'

Selamat Datang di Website Resmi Muhammad Akbar bin Zaid “Assalamu Alaikum Warahmtullahi Wabarakatu” Blog ini merupakan blog personal yg dibuat & dikembangkan oleh Muhammad Akbar bin Zaid, Deskripsinya adalah "Referensi Ilmu Agama, Inspirasi, Motivasi, Pendidikan, Moralitas & Karya" merupakan kesimpulan dari sekian banyak kategori yang ada di dalam blog ini. Bagi pengunjung yang ingin memberikan saran, coretan & kritikan bisa di torehkan pada area komentar atau lewat e-mail ini & bisa juga berteman lewat Facebook. Terimah Kasih Telah Berkunjung – وَالسٌلام عَلَيْكُم

Biografi Singkat Para Sahabat Rasulullah: Salman Al-Farisi radhiallahu anhu (bag-2)



Melihat itu aku meratap dan menciuminya sambil menangis. Lalu aku dipanggil menghadap oleh Rasulullah Saw. Aku duduk di hadapannya, lalu kuceriterakan kisahku kepadanya sebagai yang telah kuceriterakan tadi.
Kemudian aku masuk Islam, dan perbudakan menjadi penghalang bagiku untuk bergabung perang Badar dan Uhud. Lalu pada suatu hari Rasulullah menitahkan padaku: "Mintalah pada majikanmu agar ia bersedia membebaskanmu dengan menerima uang tebusan."
Kemudian aku memerdekakan diriku dari tuanku dengan membayar tiga ratus pohon kurma yang aku tanam untuk tuanku dan emas empat puluh ons. Rasulullah Saw. menyeru shahabat-shahabatnya: "Bantulah saudara kalian ini!" Shahabat-shahabat Rasulullah memberi bantuan anak pohon kurma kepadaku. Ada shahabat yang memberiku dengan tiga puluh anak pohon kurma. Dan ada shahabat yang memberiku lima belas anak pohon kurma, dan ada shahabat yang memberiku sepuluh anak pohon kurma, setiap orang membantu sesuai dengan kemampuannya, sampai akhirnya terkumpul tiga ratus pohon kurma. Rasulullah Saw. berkata kepadaku: "Pergilah hai Salman, dan Galilah lubang untuk anak-anak pohon kurma ini! Jika engkau telah selesai menggalinya, datanglah kepadaku, agar aku sendiri yang akan meletakannya dengan tanganku sendiri ke dalam lubangnya". 
Kemudian aku menggali lubang untuk anak-anak pohon kurma tersebut dengan dibantu shahabat-shahabatku. Ketika aku telah selesai menggalinya, aku menghadap kepada Rasulullah Saw. dan melaporkan kepada beliau bahwa aku telah selesai membuat lubang. Kemudian Rasulullah Saw. pergi bersamaku ke lubang-lubang tersebut. Kami berikan anak pohon kurma kepada beliau dan diletakannya ke dalam lubang tersebut. "Demi Dzat yang jiwa Salman berada di Tangan-Nya, tidak ada satu anak pohon kurma pun yang mati. Aku pelihara pohon-pohon kurma tersebut dan aku memiliki sedikit harta." 
Tidak lama setelah itu, Rasulullah Saw. datang dengan membawa emas sebesar telur ayam dari salah satu lokasi pertambangan. Rasulullah Saw. berkata: "Ambil emas ini dan bayarlah hutangmu dengannya!" Aku berkata: "Wahai Rasulullah Saw, Bagaimana emas ini bisa menutupi hutangku?" Rasulullah Saw. berkata: "Ambillah emas ini karena Allah akan menutup hutangmu dengannya! " Demi Dzat yang jiwa Salman berada di tangan-Nya, ternyata berat emas tersebut pas empat puluh ons. Kemudian aku bayar utangku pada tuanku dengan emas tersebut. Setelah itu aku menjadi orang merdeka. Aku bisa ikut perang Khandaq bersama Rasulullah Saw. sebagai orang merdeka dan sesudah perang itu akan tidak pernah melewatkan satu peperanganpun.
