Coretan Pena Aktivis Dakwah 04: Perjuangan & Pengorbanan Di Jalan Dakwah
Oleh: Muhammad Akbar, S.Pd
(Penulis & Guru SMP IT Wahdah
Islamiyah)
“Dakwah ini tida mengenal sikap ganda. Ia hanya
mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus
hidup bersama da’wah dan da’wah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya,
barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar
mujahid dan tertinggal besama orang-orang yang duduk. Lalu Allah subhanahu
wata’ala akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih
sanggup memikul beban da’wah ini”. (Hasan Al Banna
rahimahullah).
Pejuang adalah seorang yang berjuang
dalam barisan kebenaran dengan sepenuh hati, mujahadah (sungguh-sungguh), tanpa
pamrih dan penuh keikhlasan. Tegaknya dakwah islam sudah pasti aka terjadi
ketika para pelaku dakwahnya bermental pejuang dan totalitas bukan pecundang.
Teringat kata-kata seorang mujahid
dr. Abdullah Azzam “Peradaban Islam diukir oleh dua hal: hitam tinta para ulama
dan merah darah para syuhada. Keduanya bersinergi mengguncang dunia, memecah
simpul-simpul zalim yang mengikat kejayaan Islam sekian lama. Jika tak ada
ruang untuk memilih diantara keduanya, maka melaksanakan keduanya adalah puncak
kemuliaan”
Kata-kata yang sarat makna dan
motivasi tinggi dalam langkah perjuangan ini, medan dakwah yang penuh onak dan
duri. Dimana batu terjal, halangan, rintangan cacian dan makian bahkan ancaman
menjadi makanan kesehariannya. Medan dakwah itu bernama kampus, kampus adalah
medan dakwah yang sulit dan unik dalam aktualisasi. Dimana sasaran dakwah
diarahkan keorang-orang muda yang berintelektual bukan orang umum.
Kampus merupakan medan dakwah gersang
yang penuh dengan tantangan. Berdakwah dikalangan intelektual muda pasti sangat
berbeda dengan berdakwah dikalangan orang-orang awam. Maka dari itu diperlukan
strategi dan analisa mendalam demi keberhasilan dakwahnya.
Medan dakwah yang sulit memerlukan
sdm (sumber daya manusia) yang kuat dan energik. Dakwah dibangun diatas
perjuangan dan pengorbanan bukan kelemahan apalagi keputusasaan. Pengemban
dakwah adalah orang-orang terpilih yang secara empaty ikut berkontribusi dalam
perjuangan dakwah didasari ketulusan hati dan keikhlasan tanpa pamrih
semata-mata hanya karena ridho Allah subhanahu wata’ala. Ada sebuah hadits
shahih yang harusnya menginspirasi para pejuang dakwah kampus saat ini “Muslim
yang kuat lebih Allah cintai dari pada muslim yang lemah”. Kuat disini bukan
dalam arti fisik saja, tapi komprehensif, seperti mental, jiwa, keistiqomahan
dan semangatnya.
Seorang aktivis dakwah kampus tidak
boleh kalah oleh tribulasi-tribulasi (masalah-masalah) pribadi yag menimpanya.
Dia harus bisa memanage emosinya dan tetap berkontribusi dalam dakwah bukan
sebaliknya mundur dan menyerah dengan alasan tidak sanggup menghadapi masalah.
Harusnya dia melihat sejarah para
generasi awalun dan catatan sejarah para pejuang dakwah terdahulu yang rela
mengorbankan harta, nyawa, dan masalah pribadinya demi tegaknya dakwah islam
ini. Dakwah akan tegak ketika para pengembannya lebih mencintai dakwah ini dari
pada pribadinya. Aka tetapi bukan berarti tidak sama sekali megurusi atau
meninggalkan udzur (masalah) pribadinya, tetapi sikap tawajun (seimbang) yang jadi
pedoman dan sandaran.
Apabila dakwah ini dipikul oleh
orang-orang yang lemah maka sudah dipastikan kemenangan hanya akan jadi mimpi
tanpa visi. Dimana harapan kosong yang akan selalu terbayang dalam hati dan
terbuang dikala sepi. Orang yang bertindak atas pragmatisme dan oportunisme
maka sudah pasti sikap pengecut dan kerdilyang akan terlihat.
Maka dari itu pelaku dakwah kampus
haruslah meluruska niat dan mengazamkan kekuatan tanpa berfikir untung dan rugi
karena hanya allahlah yang bisa menilai dan memberi imbalan itu semua berupa
nikmat sebagai syuhada dan syurga.
Setiap perjuangan dan pengorbanan
yang dilakukan pejuang dakwah gagal atau berhasilnya hendaklah dijadikan
pelajaran untuk kesempurnaan bukan kelalaian. Sehingga akan terjadi
transformasi, inovasi juga evaluasi dalam pergerakan dakwah ketika dakwahnya
gagal atau berhasil. Karena pengalaman adalah guru terbaik dan catatan manis
peta petunjuk jalan yang dijadikan referensi dalam pergerakan dakwah.
Dakwah yang dibangun diatas kelemahan
sudah pasti tidak akan bertahan lama dimana akan mudah pudar dan hancur
disertai keterpurukan yang berkepanjangan. Karena akanmenimbulkan sikap dan
mental tempe para aktivisnya. Dakwah kampus harus dibangun diatas kefahaman,
manhaj yang jelas dan militansi tanpa batas.
Sehingga para pelaku dakwah kampus
bisa melakuka explorasi dan instrumen yang visioner dalam melangkah. Dakwah
kampus hendaklah diemban oleh orang-orang yang tangguh, kuat, teguh dan ikhlas,
keistiqomahan adalah kunci kemenangan dan keputusasaan adalah kunci
kekalahan.
Wallahu’alam…
Akhukum,
Muhammad Akbar bin Zaid
Banta-bantaeng,
10 Oktober 2017
0 Response to "Coretan Pena Aktivis Dakwah 04: Perjuangan & Pengorbanan Di Jalan Dakwah"
Post a Comment