selatan Wajib Anda Kunjingi!!(bag-1)
Sejarah
Kapal kayu Pinisi telah digunakan di
Indonesia sejak beberapa abad yang lalu, diperkirakan kapal pinisi sudah
ada sebelum tahun 1500an. Menurut[4] naskah Lontarak I Babad La Lagaligo pada
abad ke 14, Pinisi pertama sekali dibuat oleh Sawerigading, Putera Mahkota
Kerajaan Luwu untuk berlayar menuju negeri Tiongkok hendak meminang Putri
Tiongkok yang bernama We Cudai.
Sawerigading berhasil ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan menggunakan Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang besar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Beru dan Lemo-lemo. Masyarakat ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi.
Sawerigading berhasil ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan menggunakan Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang besar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Beru dan Lemo-lemo. Masyarakat ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi.
Ritual pembangunan Pinisi
Pembuatan Perahu Pinisi cukup unik,
karena proses pembuatannya memadukan keterampilan teknis dengan kekuatan
magis. Tahap pertama dimulai dengan penentuan hari baik untuk mencari
kayu (bahan baku). Hari baik untuk mencari kayu biasanya jatuh pada hari
ke-5 dan ke-7 pada bulan yang sedang berjalan. Angka 5 menyimbolkan
naparilimai dalle‘na, yang berarti rezeki sudah di tangan, sedangkan angka 7
menyimbolkan natujuangngi dalle‘na, yang berarti selalu mendapat rezeki. Tahap
selanjutnya adalah menebang, mengeringkan dan memotong kayu. Kemudian kayu atau
bahan baku tersebut dirakit menjadi sebuah perahu dengan memasang lunas,
papan, mendempulnya, dan memasang tiang layar. Tahap terakhir adalah
peluncuran perahu ke laut.
Tiap-tiap tahap tersebut
selalu diadakan upacara-upacara adat tertentu. Sebelum perahu Pinisi
diluncurkan ke laut, terlebih dahulu dilaksanakan upacara maccera lopi
(mensucikan perahu) yang ditandai dengan pemyembelihan binatang. Jika Perahu
Pinisi itu berbobot kurang dari 100 ton, maka binatang yang disembelih
adalah seekor kambing, dan jika bobotnya lebih dari 100 ton, maka binatang yang
disembelih adalah seekor sapi.
Pada saat peletakan lunas, juga
harus disertai prosesi khusus. Saat dilakukan pemotongan, lunas diletakkan
menghadap Timur Laut. Balok lunas bagian depan merupakan simbol lelaki. Sedang
balok lunas bagian belakang diartikan sebagai simbol wanita. Usai dimantrai,
bagian yang akan dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan yang dilakukan
dengan gergaji harus dilakukan sekaligus tanpa boleh berhenti. Itu sebabnya
untuk melakukan pemotongan harus dikerjakan oleh orang yang bertenaga kuat. Demikian
selanjutnya setiap tahapan selalu melalui ritual tertentu.
Jenis kapal pinisi
Ada dua jenis kapal pinisi
Lamba atau lambo. Pinisi modern yang
masih bertahan sampai saat ini dan sekarang dilengkapi dengan motor diesel
(PLM).
Palari. adalah bentuk awal pinisi
dengan lunas yang melengkung dan ukurannya lebih kecil dari jenis Lamda.
Terimah Kasih atas
kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam
2 Responses to "Cara Pembuatan Perahu Pinisi Bulukumba Alat Transportasi Laut Tradisional Bugis Sulawesi Selatan"
Masya Allah.. Perahu pinisi adalah salah satu warisan yang mesti di jaga dengan baik...
Sangat tepat bagi Anda untuk berlibur di tempat wisata yang di bulukumba, bisa di jamin sekali pergi mau lagi. Dan yakin Anda tidak akan bosan dengan tempaat wisata ini. Langsung sja siapkan barang Anda dan berngkat ketempat wisata ini... @Ayo Ke Bulukumba
Post a Comment