Demikianlah aku dimerdekakan oleh Allah, dan hidup sebagai seorang Muslim yang bebas merdeka, serta mengambil bagian bersama Rasulullah dalam perang Khandaq dan peperangan lainnya.
Dengan kalimat-kalimat yang jelas dan manis, Salman ra. menceriterakan kepada kita usaha keras dan perjuangan besar serta mulia untuk mencari hakikat keagamaan, yang akhirnya dapat sampai kepada Allah Ta'ala dan membekas sebagai jalan hidup yang harus ditempuhnya ....
Corak manusia ulung manakah orang ini?  Dan keunggulan besar manakah yang mendesak jiwanya yang agung dan melecut kemauannya yang keras untuk mengatasi segala kesulitan dan membuatnya mungkin barang yang kelihatan mustahil?  Kehausan dan kegandrungan terhadap kebenaran manakah yang telah menyebabkan pemiliknya rela meninggalkan kampung halaman berikut harta benda dan segala macam kesenangan, lalu pergi menempuh daerah yang belum dikenal dengan segala halangan dan beban penderitaan, pindah dari satu daerah ke daerah lain, dari satu negeri ke negeri lain, tak kenal letih atau lelah, di samping tak lupa beribadah secara tekun.
Sementara pandangannya yang tajam selalu mengawasi manusia, menyelidiki kehidupan dan aliran mereka yang berbeda, sedang tujuannya yang utama tak pernah beranjak dari semula, yang tidak lain hanya mencari kebenaran. Begitu pun pengorbanan mulia yang dibaktikannya demi mencapai hidayah Allah, sampai ia diperjual belikan sebagai budak belian. Dan akhirnya ia diberi Allah ganjaran setimpal hingga dipertemukan dengan al-Haq dan dipersuakan dengan Rasul-Nya, lalu dikaruniai usia lanjut, hingga ia dapat menyaksikan dengan kedua matanya bagaimana panji-panji Allah berkibaran di seluruh pelosok dunia, sementara ummat Islam mengisi ruangan dan sudut-sudutnya dengan hidayah dan petunjuk Allah, dengan kemakmuran dan keadilan.
Bagaimana akhir kesudahan yang dapat kita harapkan dari seorang tokoh yang tulus hati dan keras kemauannya demikian rupa? Sungguh, keislaman Salman ra. adalah keislamannya orang-orang utama dan taqwa. Dan dalam kecerdasan, kesahajaan dan kebebasan dari pengaruh dunia, maka kondisinya mirip sekali dengan Umar bin Khatthab.
Ia pernah tinggal bersama Abu Darda di sebuah rumah beberapa hari lamanya. Sedang kebiasaan Abu Darda beribadah di waktu malam dan shaum di waktu siang. Salman ra. melarangnya berlebihan dalam beribadah seperti itu.
Pada suatu hari Salman ra. bermaksud hendak mematahkan niat Abu Darda untuk shaum sunnat esok hari. Dia menyalahkannya: "Apakah engkau hendak melarangku shaum dan shalat karena Allah?" Maka jawab Salman ra. : "Sesungguhnya kedua matamu memiliki hak atas dirimu, demikian pula keluargamu memiliki hak atas dirimu. Di samping kamu shaum, berbukalah, dan di samping melakukan shalat, tidurlah! "
Peristiwa itu sampai ke telinga Rasulullah, maka sabdanya: "Sungguh Salman ra. telah dipenuhi dengan ilmu". Rasulullah Saw. sendiri sering memuji kecerdasan Salman ra. serta ketinggian ilmunya, sebagaimana beliau memuji Agama dan budi pekertinya yang luhur. Di waktu perang Khandaq, kaum Anshar sama berdiri dan berkata: "Salman ra. dari golongan kami". Bangkitlah pula kaum Muhajirin, kata mereka: "Tidak, ia dari golongan kami" Mereka pun dipanggil oleh Rasulullah Saw, dan sabdanya: "Salman adalah golongan kami, ahlul Bait". Dan memang selayaknyalah jika Salman ra. mendapat kehormatan seperti itu.
