Coretan Pena Aktivis Dakwah 11: Jalan Dakwah Penuh Dengan Ujian
Oleh: Muhammad Akbar, S.Pd
(Penulis & Guru SMP IT Wahdah
Islamiyah)
Ujian dalam dakwah adalah sebuah
kepastian yang akan terjadi, barangsiapa yang kemudian ingin bergabung dengan
para pejuang dakwah lantas takut dan tidak mau menghadapi ujian dakwah. Maka
lebih baik menarik langkahnya untuk maju dan mundur saja kebelakang.
Karena
jalan dakwah bukanlah jalan yang bertaburan bunga-bunga dan kesenangan dunia.
Karena jalan dakwah dipenuhi dengan
tantangan dan duri-duri yang siap menghadang kita.
Karena jalan dakwah di penuhi
pengorbanan, tetesan keringat dan air mata
Karena jalan dakwah dipenuhi dengan
tinkungan dan tanjakan yang siap membuat kita terjatuh dan mundur
Karena jalan dakwah membutuhkan
kesabaran atas ocehan dan ejekan orang lain
Karena jalan dakwah ratusan ribu
nyawa telah syahid dijalan Allah
Karena
jalan dakwah engkau harus relah meninggalkan istrimu, harta dan pekerjaanmu.
Yakinlah, ujian dakwah itu akan menimpa
siapa saja. Jangankan kita yang belum memiliki posisi yang jelas disisi Allah.
Lihatlah Para Nabi dan Rasul, merekapun yang
telah mendapatkan kemuliaan dan posisi yang terbaik disisi Allah masih
mendapatkan ujian. Nestapa Adam dan Hawa, Targedi Nuh dan Anaknya, Derita
Ayyub, Fitnah yang menimpa Yuzuf hingga dipenjara, diusirnya Musa dari
negerinya, begitupun Muhammad yang mengalami ulah kejahilan kaumnnya (diusir,
difitna, dilempar dll). Yakinlah ujian itu pasti akan datang.
Ketika ikar itu telah tertancap dalam
diri kita untuk menjadi pejuang dakwah. Maka bersiaplah untuk menghadapi ujian
dalam dakwah. Maka sungguh aneh ketika para aktivis dakwah yang mendapatkan
ujian lantas mereka mengambil langkah mundur, patah semangat dan tidak mau lagi
berdakwah.
Ujian dakwah adalah bumbu-bumbu penikmat
dalam perjuangan dakwah, adakalanya sebuah masakan akan terasa enak dan lezat
jika ditaburi dengan berbagai macam bumbu. Sayur itu tidak akan enak jikalau
diberi garam saja tanpa diberi bumbu yang lainnya. Begitupulah dalam perjuangan
dakwah, akan di isi dengan kesenangan, kesedihan, pengorbanan dll.
Jalan dakwah memang merupakan jalan yang
penuh ujian, rintangan dan tantangan. Betapa tidak. Sebagai manusia saja, tanpa
dikaitkan dengan urusan keimanan tidak pula dengan urusan dakwah, seseorang
pasti berhadapan dengan ujian dan tantangan, apalagi sebagai manusia mukmin.
Allah ta'ala berfirman: "Apakah manusia mengira mereka akan
dibiarkan hanya dengan mengatakan, "kami telah beriman", dan mereka
tidak diuji? Dan sungguh, kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka
Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang
yang dusta" (QS. Al-Ankanbut: 2-3).
Seorang aktivis dakwah tidak hanya
mengatakan dirinya telah beriman dengan perjuangan dakwahnya melaingkan Allah
akan mengujinya. Dengan adanya ujian dari Allah, keimanan seseorang akan
diketahui siapa yang berjuang, berdakwah di atas kebenaran dan siapa yang dusta
dalam perjungannya.
Secara garis besar ujian dakwah dapat
dibagi dua: ujian berupa kesenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan serta ujian
dalam bentuk penderitaan, kenestapaan, dan kesulitan. Allah azza wajalla telah
mengingatkan hal ini dalam ayat-Nya,
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (QS. 21:35)
Salah
satu contoh konkrit kedua bentuk ujian ini tertera dalam firman-Nya,
“Dan
ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi
tertindas di bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu,
maka Allah memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat
dengan pertolonganNya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu
bersyukur.” (QS. 8:26)
Pada ayat ini Allah azza wajalla,
menggambarkan bahwa kaum Muslimin semula diuji dengan intimidasi yang dilakukan
oleh orang-orang kafir. Lalu, Allah menolong dan memberikan kemenangan kepada
mereka. Allah juga memberi mereka rezeki. Kemenangan dan rezeki itu adalah
ujian untuk menakar kemampuan syukur kaum Muslimin. Banyak bentuk
rintangan dan ujian yang di hadapi seorang pejuang dakwah diantaranya adalah:
1. Rongrongan
Keluarga
Anak, isteri, suami, ayah atau ibu bisa
menjadi aspirasi atau penambah semangat berdakwah. Tetapi di saat yang sama
mereka juga dapat menjadi batu sandungan bagi seorang da’i. Mereka berpotensi
memalingkan garis dakwah, mengurangi intensitas interaksi seseorang dengan
dakwah atau bahkan menghentikan sama sekali gerak dakwah seorang da’i.
