Realitas Pendidikan Indonesia: Pendidikan Karakter Disekolah
Oleh: Muhammad Akbar
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas
Negeri Makassar
Akbarusamahbinsaid.@gmail.com
Abstrak
Pada saat ini berkembangnya suatu
zaman membuat perubahan yang cukup drastis yang mempengaruhi karakter bangsa
Indonesia. Tidak heran jika anak bangsa sekarang berbeda dengan dahulu untuk
masalah karakter pada kepribadian. Maka dari itu dalam pendidikan di Indonesia
perlu di adakannya pendidikan karakter guna membentuk karakter bangsa yang
berakhlak mulia. Selain masa pembentukan karakter pada tahap awal yaitu
pembentukan karakter dalam lingkup keluarga, dalam lingkungan sekolah pun
mempunyai arti penting untuk mengembangkan karakter bahkan dapat mengubah
karakter anak didik yang dinilai tidak baik lalu menjadikannya karakter yang
dinilai baik. Artikel ini mengungkapkan penganalisisan saya pada pendidikan
karakter, akhlak, moral/etika yang merupakan salah satu nilai-nilai yang ada di
dalam pendidikan karakter, pengaruh pendidikan karakter, dan faktor-faktor dari
lemahnya pendidikan karakter.
Kata kunci: karakter, pendidikan karakter, akhlak,
moral/etika.
Pendahuluan
Objek yang saya ambil ini
mengenai sosial yang menjadi dasar manusia dalam mengidentifikasi kepribadian
pada masing-masing orang tersebut. Hal ini juga mengangkat suatu kependidikan
karakter yang di dalamnya terdapat moral/etika dan akhlak yang pada saat ini
telah pudar akibat berbagai macam masalah sosial. Berikut kajian saya mengenai
pendidikan karakter yang di terapkan pada lingkungan sekolah antara lain: (1)
Pengertian dari pendidikan karakter serta apa saja yang ada dalam pendidikan
karakter; (2) Apa pengaruh dari pendidikan karakter; dan (3) Lemahnya karakter
menjadikannya orang yang tidak memahami akan “moral maupun akhlak.”
Pertama, penerapan “5s (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun)”
di sekolah SMA Negeri 1 Slawi yang terletak tepatnya di kabupaten Tegal
merupakan cerminan dari penerapan pendidikan karakter di sekolah (lihat website
sman1slawi). Tidak hanya guru BK (Bimbingan Konseling) saja yang
spesifikasinya mengajarkan bimbingan karakter namun juga guru lain harus saling
mengajarkan hal tersebut.
Tidak menjadi hal yang tidak
biasa seorang siswa saat ini banyak yang mengabaikan 5s tersebut, setidaknya
hanya senyum pun pada saat berpapasan dengan guru terkadang siswa tidak
menjalankannya terkecuali interaksi pada saat tatap muka di kelas atau pada
saat belajar bersama dengan guru di kelas selepas itu tidak terjadi interaksi.
Setidaknya penerapan 5s tersebut dapat menciptakan interaksi yang harmonis
antara siswa dan guru minimal agar saling mengenal wajah dan nama apabila
mempunyai daya ingat yang cukup bagus.
Kedua, ialah
kurangnya rasa hormat terhadap guru yang sedang mengajar. Ketika guru sedang
mengajar dan menghadap papan tulis sering kali ada siswa yang makan di kelas
ataupun banyak yang membuka laptop namun bukan membuka sumber belajar tetapi
membuka sosial media seperti “facebook”. Ironisnya guru tidak mengetahui dan
tetap mengajar dengan suara yang lantang serta semangat yang tinggi justru
tidak tahu bahwa muridnya melecehkannya. Apakah ini karakter anak bangsa
sekarang yang berbeda jauh dengan siswa dahulu? Menghargai serta menghormati
merupakan hal-hal yang ada dalam pendidikan karakter. Siswa-siswa tersebut
perlu dibina khusus melalui pendekatan-pendekatan yang dirinya memahami jika
menjadi seorang guru namun di sepelekan dengan cara begitu.
