Keutamaan Berdoa Kepada Allah
Oleh: Muhammad Akbar, S.Pd
(Penulis & Guru SMP IT Wahdah
Islamiyah)
Doa adalah permintaan atau permohonan
kepada dzat yang telah menciptakan alam dan seluruh isinya. Dimana seseorang
mengharapkan balasan dan pengabulan atas permintaan yang disampaikan melalui
doanya.
Kebanyakan
manusia akan berdoa ketika berada dalam keadaan yang sulit, sehingga ia
terbebas dari masalah yang menimpanya. Namun dalam Islam seorang muslim
diajarkan untuk berdoa dalam keadaan sulit maupun dalam keadaan lapang.
Sehingga tidak ada sehari pun yang dilewatkan tanpa berdoa kepada Allah
Subhanahuwata'ala.
Berdoa
memiliki banyak keutamaan, yang akan bermanfaat bagi muslim yang
melaksanakannya dengan hati yang tulus dan ikhlas disertai kekhusyuan atau keseriusan
dalam doanya.
1.
Doa adalah ibadah
Kadang
kita lupa dan bahkan menyepelekan untuk berdoa, bisa jadi disebabkan oleh rasa
percaya diri, atau berada dalam keadaan yang serba berkecukupan. Dari Nu'man
bin Basyir bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Doa adalah
ibadah", kemudian beliau membaca ayat : "Sesungguhnya orang-orang
yang menyombongkan diri dari menyembahKu". [Ghafir : 60].
Hadits
di atas menegaskan bahwa orang yang tidak ingin berdoa adalah orang yang sombong,
sehingga doa termasuk ibadah dan ancaman kehinaan bagi orang yang tidak ingin
berdoa.
2.
Ibadah yang paling mulia
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Tidak ada sesuatu
yang paling mulia di sisi Allah daripada doa".
[Sunan At-Timidzi, bab Do'a 12/263,
Sunan Ibnu Majah, bab Do'a 2/341 No. 3874. Musnad Ahmad 2/362].
Syaikh
Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits tersebut adalah tidak ada sesuatu
ibadah qauliyah (ucapan) yang lebih mulia di sisi Allah daripada doa, sebab
membandingkan sesuatu harus sesuai dengan substansinya. Sehingga pendapat yang
mengatakan bahwa shalat adalah ibadah badaniyah yang paling utama sehingga hal
ini tidak bertentangan dengan firman Allah.
"Artinya : Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa diantara kamu". [Al-Hujurat : 13].
3.
Kemurkaan Allah kepada orang yang meninggalkannya
Abu
Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda.
"Artinya : Barangsiapa yang
tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan memurkainya".
[Sunan At-Tirmidzi, bab Do'a
12/267-268].
Imam
Hafizh Ibnu Hajar menuturkan bahwa Imam At-Thaibi berkata : "Makna hadits
di atas yaitu barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Dia akan murka
begitu pula sebaliknya Dia sangat senang apabila diminta hamba-Nya".
[Fathul Bari 11/98]
Meminta
kepada Allah dapat menjadi sebab dicintainya seorang hamba, namun ketika
meminta kepada hamba, belum tentu ia akan dicintai atau bahkan permintaannya
tidak dikabulkan.
4.
Doa mampu menolak takdir Allah
Berdasarkan
hadits dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidak ada yang
mampu menolak takdir kecuali doa". [Sunan At-Tirmidzi, bab Qadar 8/305-306]
Syaikh
Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud adalah, takdir yang tergantung pada
doa dan berdoa bisa menjadi sebab tertolaknya takdir karena takdir tidak
bertolak belakang dengan masalah sebab akibat, boleh jadi terjadinya sesuatu
menjadi penyebab terjadi atau tidaknya sesuatu yang lain termasuk takdir. Suatu
contoh berdoa agar terhindar dari musibah, keduanya adalah takdir Allah. Boleh
jadi seseorang ditakdirkan tidak berdoa sehingga terkena musibah dan seandainya
dia berdoa, mungkin tidak terkena musibah, sehingga doa ibarat tameng dan
musibah laksana panah. [Mura'atul Mafatih 7/354-355].
Ketika
takut akan takdir yang buruk, hendaknya seseorang berdoa meminta keselamatan
agar tidak terjadinya takdir yang ia takuti, misalnya saat memilih keputusan
yang ia tidak ketahui akibatnya apakah baik atau tidak baginya.
5.
