'

Selamat Datang di Website Resmi Muhammad Akbar bin Zaid “Assalamu Alaikum Warahmtullahi Wabarakatu” Blog ini merupakan blog personal yg dibuat & dikembangkan oleh Muhammad Akbar bin Zaid, Deskripsinya adalah "Referensi Ilmu Agama, Inspirasi, Motivasi, Pendidikan, Moralitas & Karya" merupakan kesimpulan dari sekian banyak kategori yang ada di dalam blog ini. Bagi pengunjung yang ingin memberikan saran, coretan & kritikan bisa di torehkan pada area komentar atau lewat e-mail ini & bisa juga berteman lewat Facebook. Terimah Kasih Telah Berkunjung – وَالسٌلام عَلَيْكُم

Meninggalkan Amalan Karena Manusia Termasuk Riya

Apa yang dimaksud meninggalkan amal karena manusia termasuk riya’? Perkataan ini pernah kita dengar dari Al Fudhail bin ‘Iyadh. Bagaimana penjelasan para ulama mengenai perkataan tersebut?
Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
تَرْكُ الْعَمَلِ لِأَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ وَالْعَمَلُ لِأَجْلِ النَّاسِ شِرْكٌ
“Meninggalkan amalan karena manusia termasuk riya’ dan beramal karena manusia termasuk syirik.” (Majmu’atul Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 23: 174).
Ulama Al Lajnah Ad Daimah ditanya mengenai perkataan Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, yaitu meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’ dan beramal karena manusia itu syirik. Kami dan saudara kami biasa meninggalkan amal sunnah karena khawatir pada manusia boleh jadi karena akan jadi bencana bagi diri kami atau merendahkan kami. Atau ada yang meninggalkan amalan karena takut cemoohan saudara yang lain atau takut ditindak secara hukum. Apakah seperti itu termasuk riya’? Lalu bagaimana cara berlepas diri darinya?
Jawab dari para ulama Al Lajnah Ad Daimah -Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia-,
Pernyataan, beramal karena manusia termasuk syirik. Pernyataan ini benar adanya karena berdasarkan dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah menunjukkan kewajiban ikhlas karena Allah dalam ibadah dan diharamkannya riya’ (pamer amalan). Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebut riya’ dengan syirik ashgor dan perbuatan inilah yang paling dikhawatirkan menghidap pada umatnya.
Adapun pernyataan, meninggalkan amalan karena manusia itu riya’, maka itu tidak secara mutlak. Ada perincian dalam hal itu dan intinya tergantung pada niat.  Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” Jadi niat ini yang jadi patokan, ditambah amalan tersebut harus bersesuaian dengan tuntunnan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini berlaku pada setiap amal. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang beramal tanpa tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.”
Jika seseorang meninggalkan amalan yang tidak wajib karena menyangka bahwa hal itu dapat membahayakan dirinya, maka tidak termasuk riya’. Ini termasuk strategi dalam beramal. Begitu pula jika seseorang meninggalkan amalan sunnah di hadapan manusia karena khawatir dipuji yang dapat membahayakan diri atau memudhorotkannya, maka ini bukanlah riya’. Adapun amalan wajib tidak boleh ditinggalkan karena takut dipuji manusia kecuali jika ada udzur syar’i.
Wa billahit taufiq. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
[Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, 1: 768-769, Fatwa ini ditandatangani oleh: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz selaku ketua, Syaikh ‘Abdurrozaq ‘Afifi selaku wakil ketua, Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan selaku anggota, Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud selaku anggota]
Misalnya kita melihat perbuatan ulama salaf sebagai berikut:
Budak perempuan Ar Rabi’ bin Khotsim berkata, “Ar Rabi’ biasa beramal secara sembunyi-sembunyi. Ketika ada seseorang datang menemuinya, ia segera menutupi mushafnya yang sedang dibuka.”
Ibnul Jauzi berkata, “Ibrahim An Nakha’i ketika membaca mushaf lalu ada  yang masuk menemui beliau, beliau menutupi Qur’annya.”
Mereka menutup Al Qur’an artinya enggan bacaan Al Qur’annya dilihat orang lain. Mereka melakukan seperti ini karena amalan membaca Al Qur’an adalah amalan sunnah, jadi sebaiknya ditutupi, tidak ditampakkan. Mereka menutupnya karena khawatir dipuji dan memang asalnya amalan sunnah seperti itu disembunyikan. Beda halnya jika itu amalan wajib atau ada maslahat untuk ditampakkan. Amalan wajib seperti shalat jama’ah, memang harus terang-terangan dilakukan. Saling membaca dan mendengarkan Al Qur’an boleh ditampakkan karena ada maslahat. Jika seseorang meninggalkan amalan seperti itu karena khawatir pujian manusia, maka itu termasuk riya’. Jadi dengan penjelasan ulama Al Lajnah Ad Daimah sudah jelaslah apa yang dimaksud dengan perkataan Al Fudhail.
Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Meninggalkan Amalan Karena Manusia Termasuk Riya"