Ketiga, sekarang ini sedang
gencarnya kasus kecelakan tragis yang menimpa “Doel” anak dari seorang
artis bernama “Ahmad Dani.” (lihat detik news, 09/09/2013). Kasus ini
hingga memakan korban. Anak dari Ahmad Dani tersebut memakai kendaraan mobil
dengan kecepatan tinggi. Dari sisi inilah tentu saja anak yang masih berumur
belasan tahun sudah di kasih kepercayaan oleh orang tuanya yang itu jelas salah
dan mirisnya dibolehkannya membawa mobil ke sekolah membuat si anak merasakan
kebebasan berkendara yang jelas hal tersebut belum di bolehkan oleh hukum. Dari
kejadian ini seharusnya pihak orang tua lebih memperhatikan anaknya dengan
tidak memberikannya fasilitas yang berlebihan juga dari sekolah seharusnya
adanya pemberian peraturan melarang untuk membawa mobil ke sekolah karena
beresiko dan tidak mendidik untuk siswa.
Dari ketiga kasus tersebut kita
dapat mengetahui bahwasannya pembentukan karakter di lingkungan sekolah ini
merupakan hal yang penting dan memang di butuhkan untuk membentuk karakter yang
baik dalam artian seorang siswa mampu bersikap saling menghargai, saling
menghormati, saling mengasihi kepada guru dan antar siswa lainnya serta
mempunyai etika yang berkualitas. Diharapkan juga tidak hanya pembentukan
karakter yang bersifat statis namun juga dinamis agar siswa mengetahui dan
merasakannya sendiri tentang pentingnya karakter tersebut dan pada akhirnya
seorang siswa mempunyai rasa sayang yang saling erat kepada guru maupun antar
siswa.
1. Karakter, akhlak dan moral/etika
Dalam karakter terdapat banyak
nilai-nilai yang terkandung salah satunya ialah akhlak dan moral/etika. Pada
saat ini lemahnya etika pada siswa banyak ditemukan, maka dari itu perlunya
upaya untuk mengembangkan pendidikan karakter ini di sekolah. Pencapaian
terbentuknya karakter yang sesuai dengan apa yang diharapkan mencakup moral
serta perbenahan akhlak yang dalam pembentukan awalnya pada lingkup keluarga
siswa. Dalam bimbingan orang tua sejak kecil lah yang membentuk sifat dari anak
itu. Ada beberapa hal yang dipelajari oleh orang tua untuk pembentukan karakter
usia dini, yaitu dengan menganalisa emosionalnya sehingga dapat teredam dan
mampu menstabilkan. Dalam pembinaan perkembangan psikis pada masa kecil
meliputi: perasaan, kemauan, dan cipta. Lebih lanjut Sudirman (1985:63-65).
Masa inilah penentuan pembentukan karakter anak untuk dasar berkembang ke
berikutnya.
Selain pada lingkungan keluarga, si anak terjun dalam dunia pendidikan /
sekolah. Pada sekolah inilah telah dibenturkan oleh berbagai karakter anak yang
banyak sehingga, kerap kali anak mudah terbawa dengan karakter temannya
misalnya terbawa pada katakter yang keras, atau pemalas dan lainnya. Hal ini
membuat adanya suatu pendidikan karakter yang sekarang ini di adakan pada
pendidikan di Indonesia. Tidak semua sekolah juga yang mengadakan pendidikan
ini. Dapat juga di masukan ke dalam mata pelajaran untuk pengembangannya
melalui interaksi yang harmonis dengan guru maupun antar siswa. Mengapa
demikian?
Petama, karena dengan menerapkannya pada mata pelajaran contohnya dalam
bentuk penugasan, dari situ siswa mampu mengembangankan ide-ide nya dan
pastinya ada suatu proses fit back yang dilakukan antar siswa
dengan guru. Dengan adanya proses ini akan menumbuhkan berbagai macam hal yang
ada pada pembentukan karakter misalnya, saling menghormati, bersopan santun dan
lainnya. Kedua, karena dengan adanya penambahan nilai moral yang
di selipkan pada suatu proses belajar membuat siswa mampu merasakan sendiri
tanpa merasa di gurui dengan berbagai macam aturan yang membuat siswa sebagai
suatu keharusan.
