'

Selamat Datang di Website Resmi Muhammad Akbar bin Zaid “Assalamu Alaikum Warahmtullahi Wabarakatu” Blog ini merupakan blog personal yg dibuat & dikembangkan oleh Muhammad Akbar bin Zaid, Deskripsinya adalah "Referensi Ilmu Agama, Inspirasi, Motivasi, Pendidikan, Moralitas & Karya" merupakan kesimpulan dari sekian banyak kategori yang ada di dalam blog ini. Bagi pengunjung yang ingin memberikan saran, coretan & kritikan bisa di torehkan pada area komentar atau lewat e-mail ini & bisa juga berteman lewat Facebook. Terimah Kasih Telah Berkunjung – وَالسٌلام عَلَيْكُم

Biografi Singkat Para Sahabat Rasulullah: Umair bin Saad radhiallahu anhu (bag-2)


Rasulullah menghadapkan wajahnya kepada Umair bin Saad yang tiba-tiba bercucuran air mata gembira membasahi mukanya yang berseri oleh cahaya iman. Lalu, Rasulullah dengan gembira mengulurkan tangannya yang mulia, menarik telinga Umair dengan lembut seraya berkata, "Telingamu cukup nyaring, nak, Allah mengizinkan apa yang engkau dengar."
Julas telah kembali ke Islam dan menjadi muslim yang baik. Para sahabat telah mengetahui bagaimana besarnya jasa baik Julas mengasuh dan membesarkan Umair selaku anak tiri. Dia bertanggung jawab penuh sebagaimana layaknya bapak kandung Umair. Setiap kali orang menyebut nama Umair di hadapannya, dia berkata dengan tulus, "Semoga Allah membalas Umair dengan segala kebajikan, karena dia telah membebaskan saya dari kekafiran dan dari api neraka."
Kisah yang kita ceritakan ini belum merupakan gambaran puncak dari kehidupan Umair, melainkan baru merupakan gambaran kehidupannya waktu kecil. Marilah kita lihat gambaran kehidupannya yang lebih gemilang dan indah di waktu mudanya.
Dikisahkan bahwa penduduk Hims sangat kritis terhadap para pembesar mereka sehingga sering mengadu kepada khalifah. Setiap pembesar yang baru datang memerintah, ada saja celanya bagi mereka. Dicatatnya segala kesalahan pembesar itu, lalu dilaporkannya kepada khalifah dan minta diganti dengan yang lebih baik. Karena itu, khalifah Umar mencari seorang yang tidak bercacat dan namanya belum pernah rusak untuk menjadi gubernur di sana. Lalu, ia sebar pembantu-pembantunya untuk mencari orang yang paling tepat. Maka, tidak diperolehnya orang yang lebih baik selain Umair bin Saad. 
Tetapi, sayang Umair ketika itu sedang bertugas memimpin pasukan perang fi sabilillah di wilayah Syam. Dalam tugas itu dia berhasil membebaskan beberapa kota, menghancurkan beberapa benteng, menundukkan beberapa kabilah, dan membangun masjid di setiap negeri yang dilaluinya.
Saat seperti itulah Amirul Mukminin memanggilnya kembali ke Madinah untuk memangku jabatan gubernur di Hims. Khalifah Umar memerintahkan untuk segera berangkat ke Hims. Umair menerima perintah tersebut dengan hati enggan, karena baginya tidak ada yang lebih utama selain perang fi sabilillah.
Setibanya di Hims, dipanggilnya orang banyak berkumpul ke masjid untuk shalat berjamaah. Selesai shalat dia berpidato. Mula-mula dia memuji Allah dan mengucapkan shalawat untuk Nabi, dan kemudian dia berkata, "Hai manusia, sesungguhnya Islam adalah benteng pertahanan yang kokoh dan pintu yang kuat.Benteng Islam itu adalah keadilan dan pintunya adalah kebenaran (al-haq). Apabila benteng itu ambruk dan pintunya roboh, pertahanan agama akan sirna. Islam akan senantiasa kuat selama kekuasaan tegak dengan kokoh. Tegaknya kekuasaan bukanlah dengan cemeti dan tidak pula dengan pedang, melainkan dengan menegakkan keadilan dan melaksanakan yang hak."
Selesai berpidato, dia langsung bertugas sesuai dengan khitah yang telah digariskan dalam pidatonya yang singkat itu.
Umair bin Saad bertugas sebagai gubernur di Hims hanya setahun penuh. Selama itu dia tidak menulis surat sepucuk pun kepada Amirul Mukminin. Tidak satu dinar atau satu dirham pun dia menyetorkan pajak ke Baitul Mal Muslimin (perbendaharaan negara) di Madinah. Karena itu, timbul kecurigaan di hati Khalifah Umar. Dia sangat khawatir kalaul-kalau pemerintahan yang dipimpin Umair mengalami bencana (menyelewengkan uang negara), karena tidak ada orang yang maksum (terpelihara dari dosa) selain Rasululah saw. Lalu, beliau memerintahkan sekretaris negara untuk menulis surat kepada Gubernur Umair.
