Jalan Kebenaran Hanya Satu
Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala
Rasulillah, amma ba’du :
Sikap Ulama Salafush Shaleh terhadap Al Qur’an dan As-Sunnah
Dari penjelasan tentang “Jalan
Kebenaran Hanya Satu” telah jelas bahwa jalan Al Qur’an dan As-Sunnah adalah
satu-satunya jalan kebenaran dan telah sempurna, tidak membutuhkan penambahan
dan pengurangan sama sekali.
Al Qur’an dan As-Sunnah yang sempurna ini, begitu agungnya di hati-hati para Ulama
Salafush Shaleh, sehingga mereka benar-benar mendahulukan Al Qur’an dan
As-Sunnah di atas seluruh ucapan makhluk. Berikut nukilannya :
Az Zuhri rahimahullah berkata:
كان من مضى من علمائنا يقول: الاعتصام
بالسنة نجاة
“Para
ulama kita terdahulu mengatakan, ‘Berpegang teguh dengan Sunnah adalah
keselamatan’”.
Imam Malik rahimahullah berkata,:
السنة سفينة نوح، من ركبها نجا و من
تخلف عنها غرِق
“Sunnah
itu seperti perahu Nabi Nuh. Siapa saja yang menaikinya, maka selamat. Dan
siapa saja yang terlambat menaikinya, maka ia akan tenggelam (binasa)”.
Berkata
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya I’laamul Muwaqqi’iin:2/200,
وقد نهى الأئمة الأربعة عن تقليدهم،
وذمّوا من أخذ أقوالهم بغير حجة
“Para Imam yang empat melarang taqlid
kepada mereka (jika mampu-pent), dan mereka mencela orang yang mengambil
ucapan-ucapan mereka tanpa dalil” (Tafsir Adwaa`ul Bayaan: 1621).
Berkata Ash-Shon’ani rahimahullah,
وأما الأئمة الأربعة؛ فإن كلاً منهم
مصرح بأنه لا يقدم قوله على قول رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Dan adapun Imam yang empat ,
masing-masing mereka terang-terangan menyatakan bahwa tidak boleh ada satu
ucapan makhluk pun yang didahulukan daripada sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam” (Irsyaadun Nuqqood ila taisiril Ijtihaad:
141).
Ucapan Imam yang empat rahimahumullah
Ta’ala
1.
Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah, beliau berkata:
إذا صح الحديث فهو مذهبي
“Jika telah shahih sebuah hadits,
maka itu adalah madzhabku” (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, hal. 50).
إذا وجدتم في كتابي خلاف سنة رسول
الله صلى الله عليه وسلم؛ فقولوا بسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم، ودعوا ما
قلته
“Jika kalian mendapatkan di kitabku
pendapatku yang menyelisihi Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
berpeganglah dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
tinggalkan apa yang telah aku katakan” (dinukil dari Shifah Shalatin
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 50).
2.
Imam Daril Hijrah, Malik bin Anas rahimahullah, beliau berkata:
إنما أنا بشر أخطىء وأصيب؛ فانظروا في
رأيي؛ فكل ما وافق الكتاب والسنة؛ فخذوه، وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة؛ فاتركوه
“Sesungguhnya saya manusia, saya bisa
salah dan bisa benar, maka perhatikanlah pendapatku, setiap yang sesuai dengan
Al-Kitab dan As-Sunnah, maka ambillah dan setiap yang tidak sesuai dengan Al-Kitab
dan As-Sunnah, maka tinggalkanlah” (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal.48).
3.
Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit rahimahullah, beliau berkata:
إذا صح الحديث فهو مذهبي
“Jika telah shahih sebuah hadits,
maka itu adalah madzhabku” (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, hal. 46).
4.
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, beliau berkata:
لا تقلدني ولا تقلد مالكًا ولا الشافعي ولا
الأوزاعي ولا الثوري، وخذ من حيث أخذوا
“(Jika mampu ) Janganlah kalian taqlid kepadaku, dan
jangan pula kepada Imam Malik, Syafi’i, Auza’i dan Ats-Tsauri dan ambillah
hukum dari sumber dalil yang mereka ambil (baca: dari Al Qur’an dan As-Sunnah)”
(dinukil dari Shifah Shalatin
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 53).
Imam Ishaq bin Raahawaih rahimahullah,
من بلغه عن رسول الله صلى الله عليه
وسلم خبرٌ يُقرُّ بصحته ثم رده بغير تقية فهو كافر
“Barangsiapa
yang sampai kepadanya sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yang ia akui keshahihannya, kemudian ia menolaknya tanpa sembunyi-sembunyi
(baca: terang-terangan), maka ia kafir” (http://Islamqa.info/ar/115125).
Penutup
Demikianlah penjelasan tentang “Jalan Kebenaran
Hanya Satu”, yaitu jalan Al Qur’an dan As-Sunnah yang wajib bagi
setiap muslim dan muslimah berpegang teguh dengan Al Qur’an dan As-Sunnah,
hanya saja, tidak boleh kita memahami Al Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman
sendiri, haruslah dengan pemahaman Salafush Shaleh (Sahabat, Tabi’in dan
Tabi’ut Tabi’in radhiyallahu ‘anhum), sebagaimana firman Allah,
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ
بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ
نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan
barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam,
dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali” (An-Nisaa : 115).
Ketahuilah, sesungguhnya yang dimaksud
dengan orang-orang mukmin di dalam ayat ini adalah para shahabat Rasulullah dan
generasi pertama dari umat ini.
Dan Salafush Sholeh, generasi pertama dari umat ini,
mereka memiliki keutamaan yang besar sebagaimana yang terdapat dalam sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dari Hadits Ibnu Mas’ud رضي
الله عنه bahwa
sesungguhnya Nabi صلى الله
عليه وسلم bersabda :
خير الناس قرني
، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونهم
“Sebaik-baik
manusia adalah kurunku (Sahabat), kemudian orang-orang yang setelahnya
(Tabi’in), lalu orang-orang yang sesudahnya (Tabi’ut Tabi’in)”. (HR. Al-Bukhari
dan Muslim).
Wallaahu a’lam.
Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@
0 Response to "Jalan Kebenaran Hanya Satu"
Post a Comment