Ali bin Abi Thalib ra. menggelari Salman ra. dengan "Luqmanul Hakim". Dan sewaktu ditanya mengenai Salman, yang ketika itu telah wafat, maka jawabnya: "Ia adalah seorang yang datang dari kami dan kembali kepada kami Ahlul Bait. Siapa pula di antara kalian yang akan dapat menyamai Luqmanul Hakim. Ia telah beroleh ilmu yang pertama begitu pula ilmu yang terakhir.Dan telah dibacanya kitab yang pertama dan juga kitab yang terakhir. Tak ubahnya ia bagai lautan yang airnya tak pernah kering ".
Dalam kalbu para sahabat umumnya, pribadi Salman ra.telah mendapat kedudukan mulia dan derajat utama. Di masa pemerintahan Khalifah Umar ra.ia datang berkunjung ke Madinah. Maka Umar melakukan penyambutan yang belum penah dilakukannya kepada siapa pun juga. Dikumpulkannya para sahabat dan mengajak mereka: "Marilah kita pergi menyambut Salman ra.!" Lalu ia keluar bersama mereka menuju pinggiran kota Madinah untuk menyambutnya.
Sejak bertemu dengan Rasulullah dan iman kepadanya, Salman ra.hidup sebagai seorang Muslim yang merdeka, sebagai pejuang dan selalu berbakti. Ia pun mengalami kehidupan masa Khalifah Abu Bakar ra. kemudian di masa Amirul Mu'minin Umar ra. lalu di masa Khalifah Utsman ra. di waktu mana ia kembali ke hadirat Tuhannya.
Salman ra. memanfaatkan sisa waktunya di samping berbakti untuk negara juga menganyam dan menjalin daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang, kehidupannya sangat sederhana, hal itu terlihat dari pakaian yang dipakainya, seperti kainnya yang pendek, karena amat pendeknya sampai terbuka kedua lututnya.
Padahal ia seorang tua yang berwibawa, mampu dan tidak berkekurangan.Tunjangan yang diperolehnya tidak sedikit, antara empat sampai enam ribu setahun.Tapi semua itu disumbangkannya habis, satu dirham pun tak diambil untuk dirinya. Katanya: "Untuk bahannya kubeli daun satu dirham, lalu kuperbuat dan kujual tiga dirham". Yang satu dirham kuambil untuk modal, satu dirham lagi untuk nafkah keluargaku, sedang satu dirham sisanya untuk shadaqah. Seandainya Umar bin Khatthab ra. melarangku melakukannya, sekali-kali tiadalah akan kuhentikan! "
Bahkan Ia juga seorang putra Persi, suatu negeri yang terkenal dengan kemewahan dan kesenangan serta hidup boros, sedang ia bukan dari golongan miskin atau bawahan, tapi dari golongan berpunya dan kelas tinggi. Namun ia sekarang menolak harta, kekayaan dan kesenangan, bertahan dengan kehidupan bersahaja, tidak lebih dari satu dirham tiap harinya, yang diperoleh dari hasil jerih payahnya sendiri. 
Kenapa ditolaknya pangkat dan tak bersedia menerimanya? Salman ra. berkata : "Seandainya kamu masih mampu makan tanah asal tak membawahi dua orang manusia, maka lakukanlah!" Kenapa ia menolak pangkat dan jabatan, kecuali jika mengepalai sepasukan tentara yang pergi menuju medan perang? Atau dalam suasana tiada seorang pun yang mampu memikul tanggung jawab kecuali dia, hingga terpaksa ia melakukannya dengan hati murung dan jiwa merintih? Lalu kenapa ketika memegang jabatan yang mesti dipikulnya, ia tidak mau menerima tunjangan yang diberikan padanya secara halal?
Diriwayatkan oleh Hisyam bin Hisan dari Hasan: "Tunjangan Salman ra. sebanyak lima ribu setahun, (gambaran kesederhanaannya) ketika ia berpidato di hadapan tigapuluh ribu orang separuh baju luarnya (aba'ah) dijadikan alas duduknya dan separoh lagi menutupi badannya. Jika tunjangan keluar, maka dibagi-bagikannya sampai habis, sedang untuk nafqahnya dari hasil usaha kedua tangannya ".
