'

Selamat Datang di Website Resmi Muhammad Akbar bin Zaid “Assalamu Alaikum Warahmtullahi Wabarakatu” Blog ini merupakan blog personal yg dibuat & dikembangkan oleh Muhammad Akbar bin Zaid, Deskripsinya adalah "Referensi Ilmu Agama, Inspirasi, Motivasi, Pendidikan, Moralitas & Karya" merupakan kesimpulan dari sekian banyak kategori yang ada di dalam blog ini. Bagi pengunjung yang ingin memberikan saran, coretan & kritikan bisa di torehkan pada area komentar atau lewat e-mail ini & bisa juga berteman lewat Facebook. Terimah Kasih Telah Berkunjung – وَالسٌلام عَلَيْكُم

Realitas Pendidikan Indonesia: Pendidikan Karakter Disekolah

Oleh: Muhammad Akbar
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Makassar

Akbarusamahbinsaid.@gmail.com

Abstrak
Pada saat ini berkembangnya suatu zaman membuat perubahan yang cukup drastis yang mempengaruhi karakter bangsa Indonesia. Tidak heran jika anak bangsa sekarang berbeda dengan dahulu untuk masalah karakter pada kepribadian. Maka dari itu dalam pendidikan di Indonesia perlu di adakannya pendidikan karakter guna membentuk karakter bangsa yang berakhlak mulia. Selain masa pembentukan karakter pada tahap awal yaitu pembentukan karakter dalam lingkup keluarga, dalam lingkungan sekolah pun mempunyai arti penting untuk mengembangkan karakter bahkan dapat mengubah karakter anak didik yang dinilai tidak baik lalu menjadikannya karakter yang dinilai baik. Artikel ini mengungkapkan penganalisisan saya pada pendidikan karakter, akhlak, moral/etika yang merupakan salah satu nilai-nilai yang ada di dalam pendidikan karakter, pengaruh pendidikan karakter, dan faktor-faktor dari lemahnya pendidikan karakter.
Kata kunci: karakter, pendidikan karakter, akhlak, moral/etika.

Pendahuluan
Objek yang saya ambil ini mengenai sosial yang menjadi dasar manusia dalam mengidentifikasi kepribadian pada masing-masing orang tersebut. Hal ini juga mengangkat suatu kependidikan karakter yang di dalamnya terdapat moral/etika dan akhlak yang pada saat ini telah pudar akibat berbagai macam masalah sosial. Berikut kajian saya mengenai pendidikan karakter yang di terapkan pada lingkungan sekolah antara lain: (1) Pengertian dari pendidikan karakter serta apa saja yang ada dalam pendidikan karakter; (2) Apa pengaruh dari pendidikan karakter; dan (3) Lemahnya karakter menjadikannya orang yang tidak memahami akan “moral maupun akhlak.”
            Pertama, penerapan “5s (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun)” di sekolah SMA Negeri 1 Slawi yang terletak tepatnya di kabupaten Tegal merupakan cerminan dari penerapan pendidikan karakter di sekolah (lihat website sman1slawi). Tidak hanya guru BK (Bimbingan Konseling) saja yang spesifikasinya mengajarkan bimbingan karakter namun juga guru lain harus saling mengajarkan hal tersebut.
Tidak menjadi hal yang tidak biasa seorang siswa saat ini banyak yang mengabaikan 5s tersebut, setidaknya hanya senyum pun pada saat berpapasan dengan guru  terkadang siswa tidak menjalankannya terkecuali interaksi pada saat tatap muka di kelas atau pada saat belajar bersama dengan guru di kelas selepas itu tidak terjadi interaksi. Setidaknya penerapan 5s tersebut dapat menciptakan interaksi yang harmonis antara siswa dan guru minimal agar saling mengenal wajah dan nama apabila mempunyai daya ingat yang cukup bagus.
 Kedua, ialah kurangnya rasa hormat terhadap guru yang sedang mengajar. Ketika guru sedang mengajar dan menghadap papan tulis sering kali ada siswa yang makan di kelas ataupun banyak yang membuka laptop namun bukan membuka sumber belajar tetapi membuka sosial media seperti “facebook”. Ironisnya guru tidak mengetahui dan tetap mengajar dengan suara yang lantang serta semangat yang tinggi justru tidak tahu bahwa muridnya melecehkannya. Apakah ini karakter anak bangsa sekarang yang berbeda jauh dengan siswa dahulu? Menghargai serta menghormati merupakan hal-hal yang ada dalam pendidikan karakter. Siswa-siswa tersebut perlu dibina khusus melalui pendekatan-pendekatan yang dirinya memahami jika menjadi seorang guru namun di sepelekan dengan cara begitu.
Ketiga, sekarang ini sedang gencarnya kasus kecelakan tragis yang menimpa “Doel”  anak dari seorang artis bernama “Ahmad Dani.” (lihat detik news, 09/09/2013). Kasus ini hingga memakan korban. Anak dari Ahmad Dani tersebut memakai kendaraan mobil dengan kecepatan tinggi. Dari sisi inilah tentu saja anak yang masih berumur belasan tahun sudah di kasih kepercayaan oleh orang tuanya yang itu jelas salah dan mirisnya dibolehkannya membawa mobil ke sekolah membuat si anak merasakan kebebasan berkendara yang jelas hal tersebut belum di bolehkan oleh hukum. Dari kejadian ini seharusnya pihak orang tua lebih memperhatikan anaknya dengan tidak memberikannya fasilitas yang berlebihan juga dari sekolah seharusnya adanya pemberian peraturan melarang untuk membawa mobil ke sekolah karena beresiko dan tidak mendidik untuk siswa. 
Dari ketiga kasus tersebut kita dapat mengetahui bahwasannya pembentukan karakter di lingkungan sekolah ini merupakan hal yang penting dan memang di butuhkan untuk membentuk karakter yang baik dalam artian seorang siswa mampu bersikap saling menghargai, saling menghormati, saling mengasihi kepada guru dan antar siswa lainnya serta mempunyai etika yang berkualitas. Diharapkan juga tidak hanya pembentukan karakter yang bersifat statis namun juga dinamis agar siswa mengetahui dan merasakannya sendiri tentang pentingnya karakter tersebut dan pada akhirnya seorang siswa mempunyai rasa sayang yang saling erat kepada guru maupun antar siswa.