No
|
Mata Pelajaran
|
Nilai Utama
|
1.
|
Pendidikan Agama
|
Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab,
cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada
aturan sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiba, kerja keras,
peduli.
|
2.
|
PKN
|
Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur,
menghargai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
|
3.
|
Bahasa Indonesia
|
Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya
diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.
|
4.
|
IPS
|
Nasionalis, menghargai keberagaman, berfikir logis,
kritis, kreatif dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa
wirausaha, jujur, kerja keras.
|
5.
|
IPA
|
Ingin tahu, berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin,
mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu dan kerja keras.
|
6.
|
Bahasa Inggris
|
Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri,
bekerjasama, patuh pada aturan sosial.
|
7.
|
Seni Budaya
|
Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya
orang lain, ingin tau, disiplin, demokratis.
|
8.
|
Penjasorkes
|
Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya
diri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain.
|
9.
|
TIK/Keterampilan
|
Berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri,
bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain.
|
10.
|
Muatan Lokal
|
Menghargai keberagaman, menghargai karya orang lain,
nasionalis, peduli.
|
Tabel I. Contoh Distribusi
Nilai-Nilai Utama ke dalam Mata Pelajaran (Narwati Sri 2011:85-86)
Dengan demikian siswa dengan
tidak sadar melalui proses belajar yang diikuti mendapatkan berbagai
nilai-nilai yang ada pada pengadaan pendidikan karakter. Semua itu tidak hanya
tertuang dalam teori saja, melainkan siswa dapat merasakan sendiri dengan
prosesnya sehingga siswa dapat mengambil dari segi manapun dan yang diharapkan
siswa mampu menempatkan diri ketika berada pada situasi apa yang di alaminya
pada masalah sosial yang muncul saat proses belajar.
2. Pengaruh Pendidikan Karakter
Selanjutnya apa pengaruh dari pendidikan karakter bagi
siswa?
Banyak sekali pengaruhnya, tentu
saja berpengaruh positif antara lain: menjadikan siswanya berkarakter dengan
mempunyai moral serta akhlak mulia. Terkadang ranah pendidikan kurang
memikirkan pentingnya pendidikan karakter karena merupakan dasar dari suatu
proses pendidikan, seringkali yang di pikirkan hanya cukup siswanya pintar saja
tanpa mempunyai karakter yang baik. Ironisnya pendidikan di Indonesia ini hanya
memikirkan produk tidak tahu proses pencapaian produk tersebut. Banyak guru
pula yang justru kurang sadar akan pentingnya pendidikan karakter dengan
beranggapan siswa telah di bekali dari keluarganya sendiri-sendiri dan justru
seharusnya masih membutuhkan pengembangan secara khusus yang di bina dari
sekolah.
Li Lanqing dalam tulisannya
mengungkapkan: Throughout the reform of the education system, it is
imperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of
turning every citizen into a man or woman of character and cultivating more
constructive members of society. (Narwati Sri 2011:12).
Maksud dari tulisan Li Lanqing
diatas ialah berusaha membuat suatu pemahaman yang akhirnya membuat negara Cina
menjadi maju. Dalam pendidikan tentunya, mengungkapkan bahwa berbaya jika
pendidikan hanya menekankan suatu sistem pendidikan yang hanya mengacu pada
hafalan-hafalan saja yang hanya bermoto untuk sekadar lulus/tamat menempuh
suatu pendidikan. Dengan adanya paham ini membuat negara Cina bangkit dari
keterpurukan pendidikan dan menjadi maju pada saat ini. Selanjutnya adanya pengaruh sisi pembelajaran
karakter yang termuat di kelas.
Dari bagan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter:
Pertama, pengadaan
karakter pada proses KBM di kelas, contohnya seperti pembahasan sebelumnya
dapat di implementasikan pada mata pelajaran di kelas.
Kedua, budaya sekolah
yaitu berupa kebiasaan keseharian siswa di sekolah. Banyak sekali
kebiasaan-kebiasaan siswa di sekolah, suatu contoh adanya kegiatan jumat sehat
dan sabtu bersih. Jadi setiap hari jumat pagi kegiatan siswa adalah senam
bersama dan pada hari sabtu siswa melakukan kegiatan kebersihan bersama pada
kelasnya masing-masing.
Ketiga, Integrasi dalam
kegiatan pengembangan ekstrakurikuler seperti pramuka melatih siswa untuk
tanggung dan melatih kemandirian siswa. Ada pula PMR (Palang Merah Remaja) yang
juga melatih siswa untuk cinta pada sesama.
Keempat, kegiatan keseharian
di rumah. Dalam sisi ini diharapkan siswa menerapkan apa yang di lakukan di
sekolah dapat juga dilakukan di rumah. Sehingga ada suatu manfaat yang bisa
diambil dari pendidikan yang berada di sekolah dan tidak hanya di sekolah siswa
melakukannya tapi dimana saja siswa harus dapat menerapkannya.
