Ilmu Hadits: Hadits Palsu Tentang Batu Akik
Zaman batu. Apakah istilah ini bisa mewakili fenomena baru
di negeri ini? Entahlah. Akhir-akhir ini kita dihadapkan pada masa di mana
orang-orang di negeri ini menggandrungi batu akik. Mereka pun berlomba-lomba mendapatkan
batu akik secantik mungkin untuk kemudian dikenakan. Kebiasaan ini pun
dimanfaatkan oleh sebahagian orang untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Memang pada asalnya jual beli batu akik adalah mubah, dan memang di balik batu
akik ini ada rupiah yang menanti. Melalui banyaknya pedagang batu akik inilah
masyarakat mulai tertarik mengoleksinya. Mula-mula hanya sekedar iseng, namun
lambat laun termasuk penggandrungnya.
Namun permasalahannya adalah ternyata kenyataan di lapangan,
di balik batu akik juga ada mudharat dan fitnah (keburukan) yang dijumpai.
Diantaranya keyakinan para penjual dan pemakai akik bahwa benda
tersebut dapat memperlaris dagangan. Terkadang pedagang tidak
segan-segan mendatangkan riwayat-riwayat yang menunjukkan akan keutamaan batu
akik sehingga membuat dagangannya banyak diminati pelanggan. Oleh karena itu
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– pernah mengatakan,
إِنَّ التُجَّارَ
يُبعَثُونَ يَومَ
القِيَامَةِ فُجَّارًا
، إِلَّا مَن
اتَّقَى اللَّهَ
وَبَرَّ وَصَدَقَ
“Sesungguhnya
para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai orang-orang jahat
kecuali yang bertaqwa pada Allah, bersikap baik, dan jujur.” (HR At-Tirmidzi, Ad-Darimi, Ibnu Majah,
dan Ibnu Hibban. At-Tirmidzi mengatakan tentang hadits tersebut, “Hasan shahih.”
Sementara Al-Hakim mengatakan, “Sanadnya shahih.” Dan komentar tersebut
disepakati oleh Adz-Dzahabi)
Dalam hadits lain disebutkan,
إِنَّ التُجَّارَ
هُمُ الفُجَّارَ ،
قِيلَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ ؟
أَوَ لَيسَ قَد
أَحَلَّ اللَّهُ
البَيعَ ؟
قَالَ : بَلَى ،
وَلِكِنَّهُم يُحَدِّثُونَ
فَيَكذِبُونَ ،
وَيَحلِفُونَ فَيَأثَمُونَ
“Sesungguhnya
para pedagang itu adalah penjahat”.
“Rasulullah,
bukankah Allah telah menghalalkan jual-beli?,” tanya seseorang.
“Benar,”
jawab beliau, “Namun mereka berucap dusta dan bersumpah sehingga berdosa”
(HR Ahmad dan Al-Hakim,Al Hakim berkata: “Sanadnya shahih”. Penilaian beliau
disetujui oleh Adz Dzahabi).
Sedangkan riwayat-riwayat yang membicarakan tentang
keutamaan batu akik adalah banyak jumlahnya namun sama sekali tidak
ada yang valid, di antaranya beberapa riwayat berikut:
Riwayat 1
تحتمو بالعقيق
فإنه مبارك
“Pakailah
akik karena ia membawa berkah.”
Haidts tersebut diriwayatkan oleh Ya’qub bin Al-Walid
Al-Madani oleh Al-Muhamili dalam Al-Amali (II/41), Al-Khathib dalam Tarikh-nya
(II/251), serta Al-‘Uqaili dalam Adh-Dhu’afa’ no. 466.
Ibnu ‘Adi meriwayatkannya dari jalur Ya’qub bin Ibrahim
Az-Zuhri. Keduanya dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ‘Aisyah. Dalam Al-Mudhu’at
(I/423), Ibnul Jauzi mengatakan, “Ya’qub suka berdusta. Ia memalsukan
hadits”. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani memasukkannya dalam Silsilah
Al-Ahadits Adh-Dha’ifah wa Al-Maudhu’ah no. 226.
Riwayat 2
تحتموا بالعقيق
فإنه ينفي القر
“Kenakanlah
cincin, sebab ia dapat menghilangkan kefakiran.”
Al-‘Ajluni dalam Kasyf Al-Khafa’ (I/299-300, hadits
no. 958) mengatakan, “Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi, dari Anas. Ibnu ‘Adi
mengatakan, bahwa hadits tersebut batil. Di dalam perawinya terdapat Al-Husain
bin Ibrahim yang tidak diketahui identitasnya. Makanya Ibnul Jauzi menghukuminya
sebagai hadits palsu dan disepakati oleh As-Suyuthi.”
Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani memasukkan hadits ini dalam Silsilah Al-Ahadits
Adh-Dha’ifah wa Al-Maudhu’ah no. 227.
Riwayat 3
تحتموا بالعقيق
فإنه أنجح للأمور،
و اليمنى أحق
بالزينة
“Bercincinlah
karena ia dapat membantu menyukseskan urusan. Sedangkan yang lebih pantas
dihiasi ialah jari tangan kanan.”
Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Silsilah
Al-Ahadits Adh-Dha’ifah wa Al-Maudhu’ah no. 228, “Palsu. Diketengahkan oleh
Ibnu ‘Asakir (IV/291/1-2) saat menyatakan biografi Al-Hasan bin Muhammad Ibnu
Ahmad bin Hisyam As-Sullami melalui sanadnya pada Ja’far Muhammad bin ‘Abdullah
Al-Baghdadi: Muhammad bin Al-Hasan telah bercerita padaku, Humaid Ath-Thawil
telah bercerita pada kami, dari Anas secara marfu’.
Al-Hafihz Ibnu Hajar dalam Lisan Al-Mizan (II/269)
berkomentar, ‘Tidak ragu lagi bahwa itu palsu. Tapi aku tak mengetahui siapa
yang memalsukannya’. Pernyataannya ini disepakati oleh As-Suyuthi dalam Al-Laali
Al-Mashnu’ah (II/273).”
Riwayat 4
تختموا بالخواتيم
العقيق فإنه لا
يصيب غم ما
دام عليه
“Hendaklah
kamu bercincin yang bermata akik karena selama kamu mengenakannya kamu tidak
akan tertimpa kesedihan.”
Dalam Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah wa Al-Maudhu’ah
no. 229, Syaikh Al-Albani menulis, “Palsu. Diriwayatkan oleh
Ad-Dailami dalam Musnad-nya (II/32) dari jalur Mihrawih Al-Qazwaini.
Dalam sanadnya terdapat Dawud bin Sulaiman Al-Ghazi Al-Jurjani. Ibnu Ma’in
menilainya pendusta.
Adz-Dzahabi mengatakan, “Orang tua pendusta. Ia memiliki
naskah palsu dari ‘Ali bin Musa Ar-Ridha. Kataku, hadits ini terdapat
dalam naskah tersebut. Orang yang melihat Al-Maqashid Al-Hasanah dan Kasyf
Al-Khafa’ akan merasa jelas”.
Riwayat 5
لو اعتقد
أحدكم على بحجر
لنفعه
“Kalaulah
seroang di antara kalian ada yang meyakini terhadap suatu batu, niscaya akan
memberinya manfaat.”
Syaikh ‘Ali Al-Qari mengatakan dalam Al-Maudhu’at
hlm. 66 menghukumi hadits ini palsu. Sementara itu Ibnul Qayyim menyatakan
bahwa riwayat tersebut bukan hadits Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-,
akan tetapi ucapan para penyembah berhala yang percaya pada kekuatan ghaib
benda-benda, termasuk batu. Sedangkan Ibnu Hajar mengungkapkan, hadits
tersebut tidak ada asal-usulnya.
Demikianlah beberapa riwayat-riwayat palsu yang berkaitan
dengan cincin dan akik. Kiranya tidak ada yang sah sama sekali. Jadi menurut
kaedah yang dibuat para ulama ini, seluruh hadits yang berkaitan dengan batu,
dapat langsung kita hukumi sebagai hadits palsu.
Tentu saja riwayat-riwayat ini jika diyakini hanya akan
merusak aqidah seseroang. Sebab memang bertolak belakang dengan hadits-hadits
shahih lainnya, seperti hadits ‘Imran bin Hushain –radhiyallahu ‘anhu-,
bahwasannya Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– melihat seseorang yang
pada tangannya terdapat gelang. Beliau mengatakan, “Apa ini?”
“Ini
untuk menolak demam,” jawab orang itu.
Sabdanya, “Lepaskan. Sebab itu hanya akan membuatmu
bertambah demam. Dan apabila kamu mati sedangkan gelang itu masih ada padamu,
kamu tidak adan beruntung.” (HR Ahmad dalam Musnad-nya).
Semoga Bermamfaat, Shukran Jazakallah Khairan@
0 Response to "Ilmu Hadits: Hadits Palsu Tentang Batu Akik"
Post a Comment