1. Karakter, akhlak dan moral/etika
Dalam karakter terdapat banyak nilai-nilai yang terkandung salah satunya ialah akhlak dan moral/etika. Pada saat ini lemahnya etika pada siswa banyak ditemukan, maka dari itu perlunya upaya untuk mengembangkan pendidikan karakter ini di sekolah. Pencapaian terbentuknya karakter yang sesuai dengan apa yang diharapkan mencakup moral serta perbenahan akhlak yang dalam pembentukan awalnya pada lingkup keluarga siswa. Dalam bimbingan orang tua sejak kecil lah yang membentuk sifat dari anak itu. Ada beberapa hal yang dipelajari oleh orang tua untuk pembentukan karakter usia dini, yaitu dengan menganalisa emosionalnya sehingga dapat teredam dan mampu menstabilkan. Dalam pembinaan perkembangan psikis pada masa kecil meliputi: perasaan, kemauan, dan cipta. Lebih lanjut Sudirman (1985:63-65). Masa inilah penentuan pembentukan karakter anak untuk dasar berkembang ke berikutnya.
            Selain pada lingkungan keluarga, si anak terjun dalam dunia pendidikan / sekolah. Pada sekolah inilah telah dibenturkan oleh berbagai karakter anak yang banyak sehingga, kerap kali anak mudah terbawa dengan karakter temannya misalnya terbawa pada katakter yang keras, atau pemalas dan lainnya. Hal ini membuat adanya suatu pendidikan karakter yang sekarang ini di adakan pada pendidikan di Indonesia. Tidak semua sekolah juga yang mengadakan pendidikan ini. Dapat juga di masukan ke dalam mata pelajaran untuk pengembangannya melalui interaksi yang harmonis dengan guru maupun antar siswa. Mengapa demikian?
            Petama, karena dengan menerapkannya pada mata pelajaran contohnya dalam bentuk penugasan, dari situ siswa mampu mengembangankan ide-ide nya dan pastinya ada suatu proses fit back  yang dilakukan antar siswa dengan guru. Dengan adanya proses ini akan menumbuhkan berbagai macam hal yang ada pada pembentukan karakter misalnya, saling menghormati, bersopan santun dan lainnya. Kedua, karena dengan adanya penambahan nilai moral yang  di selipkan pada suatu proses belajar membuat siswa mampu merasakan sendiri tanpa merasa di gurui dengan berbagai macam aturan yang membuat siswa sebagai suatu keharusan.
No
Mata Pelajaran
Nilai Utama
1.
Pendidikan Agama
Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiba, kerja keras, peduli.
2.
PKN
Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, menghargai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
3.
Bahasa Indonesia
Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.
4.
IPS
Nasionalis, menghargai keberagaman, berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras.
5.
IPA
Ingin tahu, berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu dan kerja keras.
6.
Bahasa Inggris
Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerjasama, patuh pada aturan sosial.
7.
Seni Budaya
Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin tau, disiplin, demokratis.
8.
Penjasorkes
Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain.
9.
TIK/Keterampilan
Berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain.
10.
Muatan Lokal
Menghargai keberagaman, menghargai karya orang lain, nasionalis, peduli.
Tabel I. Contoh Distribusi Nilai-Nilai Utama ke dalam Mata Pelajaran (Narwati Sri 2011:85-86)
Dengan demikian siswa dengan tidak sadar melalui proses belajar yang diikuti mendapatkan berbagai nilai-nilai yang ada pada pengadaan pendidikan karakter. Semua itu tidak hanya tertuang dalam teori saja, melainkan siswa dapat merasakan sendiri dengan prosesnya sehingga siswa dapat mengambil dari segi manapun dan yang diharapkan siswa mampu menempatkan diri ketika berada pada situasi apa yang di alaminya pada masalah sosial yang muncul saat proses belajar.