Kenapa ia melakukan perbuatan seperti itu dan sangat zuhud kepada dunia, padahal ia seorang putra Persi yang biasa tenggelam dalam kesenangan dan dipengaruhi arus kemajuan? Inilah ungkapan Salman ra. ketika berada di atas pembaringan menjelang ajalnya, sewaktu ruhnya yang mulia telah bersiap-siap untuk kembali menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi lagi Maha Pengasih.
Sa'ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya, lalu Salman ra. menangis. "Apa yang Anda tangiskan, wahai Abu Abdillah", tanya Sa'ad, "padahal Rasulullah Saw. wafat dalam keadaan ridla kepada anda?" Salman ra. menjawab, "Demi Allah, daku menangis bukanlah karena takut mati atau mengharap kemewahan dunia, hanya Rasulullah telah menyampaikan suatu pesan kepada kita, dengan sabdanya: "Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara, padahal harta milikku begini banyaknya"
Kata Sa'ad: "Saya perhatikan, tak ada yang tampak di sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom". Lalu Sa’ad berkata lagi: "Wahai Abu Abdillah, berilah kami suatu pesan yang akan kami ingat selalu darimu!" ​​Maka ujarnya: "Wahai Sa'ad, Ingatlah Allah di kala dukamu, sedang kau derita. Dan pada putusanmu jika kamu menghukumi. Dan pada saat tanganmu melakukan pembagian".
Rupanya inilah yang telah mengisi kalbu Salman ra. mengenai kekayaan dan kepuasan. Ia telah memenuhinya dengan zuhud terhadap dunia dan segala harta, pangkat dengan pengaruhnya, yaitu pesan Rasulullah Saw. kepadanya dan kepada semua sahabatnya, agar mereka tidak dikuasai oleh dunia dan tidak mengambil bagian darinya, kecuali sekedar bekal seorang pengendara.
Salman ra.telah memenuhi pesan itu sebaik-baiknya, namun air matanya masih jatuh berderai ketika ruhnya telah siap untuk berangkat, khawatir kalau-kalau ia telah melampaui batas yang ditetapkan. Tak ada di ruangannya kecuali sebuah piring wadah makannya dan sebuah baskom untuk tempat minum dan wudlu, Tetapi walau demikian ia menganggap dirinya telah berlaku boros.
Pada hari-hari ia bertugas sebagai Amir atau kepala daerah di Madain, keadaannya tak sedikit pun berubah. Sebagai telah kita ketahui, ia menolak untuk menerima gaji sebagai amir, satu dirham sekalipun. Ia tetap mengambil nafkahnya dari hasil menganyam daun kurma, sedang pakaiannya tidak lebih dari sehelai baju luar, dalam kesederhanaan dan kesahajaannya tak berbeda dengan baju usangnya.
Pada suatu hari, ketika sedang berjalan di suatu jalan raya, ia didatangi seorang laki-laki dari Syria yang membawa sepikul buah tin dan kurma. Rupanya beban itu sangat berat, sampai melelahkannya. Demi dilihat olehnya seorang laki-laki yang tampak sebagai orang biasa dan dari golongan tak berpunya, terpikirlah hendak menyuruh laki-laki itu membawa buah-buahan dengan diberi imbalan atas jerih payahnya bila telah sampai ke tempat tujuan. Ia memberi isyarat agar datang kepadanya, dan Salman ra. menurut dengan patuh. "Tolong bawakan barangku ini!", Kata orang dari Suriah itu. Maka barang itu pun dipikul oleh Salman ra, lalu berdua mereka berjalan bersama-sama.
Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan satu rombongan. Salman ra. memberi salam kepada mereka, yang dijawabnya sambil berhenti: "Juga kepada amir, kami ucapkan salam" "Juga kepada amir?" Amir mana yang mereka maksudkan?" Tanya orang Suriah itu dalam hati. Keheranannya kian bertambah ketika dilihatnya sebagian dari anggota rombongan segera menuju beban yang dipikul oleh Salman ra. dengan maksud hendak menggantikannya, kata mereka: "Berikanlah kepada kami wahai amir!". Sekarang mengertilah orang Syria itu bahwa kulinya tiada lain Salman al-Farisi ra, amir dari kota Madain. Orang itu pun menjadi gugup, kata-kata penyesalan dan permintaan maaf bagai mengalir dari bibirnya. Ia mendekat hendak menarik beban itu dari tangannya, tetapi Salman ra. menolak, dan berkata sambil menggelengkan kepala: "Tidak, sebelum kuantarkan sampai ke rumahmu".
Suatu ketika Salman ra.pernah ditanyai orang : "Apa sebabnya Anda tidak menyukai jabatan sebagai amir? " Jawabnya: "Karena manis waktu memegangnya tapi pahit waktu melepaskannya!"  Pada waktu yang lain, seorang sahabat memasuki rumah Salman ra, didapatinya ia sedang duduk menggodok tepung, maka tanya sahabat itu: "Kemana pelayan?" Ujarnya: "Saya suruh untuk suatu keperluan, maka saya tak ingin ia harus melakukan dua pekerjaan sekaligus"
Kezuhudan Salman ra. juga terlihat ketika ia melihat pembangunan sebuah rumah, pada waktu itu, Salman ra. bertanya kepada tukangnya: "Bagaimana pola rumah yang ingin Anda dirikan?" Kebetulan tukang bangunan ini seorang 'arif bijaksana, mengetahui kesederhanaan Salman ra.dan sifatnya yang tak suka bermewah mewah. Maka ujarnya: "Jangan Anda khawatir,  rumah itu merupakan bangunan yang dapat digunakan bernaung di waktu panas dan tempat berteduh di waktu hujan. Andainya anda berdiri, maka kepala anda akan sampai pada langit-langitnya, dan jika Anda berbaring, maka kaki Anda akan terantuk pada dindingnya ".  Salman ra. berkata, "Benar", seperti itulah seharusnya rumah yang akan Anda bangun!"
Tak satu pun barang berharga dalam kehidupan dunia ini yang digemari atau diutamakan oleh Salman ra.sedikit pun, kecuali suatu barang yang memang amat diharapkan dan dipentingkannya, bahkan telah dititipkan kepada isterinya untuk disimpan di tempat yang tersembunyi dan aman.
Ketika dalam sakit yang membawa ajalnya, yaitu pada pagi hari kepergiannya, dipanggillah istrinya untuk mengambil titipannya dahulu. Kiranya hanyalah seikat kesturi yang diperolehnya waktu pembebasan Jalula dahulu. Barang itu sengaja disimpan untuk wangi-wangian di hari wafatnya. Kemudian sang istri disuruhnya mengambil secangkir air, ditaburinya dengan kesturi yang diaduk dengan tangannya, lalu kata Salman ra. ke istrinya: "Percikkanlah air ini ke sekelilingku, sekarang telah hadir di hadapanku makhluk Allah (yakni Malaikat), yang tidak dapat makan, hanyalah suka wangi-wangian", setelah selesai istrinya melakukan perintahnya tadi, ia berkata kepada istrinya lagi: "Tutupkanlah pintu dan turunlah!" Perintah itu pun diikuti oleh istrinya.
Dan tak lama antaranya istrinya kembali masuk, didapatinya ruh yang beroleh berkah telah meninggalkan dunia dan berpisah dari jasadnya. Ia telah mencapai alam tinggi, dibawa terbang oleh sayap kerinduan, rindu memenuhi janjinya, untuk bertemu lagi dengan Rasulullah Muhammad Saw. dan dengan kedua sahabatnya Abu Bakar dan Umar, serta tokoh-tokoh mulia lainnya dari golongan syuhada dan orang-orang utama
Terimah Kasih atas kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Biografi Singkat Para Sahabat Rasulullah: Salman Al-Farisi radhiallahu anhu (bag-2)"