Kata kalifah Umar, "Tulislah surat kepada Umair, katakanlah kepadanya, Bila surat ini sampai di tangan Anda, tinggalkanlah Hims dan segeralah menghadap Amirul Mukminin. Jangan lupa membawa sekalian pajak yang Anda pungut dari kaum muslimin."
Selesai surat tersebut di baca oleh Gubernur Umair, maka diambilnya kantong perbekalan dan diisinya tempat air untuk persediaan air wudu dalam perjalanan. Lalu, dia berangkat meninggalkan Hims. Dia pergi mengayun langkah menuju Madinah dengan berjalan kaki. Ketika hampir tiba di Madinah keadaannya pucat (karena kurang makan dalam perjalanan), tubuhnya kurus kering dan lemah, rambut dan jenggotnya sudah panjang, dan dia tampak sangat letih karena perjalanan yang begitu jauh.
Umair segera masuk menghadap Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Umar terkejut melihat kondisi Umair, lalu dia bertanya, "Bagaimana kondisi Anda wahai Umair?" Jawab Umair, "Tidak kurang suatu apa. Saya sehat wal 'afiat, Alhamdulillah, Saya membawa dunia seluruhnya, saya tarik di kedua tanduknya. " Tanya Umar, "Dunia manakah yang Anda bawa?" (Khalifah menduga dia membawa uang setoran pajak untuk Baitul Mal).
Jawab Umair, "Saya membawa kantong perbekalan dan tempat air untuk bekal di perjalanan, beberapa lembar pakaian, air untuk wudu, untuk membasahi kepala, dan untuk minum. Itulah seluruh dunia yang saya bawa. Yang lain tidak saya perlukan. "  Tanya khalifah, "Apakah Anda datang berjalan kaki?"  Jawab Umair, "Betul, ya Amirul Mukminin!"  Tanya khalifah, "Apakah Anda tidak diberi hewan kendaraan oleh pemerintah?"   Jawab Umair, "Tidak, mereka tidak memberi saya dan saya tidak pula memintanya dari mereka."   Tanya khalifah, "Mana setoran yang Anda bawa untuk Baitul Mal?"  Jawab Umair, "Saya tidak membawa apa-apa untuk Baitul Mal"  Tanya khalifah, "Mengapa?"  Jawab Umair, "Setibanya di Himsh, saya kumpulkan penduduk yang baik-baik, lalu saya perintahkan mereka memungut dan mengumpulkan pajak. Setiap kali mereka berhasil mengumpulkannya saya bermusyawarah dengan mereka, untuk apa harta itu harus digunakan dan bagaimana cara membagi-bagikannya kepada yang berhak. "
Khalifah Umar berkata kepada juru tulis, "Perpanjang masa jatah Umair sebagai gubernur Hims."  Kata Umair, "Maaf khalifah! saya tidak menghendaki jabatan itu lagi. Mulai saat ini saya tidak hendak bekerja lagi untuk Anda atau untuk orang lain sesudah Anda, wahai Amirul Mukminin. " Kemudian Umair minta izin untuk pergi ke sebuah dusun di pinggiran kota Madinah dan akan menetap di sana bersama keluarganya. Lalu, khalifah mengizinkannya.
Belum begitu lama Umair tinggal di dusun tersebut, Khalifah Umar ingin mengetahui keadaan sahabatnya itu, bagaimana kehidupannya dan apa yang diusahakannya. Lalu, diperintahkannya Al-Harits, seorang kepercayaan khalifah, "Pergilah engkau menemui Umair, tinggallah di rumahnya selama tiga hari sebagai tamu. Bila engkau lihat keadaannya bahagia penuh nikmat, kembalilah sebagaimana engkau datang. Jika engkau melihat keadaaannya melarat, berilah uang ini kepadanya. "Khalifah Umar memberikan pundi berisi seratus dinar kepada Al-Harits".