2. Pengaruh Pendidikan Karakter
Selanjutnya apa pengaruh dari pendidikan karakter bagi siswa?
Banyak sekali pengaruhnya, tentu saja berpengaruh positif antara lain: menjadikan siswanya berkarakter dengan mempunyai moral serta akhlak mulia. Terkadang ranah pendidikan kurang memikirkan pentingnya pendidikan karakter karena merupakan dasar dari suatu proses pendidikan, seringkali yang di pikirkan hanya cukup siswanya pintar saja tanpa mempunyai karakter yang baik. Ironisnya pendidikan di Indonesia ini hanya memikirkan produk tidak tahu proses pencapaian produk tersebut. Banyak guru pula yang justru kurang sadar akan pentingnya pendidikan karakter dengan beranggapan siswa telah di bekali dari keluarganya sendiri-sendiri dan justru seharusnya masih membutuhkan pengembangan secara khusus yang di bina dari sekolah.
Li Lanqing dalam tulisannya  mengungkapkan: Throughout the reform of the education system, it is imperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of turning every citizen into a man or woman of character and cultivating more constructive members of society. (Narwati Sri 2011:12).
Maksud dari tulisan Li Lanqing diatas ialah berusaha membuat suatu pemahaman yang akhirnya membuat negara Cina menjadi maju. Dalam pendidikan tentunya, mengungkapkan bahwa berbaya jika pendidikan hanya menekankan suatu sistem pendidikan yang hanya mengacu pada hafalan-hafalan saja yang hanya bermoto untuk sekadar lulus/tamat menempuh suatu pendidikan. Dengan adanya paham ini membuat negara Cina bangkit dari keterpurukan pendidikan dan menjadi maju pada saat ini.  Selanjutnya adanya pengaruh sisi pembelajaran karakter yang termuat di kelas.


Dari bagan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter:
Pertama, pengadaan karakter pada proses KBM di kelas, contohnya seperti pembahasan sebelumnya dapat di implementasikan pada mata pelajaran di kelas.
Kedua, budaya sekolah yaitu berupa kebiasaan keseharian siswa di sekolah. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan siswa di sekolah, suatu contoh adanya kegiatan jumat sehat dan sabtu bersih. Jadi setiap hari jumat pagi  kegiatan siswa adalah senam bersama dan pada hari sabtu siswa melakukan kegiatan kebersihan bersama pada kelasnya masing-masing.
Ketiga, Integrasi dalam kegiatan pengembangan ekstrakurikuler seperti pramuka melatih siswa untuk tanggung dan melatih kemandirian siswa. Ada pula PMR (Palang Merah Remaja) yang juga melatih siswa untuk cinta pada sesama.
Keempat, kegiatan keseharian di rumah. Dalam sisi ini diharapkan siswa menerapkan apa yang di lakukan di sekolah dapat juga dilakukan di rumah. Sehingga ada suatu manfaat yang bisa diambil dari pendidikan yang berada di sekolah dan tidak hanya di sekolah siswa melakukannya tapi dimana saja siswa harus dapat menerapkannya.
Dari berbagai paparan diatas, memang banyak pengaruh pengadaan pendidikan karakter di sekolah dan saya rasa membawakan pengaruh baik (positive). Tidak hanya untuk anak didiknya saja namun pendidik juga dapat memperoleh manfaatnya tersendiri. Dengan adanya pengadaan pendidikan karakter diharapkan semakin banyak sekolah-sekolah yang mengadakannya.