Dari berbagai paparan diatas,
memang banyak pengaruh pengadaan pendidikan karakter di sekolah dan saya rasa
membawakan pengaruh baik (positive). Tidak hanya untuk anak didiknya
saja namun pendidik juga dapat memperoleh manfaatnya tersendiri. Dengan adanya
pengadaan pendidikan karakter diharapkan semakin banyak sekolah-sekolah yang
mengadakannya.
3. Lemahnya Karakter
Mengapa dengan adanya
perkembangan zaman sekarang justru membuat karakter menjadi lemah, mengapa
demikian?
Adakah faktornya, dan apa sajakah
faktor tersebut? Melemahnya sebuah karakter terjadi akibat berbagai hal.
Dibedakan adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut
dapat berupa:
(1) Kurangnya penanaman karakter pada saat orang itu masih
dalam binaan keluarga (masa kecil). Hal ini adanya suatu pendekatan obyektif
sebagaimana berarti pendekatan dengan mendekati pribadi dari diri anak tersebut
sehingga anak merasa nyaman, misalnya orang tua yang memberikan kasih sayangnya
terhadap anak yang tidak sama rata sehingga ada yang merasa menjadi anak emas,
hal tersebut akan menimbulkan perkembangan anak yang kurang sehat karena merasa
tidak adil dengan orang tua mereka yang pilih kasih.
(2) Tidak mengembangkan atau memperbaiki nilai-nilai yang
telah diterima sejak dini. Nilai-nilai yang di serap anak terkadang diserap
mentah-mentah kedalam dirinya tanpa tahu nilai-nilai tersebut baik atau
tidaknya dan perlu dikembangkan dalam binaan di sekolah. Misalnya suatu anak
yang terbiasa mengatasi masalahnya sendiri, padahal anak tersebut berposisi di
suatu organisasi yang mana masalah itu mengena pada sebuah organisasi, dan
kebetulan anak tersebut menjabat kedudukan yang tinggi. Dirinya merasa mampu
mengatasi sendiri tanpa adanya bantuan dari teman-temannya. Hal itu menimbulkan
teman-temannya merasa kurang suka terhadap sikapnya yang memudahkan masalah
organisasi dengan ditanganinya sendiri. Disini lah peran guru atau pembina
untuk membina anak tersebut bahwasannya suatu masalah organisasi harus
dipecahkan bersama teman-teman lainnya walaupun anak tersebut dapat mengatasi
sendiri namun di dalam organisasi harus ada kerjasama satu antara lainnya.
Adapun faktor eksternalnya,
antara lain: (1) Adanya pengaruh globalisasi tepatnya keterbukaan sosial
membuat norma-norma yang ada seakan tidak berlaku kembali saat ini.Banyak
sekali tindakan-tindakan amoral yang ada karena perubahan zaman yang semakin
berkembang sekarang ini. Contohnya pembunuhan, kekerasan, tawuran anak pelajar
itu sudah menjadi berita yang tidak mengherankan lagi. Masalah ini harus ada
alat pengontrolnya berupa suatu aturan yang bersifat keras untuk mencegah
adanya perbuatan tidak terpuji. (2) Adanya faktor kebiasaan yang timbul dari
diri seseorang sehingga hal yang kurang etis di biarkan begitu saja tanpa
memikirkan bahwa hal tersebut kurang pantas pada pandangan orang lain. Misalnya
kita sebagai negara yang mempunyai etika apalagi beragama terkadang banyak
orang yang memakai baju yang kurang etis dilihat namun itu sudah mendarah
daging atau sudah menjadi suatu hal biasa dilihat.
Mirisnya siswa Indonesia banyak yang mengakhiri tamat belajarnya pada jenjang
sekolah dengan cara berpesta pawai kelulusan yang sudah menjadi tradisi.
Menurut mereka tradisi tahunan ini kalau tidak dilaksanakan tidak enak
dipandang. Salah satunya ialah di kota Bandung polisi telah melarang konvoi
untuk merayakan kelulusan siswa SMA/SMK. (lihat setik news, 23/05/2012)..
Bukan hanya sekadar pawai untuk
merayakan kelulusan, bahkan banyak kejadian criminal lainnya. Akibatnya terjadi
suatu hal yang anarkis mengakibatkan tewasnya korban yang di kenai tembakan.