Bisikan, tuntutan, atau ambisi-ambisi
keluarga boleh jadi menyebabkan seseorang berat kaki untuk melangkah kaki untuk
melaksanakan program-program dakwah. Begitu juga keadaan keluarga baik dalam
sisi ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dapat juga menjadi faktor penghambat
keterlibatan seseorang dalam aktifitas dakwah.
Pada saat perang Tabuk, ada sahabat yang
nyaris tidak turut serta dalam jihad karena ingin menikmati kehangatan bersama
isterinya. Akan tetapi ia kemudian tersadar akan kesulitan dan penderitaan yang
dialami oleh Rasulullah dan para sahabatnya dalam perjuangan. Allah azza
wajalla mengingatkan kita:
“Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap
mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka)
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala
yang besar.” (QS. 64:14-15)
2. Kedengkian
Sesama Muslim
“Batu sandungan” juga bisa datang dari
sesama Muslim atau bahkan da’i. Bentuknya, semisal sikap iri dan dengki atas
keberhasilan yang dicapai oleh seorang da’i. Kata ‘batu sandungan’ sengaja saya
beri tanda kutip karena hal itu tidak selalu berakibat buruk bagi orang yang
didengki. Sebaliknya bagi si pendengki belum tentu menjadi hal yang produktif
dan mengantarkan kepada apa yang menjadi keinginannya.
Hadangan, kekejian, dan makar
orang-orang Kafir. Sejak
awal sejarah dakwah yang digulirkan oleh nabi-nabi sebelum Rasulullah,
orang-orang kafir selalu berdiri sebagai penghadang dakwah. Untuk menghentikan
laju dakwah, mereka melakukan berbagai upaya dari mulai rayuan hingga
pembunuhan. Dalam Quran Allah banyak mengingatkan kita, para da’i tentang makar
orang-orang kafir ini. Salah satu hikmahnya adalah agar kita senantiasa
memiliki kesiapan mental saat menghadapinya. Dan Kami tidak mengutus kepada
suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup
mewah di negeri itu berkata:
"Sesungguhnya
kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya".
(QS. 34:34)
Di
ayat yang lain dinyatakan, Mereka menjawab:
"Sesungguhnya
kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti
(menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapatkan
siksa yang pedih dari kami" (QS. 36:18)
Allah
juga menegaskan bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah berhenti memusuhi dakwah.
Sebagaimana Firman-Nya:
“Mereka
tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu
dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang
murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka
itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
(QS. 2:217)
3. Kekejaman
Penguasa Zalim
Penguasa zalim juga memiliki andil dalam
merintangi dakwah. Baik dia penguasa kafir maupun penguasa yang mengaku Muslim.
Dalam sejarah tercatat para ulama yang menjadi korban kekejaman penguasa zalim.
Sekedar menyebut contoh, Sa’id Bin Zubair sang ulama tabi’in, Imam Ahmad, Imam
Ibnu Taimiyyah. Dan tidak perlu jauh-jauh, di negeri kita sendiri hal itu dapat
kita saksikan dan rasakan. Di tahun 80-an tidak sedikit para da’i yang
dijebloskan ke bui dan diintimidasi saat mengingatkan khalayak terhadap bahaya
kristenisasi atau saat menentang cara-cara paksa program Keluarga Berencana.
Bahkan hingga hari ini, masih terjadi penangkapan terhadap da’i yang oleh
sebagian kalangan dinamakan aksi pemberantasan terorisme.
Tentu saja masih banyak jenis dan bentuk
rintangan dan ujian di jalan dakwah. Karenanya, ingin berdakwah tapi tidak mau
berhadapan dengan kesulitan? Maka silahkan memilih jalan yang lain. Karena
jalan yang merupakan jalan menuju syurga-Nya Allah adalah jalan yang dipenuhi
ujian. Maka bersiaplah dengan dengan datangnya ujian dakwah kepada kita.
Allahu
a’lam
Akhukum,
Muhammad Akbar bin Zaid
Makassar, 26 Oktober 2017
0 Response to "Coretan Pena Aktivis Dakwah 11: Jalan Dakwah Penuh Dengan Ujian"
Post a Comment