3. Lemahnya Karakter
Mengapa dengan adanya perkembangan zaman sekarang justru membuat karakter menjadi lemah, mengapa demikian?
Adakah faktornya, dan apa sajakah faktor tersebut? Melemahnya sebuah karakter terjadi akibat berbagai hal. Dibedakan adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut dapat berupa:
(1) Kurangnya penanaman karakter pada saat orang itu masih dalam binaan keluarga (masa kecil). Hal ini adanya suatu pendekatan obyektif sebagaimana berarti pendekatan dengan mendekati pribadi dari diri anak tersebut sehingga anak merasa nyaman, misalnya orang tua yang memberikan kasih sayangnya terhadap anak yang tidak sama rata sehingga ada yang merasa menjadi anak emas, hal tersebut akan menimbulkan perkembangan anak yang kurang sehat karena merasa tidak adil dengan orang tua mereka yang pilih kasih.
(2) Tidak mengembangkan atau memperbaiki nilai-nilai yang telah diterima sejak dini. Nilai-nilai yang di serap anak terkadang diserap mentah-mentah kedalam dirinya tanpa tahu nilai-nilai tersebut baik atau tidaknya dan perlu dikembangkan dalam binaan di sekolah. Misalnya suatu anak yang terbiasa mengatasi masalahnya sendiri, padahal anak tersebut berposisi di suatu organisasi yang mana masalah itu mengena pada sebuah organisasi, dan kebetulan anak tersebut menjabat kedudukan yang tinggi. Dirinya merasa mampu mengatasi sendiri tanpa adanya bantuan dari teman-temannya. Hal itu menimbulkan teman-temannya merasa kurang suka terhadap sikapnya yang memudahkan masalah organisasi dengan ditanganinya sendiri. Disini lah peran guru atau pembina untuk membina anak tersebut bahwasannya suatu masalah organisasi harus dipecahkan bersama teman-teman lainnya walaupun anak tersebut dapat mengatasi sendiri namun di dalam organisasi harus ada kerjasama satu antara lainnya.
Adapun faktor eksternalnya, antara lain: (1) Adanya pengaruh globalisasi tepatnya keterbukaan sosial membuat norma-norma yang ada seakan tidak berlaku kembali saat ini.Banyak sekali tindakan-tindakan amoral yang ada karena perubahan zaman yang semakin berkembang sekarang ini. Contohnya pembunuhan, kekerasan, tawuran anak pelajar itu sudah menjadi berita yang tidak mengherankan lagi. Masalah ini harus ada alat pengontrolnya berupa suatu aturan yang bersifat keras untuk mencegah adanya perbuatan tidak terpuji. (2) Adanya faktor kebiasaan yang timbul dari diri seseorang sehingga hal yang kurang etis di biarkan begitu saja tanpa memikirkan bahwa hal tersebut kurang pantas pada pandangan orang lain. Misalnya kita sebagai negara yang mempunyai etika apalagi beragama terkadang banyak orang yang memakai baju yang kurang etis dilihat namun itu sudah mendarah daging atau sudah menjadi suatu hal biasa dilihat.
            Mirisnya siswa Indonesia banyak yang mengakhiri tamat belajarnya pada jenjang sekolah dengan cara berpesta pawai kelulusan yang sudah menjadi tradisi. Menurut mereka tradisi tahunan ini kalau tidak dilaksanakan tidak enak dipandang. Salah satunya ialah di kota Bandung polisi telah melarang konvoi untuk merayakan kelulusan siswa SMA/SMK. (lihat setik news, 23/05/2012)..
Bukan hanya sekadar pawai untuk merayakan kelulusan, bahkan banyak kejadian criminal lainnya. Akibatnya terjadi suatu hal yang anarkis mengakibatkan tewasnya korban yang di kenai tembakan. Pelajar saja sudah mengenal kerasnya dunia kriminal yang tentu saja membahayakan. Letak sinilah banyak kasus-kasus lain yang masih mencerminkan lemahnya pendidikan karakter pada anak didik bangsa Indonesia.
Kohlberg dalam tulisan-tulisannya mengungkapkan ada dua sasaran mengenai aspek pedagogik yaitu: (1) Lebih menekankan latar dan aktivitas-aktivitas sekolah yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar melakukan dan menerapkan pemikiran moral secara aktual. (2) Lebih menekankan kepada dilemma-dilema moral yang rill ketimbang yang hipotetikal. (Cheppy 1989:158). Dari ungkapan Kohlberg diatas, bahwa beliau memang berfikir pendidikan itu yang terpenting tuntutan mewujudkan moral-moralnya layaknya sebagai anak didik yang berpendidikan. Berpendidikan itu yang berasal dari moral yang berkualitas. Lebih bisa mewujudkan tindakan rill nya bukan hanya materi belaka yang diajarkan seorang pendidik kepada pendidik. Suatu pemikiran yang tertuju langsung pada sasaran pedagogiknya.