Pelajar saja sudah mengenal kerasnya dunia kriminal yang tentu saja
membahayakan. Letak sinilah banyak kasus-kasus lain yang masih mencerminkan
lemahnya pendidikan karakter pada anak didik bangsa Indonesia.
Kohlberg dalam tulisan-tulisannya
mengungkapkan ada dua sasaran mengenai aspek pedagogik yaitu: (1) Lebih
menekankan latar dan aktivitas-aktivitas sekolah yang mampu meningkatkan
kemampuan siswa dalam belajar melakukan dan menerapkan pemikiran moral secara
aktual. (2) Lebih menekankan kepada dilemma-dilema moral yang rill ketimbang
yang hipotetikal. (Cheppy 1989:158). Dari ungkapan Kohlberg diatas, bahwa
beliau memang berfikir pendidikan itu yang terpenting tuntutan mewujudkan
moral-moralnya layaknya sebagai anak didik yang berpendidikan. Berpendidikan
itu yang berasal dari moral yang berkualitas. Lebih bisa mewujudkan tindakan
rill nya bukan hanya materi belaka yang diajarkan seorang pendidik kepada
pendidik. Suatu pemikiran yang tertuju langsung pada sasaran pedagogiknya.
Kesimpulan
Dari analisis diatas, dapat
disimpulkan bahwa suatu pendidikan yang baik yaitu dimana menekankan proses
bukan hanya hasil saja. Dimana di dalam proses ada nilai-nilai pengintegrasian
dari berbagai macam hal yang tentu saja akan berkaitan dengan nilai-nilai
keluhuran, religi, moral/etika dan lainnya. Pengadaan pendidikan karakter ini
di latar belakangi dengan semakin lemahnya karakter anak bangsa saat ini maka
perlunya bimbingan dati satuan pendidikan untuk membimbing siswa agar menjadi
pribadi bangsa yang beradab dan menjunjung tinggi moralitas. Pendidikan
karakter selain telah di tanamkan dalam lingkugan keluarga yang merupakan media
pertama dan utama, namun perlu adanya pengembangan agar lebih mendalami lagi
untuk dapat menjadi manusia budiman yang benar-benar mempunyai karakter baik.
Maka tidak hanya dengan bentuk omongan belaka saja seorang guru dapat mendidik
suatu proses katakter tersebut melainkan dengan sebuah pendekatan-pendekatan
melalui sebuah mata pelajaran yang di dalam prosesnya di selipkan pengajaran
suatu nilai karakter dan diharapkan siswa mampu mewujudkannya. Dan tentu saja
terjadi interaksi dengan guru sehingga guru dapat memantau muridnya seberapa
jauh muridnya itu berkembang sesuai yang diharapkan. Sebenarnya kalau saja
tingka satuan pendidikan juga mengadakannya dengan mengevaluasi dengan jangka waktu
tertentu maka dapat terjadinya peningkatan mutu karakter anak bangsa.
Mengevaluasi bukan dengan cara suatu hal hanya untuk formalitas belaka namun
memang benar-benar adanya proses dan produknya sehingga proses kegiatan
pendidikan di sekolah benar terjadi sesuai apa yang di cita-citakan dan
harapannya dapat lebih berkembang dan maju untuk masa sekarang sampai
mendatang.
Daftar Pustaka
Sudirman. (1983). Bimbingan Orang Tua&Anak Bagaimana
Menjadi Orang tua yang Berhasil. Yogyakarta: Studing
Narwati, Sri (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta:
Familia Pustaka Keluarga
HC, Cheppy. (1989). Pendidikan Moral dalam beberapa
Pendekatan. Jakarta: DM
Referensi Media Massa
Detiknews. (2013). “Ini kronologi kecelakaan beruntun yang
melibatkan anak Ahmad Dani” diunduh dari (http://news.detik.com/read/2013/09/09/081616/
2352793/10/ini-kronologi-kecelakaan-beruntun-yang-melibatkan-anak-ahmad-dhani), pada 1 November
2013.
Detiknews. (2012). “Polisi larang pelajar SMA Bandung konvoi
kelulusan.” diunduh dari (http://news.detik.com/bandung/read/2012/05/23/161812/1922996/486/polisi-larang-pelajar-sma-bandung-konvoi)
0 Response to "Realitas Pendidikan Indonesia: Pendidikan Karakter Disekolah"
Post a Comment