Menghindarkan dari bencana dan musibah
Banyak
berdoa bisa menghindarkan bencana dan musibah, sebagaimana firman Allah yang
mengkisahkan tentang Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam :
"Artinya : Dan aku akan berdoa
kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada
Tuhanku". [Maryam
: 48]
Imam
Ibnul Jauzi berkata : "Ketahuilah bahwa doa orang mukmin tidak mungkin
ditolak, boleh jadi ditunda pengkabulannya atau digantikan sesuatu yang lebih
maslahat dari pada yang diminta baik di dunia atau di akhirat. Sebaiknya
seorang hamba tidak meninggalkan berdoa kepada Rabbnya sebab doa adalah ibadah
yaitu ibadah penyerahan dan ketundukan kepada Allah". [Fathul Bari 7/348 ]
Walaupun
seseorang merasa doanya belum dikabulkan, tidak seharusnya ia menghentikan
doanya. Karena bisa saja doanya menjadi penghalang bagi musibah yang lain
misalnya, ketika ia meminta rezki untuk menyelesaikan hutangnya, namun ia
justru diberi keselamatan dari suatu penyakit yang lebih berbahaya dari hutang
itu sendiri sehingga penyakit itu tidak menambah beban untuk melunasi hutangya.
6.
Makbulnya Doa orang yang teraniaya
Ketika
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hendak mengutus salah seorang
sahabatnya, Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu ke Yaman, beliau menitipkan
beberapa pesan, di antaranya adalah, “Beritahukanlah mereka bahwa Allah
mewajibkan bagi mereka zakat yang diambil dari kalangan orang mampu dari mereka
dan dibagikan kepada kalangan yang faqir dari mereka. Jika mereka menaati kamu
dalam hal itu, maka janganlah kamu mengambil harta-harta pilihan mereka. Dan
takutlah terhadap doa orang yang terzalimi, karena antara dia dan Allah tidak
ada hijab (pembatas yang menghalangi)nya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan kita akan bahaya doa orang yang
teraniya, agar kita tidak berlaku aniaya kepada orang lain, karena
doa mereka tidak terhijab dan akan dikabulkan oleh Allah Subhaanahu Wata’ala.
Sekalipun mereka adalah para pelaku dosa besar, yang dibesarkan dari
makanan-makanan haram. Bahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dikatakan, walaupun orang yang teraniaya itu adalah seorang kafir.
7.
Mustajabnya doa ketika mendoakan orang lain tanpa sepengetahuannya
Allah
Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan orang-orang yang datang
sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri
ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami,
dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman.” (QS.
Al-Hasyr: 10)
Dari
Abu Ad-Darda’ Radiallahu Anhu dia berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-
bersabda yang artinya :
“Tidak ada seorang muslim pun yang
mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya,
melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(HR. Muslim no. 4912)
Sebuah
penelitan yang dilakukan oleh Frank D. Fincham, sarjana dan direktur Florida
State University Family Institute menemukan bahwa berdoa dapat merubah perilaku
seseorang yang mendoakan temannya atau pasangannya.
Penelitian
memperlihatkan bahwa seseorang yang berdoa kepada pasangannya memiliki
kecendrungan lebih sosial kepada yang didoakan. Adapun ketika mendoakan orang
lain, sebaiknya mendahulukan doa untuk diri sendiri dan mengikutkan doa kepada
orang tua dan kaum muslimin.
Dari
Ubay bin Ka’ab -radhiallahu anhu- dia berkata, “Jika Rasulullah -shallallahu
alaihi wasallam- menyebut seseorang lalu mendoakannya, maka beliau mulai dengan
mendoakan diri beliau sendiri.” (HR. At-Tirmizi: 5/463) Hanya saja juga telah
shahih riwayat bahwa beliau -shallallahu alaihi wasallam- tidak memulai dengan
diri beliau sendiri, seperti pada doa beliau untuk Anas, Ibnu Abbas, dan ibunya
Abu Hurairah -radhiallahu anhum-. (Lihat Syarh An-Nawawi terhadap Shahih
Muslim: 15/144, Fath Al-Bari: 1/218, dan Tuhfah Al-Ahwadzi Syarh Sunan
At-Tirmizi: 9/328)
Sumber; :
1. almanhaj.or.id | Ketuamaan dan kemuliaan doa
1. almanhaj.or.id | Ketuamaan dan kemuliaan doa
0 Response to "Keutamaan Berdoa Kepada Allah"
Post a Comment