Kesimpulan
Dari analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pendidikan yang baik yaitu dimana menekankan proses bukan hanya hasil saja. Dimana di dalam proses ada nilai-nilai pengintegrasian dari berbagai macam hal yang tentu saja akan berkaitan dengan nilai-nilai keluhuran, religi, moral/etika dan lainnya. Pengadaan pendidikan karakter ini di latar belakangi dengan semakin lemahnya karakter anak bangsa saat ini maka perlunya bimbingan dati satuan pendidikan untuk membimbing siswa agar menjadi pribadi bangsa yang beradab dan menjunjung tinggi moralitas. Pendidikan karakter selain telah di tanamkan dalam lingkugan keluarga yang merupakan media pertama dan utama, namun perlu adanya pengembangan agar lebih mendalami lagi untuk dapat menjadi manusia budiman yang benar-benar mempunyai karakter baik.
            Maka tidak hanya dengan bentuk omongan belaka saja seorang guru dapat mendidik suatu proses katakter tersebut melainkan dengan sebuah pendekatan-pendekatan melalui sebuah mata pelajaran yang di dalam prosesnya di selipkan pengajaran suatu nilai karakter dan diharapkan siswa mampu mewujudkannya. Dan tentu saja terjadi interaksi dengan guru sehingga guru dapat memantau muridnya seberapa jauh muridnya itu berkembang sesuai yang diharapkan. Sebenarnya kalau saja tingka satuan pendidikan juga mengadakannya dengan mengevaluasi dengan jangka waktu tertentu maka dapat terjadinya peningkatan mutu karakter anak bangsa. Mengevaluasi bukan dengan cara suatu hal hanya untuk formalitas belaka namun memang benar-benar adanya proses dan produknya sehingga proses kegiatan pendidikan di sekolah benar terjadi sesuai apa yang di cita-citakan dan harapannya dapat lebih berkembang dan maju untuk masa sekarang sampai mendatang.

Daftar Pustaka
Sudirman. (1983). Bimbingan Orang Tua&Anak Bagaimana Menjadi Orang tua yang Berhasil. Yogyakarta: Studing
Narwati, Sri (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia Pustaka Keluarga
HC, Cheppy. (1989). Pendidikan Moral dalam beberapa Pendekatan. Jakarta: DM
Referensi Media Massa
Website SMA Negeri 1 Slawi. (http://www.sman1slawi.sch.id/)
Detiknews. (2013). “Ini kronologi kecelakaan beruntun yang melibatkan anak Ahmad Dani” diunduh dari (http://news.detik.com/read/2013/09/09/081616/ 2352793/10/ini-kronologi-kecelakaan-beruntun-yang-melibatkan-anak-ahmad-dhani), pada 1 November 2013.
Detiknews. (2012). “Polisi larang pelajar SMA Bandung konvoi kelulusan.” diunduh dari (http://news.detik.com/bandung/read/2012/05/23/161812/1922996/486/polisi-larang-pelajar-sma-bandung-konvoi


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Realitas Pendidikan Indonesia: Pendidikan Karakter Disekolah"