Mengapa Kampus Umum (UNM, UNHAS, POLTEK DLL) Menjadi Pencetak Dai?
Dulu, senior-senior sekaligus murabbi kami di Fakultas
teknik UNM sering mengisi khutbah atau pun ceramah di masjid sekitar kampus.
Mendengarnya berceramah dan melafadzkan dalil-dalil kita akan mengira dia
adalah alumni pesantren, tapi ternyata rata-rata mereka adalah alumni SMK/SMA!
Mahasiswa dan orang2 sekitar kampus mengenal mereka
sebagai ustadz. Sering juga ada warga sekitar kampus atau teman2 dari UKM
datang malam-2 ke sekret minta tolong, “ustadz, ada yg mau diruqyah!”
Karena merekalah kampus serasa pesantren bagi kami.
Mereka dengan sabar mendidik kami, mendengarkan bacaan al-Qur’an kami yang
belepotan dan memperbaikinya, memotivasi kami utk hafal al-Qur’an, tidak hanya
puas dengan hafalan qur’an sejak SD tidak nambah2. Darinyalah kami mengerti
bahwa dalam berpakaian pun kita harus menunjukkan izzah, menampilkan sunnah.
Mereka mencuci otak kami, dari kepercayaan syirik, tahayul, khurafat, jimat2
kepercayaan syirik lainnya .
Mereka mendoktrin kami bahwa potensi-potensi kami
harus dimanfaatkan untuk Islam dan kaum muslimin.
Mereka mengajarkan kepada kami adab2 dan akhlak yg
baik. Mereka menanamkan keberanian kepada kami namun bukan untuk pabbambangan
na tolo, tapi keberanian untuk membela agama. Mereka mengajar kami akan arti
ukhuwah, persaudaraan karena akidah, bukan karena suku, fakultas dan
sebagainya. Makanya dulu ketika terjadi ‘perang’ antar fakultas –semoga ini tdk
terjadi lagi-, kami adem-adem saja, kami tetap berangkulan dengan ikhwah dari
fakultas lain, kajian antar fakultas juga tetap jalan.
Mereka melakukan semua tanpa mengharap balasan, kami
juga tak punya apa2 untuk membalas mereka selain mendoakan semoga cepat
dipertemukan dengan akhwat yg shalehah :-).
Setelah menyelesaikan kuliah, mereka menjalani
berbagai pekerjaan, ada yg jadi guru, pengusaha, buat bengkel, dsb, tapi
profesi mereka tetap adalah dai. Membina halaqah-halaqah tarbiyah, mengisi
khutbah-khutbah Jumat, dan ceramah2 tarwih dsb.
Bahkan ada yg memfokuskan diri untuk menjadi dai,
bersedia dikirim tugas dakwah ke daerah2. Halaqah-halaqah tarbiyah telah
menjadikan kampus2 umum di Makassar semisal UNM, Unhas, PNUP dll, tidak hanya
sebagai penghasil sarjana tapi juga penghasil dai.
Namun tentu saja mereka bukan ustadz2 karbitan, sebab
mereka telah digembleng dalam halaqah tarbiyah dan aktif menghadiri berbagai
majelis ilmu. Mereka juga tidak kan berbicara tanpa ilmu, mereka hanya
menyampaikan apa yg mereka ketahui dan telah dipelajari. “Sampaikan DARIKU meski
SATU AYAT” ini prinsipnya.
Mereka sadar, dengan segala kekurangan ilmu syar’i yg
mereka miliki namun mereka tidak boleh berhenti untuk sekedar mesholehkan diri
(sholih linafshih ), tapi ada kewajiban di pundak mereka untuk turut
memperbaiki umat, mengajak orang lain kepada kebaikan (mushlih lighairih).
Umat terbaik akan diraih jika kaum muslimin menyadari
akan hal ini, mereka semua harus berperan dalam perbaikan ummat apapun profesi
mereka. (Lihat surah Ali Imran ayat 110). Dakwah terlalu berat jika dibebankan
hanya kepada segelintir ustadz lulusan Perguruan Tinggi Islam.
Makanya sungguh naif jika ada yang merasa bahwa yg
paling berhak berdakwah adalah kelompoknya saja, yg patut diundang ceramah
hanya ustadz afiliasinya saja. Kita berlindung kepada Allah dari perilaku
hizbiyah seperti ini. Allahu Musta’an.
Sumber: Grub
Whatsapp FSI RI UNM 18 Oktober 2017
0 Response to "Mengapa Kampus Umum (UNM, UNHAS, POLTEK DLL) Menjadi Pencetak Dai?"
Post a Comment