Al-Harits pergi ke dusun tempat Umair tinggal. Dia bertanya ke sana-sini di mana rumah Umair. Setelah bertemu, Al-Harits mengucapkan salam, "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."  Jawab Umair, "Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Anda datang dari mana? "  Jawab Harits, "Dari Madinah!"  Tanya Umair, "Bagaimana kondisi kaum muslimin sepeninggal Anda?" Jawab Harits, "Baik-baik saja."  Tanya Umair, "Bagaimana kabar Amirul Mukminin?" Jawab Harits, "Alhamdulilah baik . " Tanya Umair, "Apakah ditegakkannya hukum?" Jawab Harits, "Tentu, malahan baru-baru ini dia menghukum dari anaknya sendiri sampai mati karena bersalah melakukan perbuatan keji." Kata Umair, "Ya Allah, tolonglah Umar, Saya tahu, sungguh dia sangat mencintai-Mu, wahai Allah! "
Al-Harits menjadi tamu Umair selama tiga malam. Tiap malam Harits hanya dijamu dengan sebuah roti terbuat dari gandum. Pada hari ketiga, seorang laki-laki kampung berkata kepada Harits, "Sesungguhnya Anda telah menyusahkan Umair dan keluarganya. Mereka tidak punya apa-apa selain roti yang disuguhkannya kepada Anda. Mereka lebih mementingkan Anda walaupun dia sekeluarga harus menahan lapar. Jika Anda tidak keberatan, sebaiknya Anda pindah ke rumah saya menjadi tamu saya. "
Kemudian Al-Harits mengeluarkan pundi-pundi uang dinar, lalu diberikannya kepada Umair. Tanya Umair, "Apa ini?" Jawab Harits, "Amirul mukminin mengeluarkannya untuk Anda." Kata Umair, "Kembalikan saja uang itu kepada beliau. Sampaikan salamku dan katakan kepada beliau bahwasanya aku tidak membutuhkan uang itu. "
Istri Umair yang mendengar percakapan suaminya dengan Harits berteriak, "Terima saja wahai Umair! Jika engkau butuh sesuatu engkau dapat membelanjakannya. Jika tidak, engkau pun dapat membagi-bagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan. "
Mendengar Ucapan istri Umair, Harits meletakkan uang itu di hadapan Umair. Kemudian, dia pergi. Umair memungut uang itu lalu dimasukkannya ke dalam beberapa pundi-pundi kecil. Dia tidak tidur sampai tengah malam sebelum uang itu habis dibagi-bagikannaya kepada orang-orang yang membutuhkan. Sangat diutamakannya memberikannya kepada anak-anak yatim, yang orang tuanya tewas sebagai syuhada di medan perang fi sabilillah.
Al-Harits kembali ke Madinah. Setibanya di Madinah Umar bertanya, "Bagaimana kondisi Umair?" Jawab Harits, "Sangat menyedihkan ya Amirul Mukminin." Tanya Khalifah, "Sudah engkau berikan uang itu kepadanya?" Jawab. "Ya, sudah aku berikan." Tanya, "Apa yang dibuatnya dengan uang itu?" Jawab, "Saya tidak tahu. Tetapi, saya kira uang itu mungkin hanya tinggal satu dirham saja untuknya. "
Khalifah Umar menulis surat kepada Umair, katanya, "Bila surat ini selesai Anda baca, janganlah Anda letakan sebelum menghadap ke saya." Umair bin Saad datang ke Madinah memenuhi panggilan Khalifah. Sampai di Madinah dia langsung menghadap Amirul Mukminin. Khalifah Umar mengucapkan selamat datang dan memberikan alas duduk yang dipakainya kepada Umair, sebagai pengohormatan.
Tanya Khalifah, "Apa yang Anda perbuat dengan uang itu ya Umair?"  Jawab Umair, "Apa maksud Anda menanyakan sesudah uang itu Anda berikan kepadaku?"  Jawab Khalifah, "Saya hanya ingin tahu, barangkali Anda mau menceritakannya." Jawab Umair, " Uang itu saya simpan untuk saya sendiri dan akan saya manfaatkan nanti pada suatu hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat lagi, yaitu hari kiamat. "
Mendengar jawaban Umair, Khalifah Umar menangis hingga air matanya jatuh bercucuran. Katanya, "Saya menjadi saksi, sesungguhnya Anda tergolong orang yang mementingkan orang lain sekalipun Anda sendiri melarat."
Kemudian, khalifah menyuruh seseorang mengambil satu wasak pangan dan dua helai pakaian, lalu diberikannya kepada Umair. Kemudian Umair berkata: "Kami tidak membutuhkan makanan, ya Amirul Mukminin. Saya telah meninggalkan dua sha ' gandum untuk keluarga saya. Mudah-mudahan itu cukup untuk makan kami sampai Allah Taala memberi lagi rezeki untuk kami. Tetapi, pakaian ini saya terima untuk istri saya, karena pakaiannya sudah terlalu usang sehingga hampir telanjang. "
Tidak lama sesudah pertemuan Umair dengan khalifah, Allah mengizinkannya untuk bertemu dengan Nabi yang sangat dicintai dan dirindukannya, yaitu Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw. Umair pergi menempuh jalan akhirat, mempertaruhkan jiwa raganya dengan langkah-langkah yang senantiasa mantap. Dia tidak membawa beban berat di punggung berupa kemewahan dunia. Tetapi, dia pergi dengan cahaya Allah yang selalu membimbingnya, yakni wara' dan takwa.
Ketika Umar mendengar kematian Umair, bukan main sedihnya. Sehingga, dia mengurut dada karena menyesal. Kata Khalifah, "Saya membutuhkan orang-orang seperti Umair bin Saad untuk membantu saya mengelola masyarakat kaum muslimin."
Sumber: Buku Sahabat-Sahabat Rasulullah Sallallahu alai’hi wasallam
Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir                                                
Terimah Kasih atas kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Biografi Singkat Para Sahabat Rasulullah: Umair bin Saad radhiallahu anhu (bag-2)"