Realitas Pendidikan Indonesia: Pendidikan Seks Terhadap Anak
Oleh: Muhammad Akbar
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas
Negeri Makassar
Akbarusamahbinsaid.@gmail.com
Abstrak
Anak adalah wujud dari kepolosan dunia. Ketidak tauan
anak tentang seks sering kali menjadi alasan pelecehan oleh orang dewasa. Anak
memandang seks sebagai sesuatu yang tabu atau vulgar. Berdasar fakta kasus
semakin meningkat karena anak tidak mendapat pendidikan seks dengan jelas.
Pendidikan seks pada anak usia dini mungkin merupakan solusi. Akan tetapi anak
mungkin belum bisa menerima secara mental. Tak jarang anak lebih condong ke
pikira joroknya dari pada efek yang dia dapat ketika dia mengerti apa itu seks.
Dalam perkembangan bahasapun kata seks malah disalah
artikan menjadi hal yang tabu. Anak harus mendapatkan pendidikan seks yang
sesuai dengan umurnya. Secara psikologi anak sangat membutuhkan bimbingan orang
dewasa untuk mengerti definisi seks secara layak, karena anak masih belum bisa
selektif kepada setiap informasi yang didapat. Pengajar maupun orang tua mampu
mengikuti langkah proses konsuling ketika menerangkan kepada anak. Ada banyak
hal yang harus dihindari ketikan menerangkan kepada anak. Itu dikarenakan anak
masih awam dalam hal itu. Keterbukaan orang tua sangat penting demi kemajuan
dan keselamatan anak dari gagap seks.
Kata kunci : bimbingan, anak, seks
Pendahuluan
Dewasa ini sering sekali terjadi pelecehan seksual
oleh orang dewasa terhadap anak anak. Anak anak lebih menjadi sasaran orang
dewasa karena anak anak dianggap sebagai makhluk yang polos. Kepolosan anak ini
dimanfaatkan beberapa oknum untuk melakukan tindak asusila terhadap anak
dibawah umur. tidak banyak pelaku dari tindak asusila itu adalah kerabat atau
bahkan keluarga korban. Anak memang kurang mengerti dalam hal pendidikan
seks. Mereka menganggap segala sesuatu yang berkaitan dengan seks itu adalah
menyimpang. Bukan tanpa alasan mereka seperti itu, banyak factor yang mempengaruhi
seperti : (1) Keluarga (2) lingkungan masyarakat (3) pendidikan (Syamsul Yusuf,
2009).
Menurut saya factor yang paling berpengaruh dalam
masalah ini adalah faktor pendidikan, karena pendidikan adalah hal utama yang
membentuk kepribadian seseorang. Pendidikan adalah landasan atau pondasi bagi
setiap bangunan kehidupan. Jika pendidikan rapuh, maka kehidupan akan lebih
mudah dirobohkan oleh faktor dari luar.
“Kasus kekerasan, utamanya kekerasan seksual pada
anak, meningkat pesat tahun 2013 ini. Dari sekitar 30-an kasus tahun 2012, baru
pertengahan 2013 sudah meningkat menjadi 535 kasus. Jumlah kekerasan itu,
menurut Ketua Komnas Arist Merdeka Sirait, meningkat pesat sejak 2010 yang
tercatat ada 42% dari 246 kasus kekerasan pada anak adalah kekerasan seksual,
pada 2011 ada 50%dari 259 kasus kekerasan pada anak adalah kekerasan seksual,
dan 2012 ada 62% dari 47 kasus kekerasan pada anak adalah kekerasan seksual.” (detik.com, Kamis, 18/07/2013 16:57
WIB)
Sebuah realita yang mengejutkan, mengingat bahwa pendidikan
di Negara ini telah mengalami kemajuan. Pendidikan memang dapat menjadi faktor
utama kandasnya moralitas bangsa, tetapi itu semua masih sebatas argument
semata. Kejadian kejadian diatas merupakan dampak dari kurangnya pendidikan
seks sejak dini. Memang pada dasarnya itu adalah hal yang tabu, tetapi sekali
lagi itu tergantung dari bagaimana pengajar menyampaikannya.
Sedangkan untuk kekerasan seksual 535 kasus menurut:
· Bentuk:
sodomi 52 kasus, perkosaan 280 kasus, pencabulan 182 kasus, dan inses 21 kasus.
· Modus:
obat penenang 15 kasus, diculik lebih dulu 14 kasus, disekap 45 kasus, bujuk
rayu dan tipuan: 139 kasus, iming-iming: 131 kasus.
· Dampak:
meninggal 9 kasus, trauma: 345 kasus. (detik.com, Kamis,
18/07/2013 16:57 WIB).
Dilihat dari modus tersangka, penggunaan cara bujuk
rayu dan tipuan adalah yang paling ampuh. Oleh karenanya, perlu adanya
sosialisasi dari pihak pengajar agar tidak mudah terkena bujuk rayu pelaku.
Sekali lagi pendidikan harus bisa menyampaikan pentingnya seks sedari dini.
Dengan tidak mengertinya nak tentang seks, maka itu
akan menyudutkan anak sebagai korban pelecehan seksual. Anak memiliki rasa
ingin tahu yang amat tinggi, hal ini sering dimanfaatkan oleh beberapa orang
dewasa untuk melakukan pelecahan seksual. Maka dari itu, kita harus melakukan
pendidikan seks ketika usia anak dirasa sudah mampu mengerti arti seks secara
harfiah. Ini memang bukan merupakan porsi anak, tapi pada kenyataannya anak
mutlak memerlukan pendidikan seks sejak dini.
Memang anak pasti mengatakan bahwa hal itu tabu, tapi
sebagai orang dewasa kita wajib memperkenalkannya secara terperinci. Pendidikan
seks memang telah dicantumkan dalam mapel penjas pada tiap semesternya. Namun,
itu sangat kurang bahkan tidak sedikit guru yang tak mengajarkannya. Meraka
hanya mengajarkan sebatas penyakit menular seksual. Padahal selain itu masih
banyak hal tentang seks yang harus diketahui. Memang sangat terasa janggal
ketika seorang guru menerangkan tentang seks kepada anak anak usia sekolah
dasar. Lebih dari setengahnya asti akan merasa jijik, dan sisanya akan
memikirkan yg bukan bukan. Disini hal yang perlu diperhatikan. Kita harus
mengurangi kata kata yang dapat dianggap anak sebagai sesuatu yang tabu atau
jorok.
Pendidikan Seks
Dalam bahasa, seks memilik arti jenis kelamin. Namun
setelah mengalami pergeseran makna, kata seks sering dianggap hubungan intim.
Ini adalah salah satu faktor yang dapat mengakibatkan pendidikan seks menjadi
sesuatu yang tabu. Banyak orang menganggap bahwa pendidikan seks adalah cara –
cara berhubungan intim, tapi kenyataannya pendidikan seks adalah pendidikan
tentang kesehatan serta fungsional alat kelamin manusia. Seks merupakan bagian
dari pendidikan yang harus ditanamkan sejak dini pada anak.
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan
reproduksi (kespro) atau istilah kerennya sex education sudah
seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja,
baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya
pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan
anak anak. Materi pendidikan seks bagi para anak ini terutama ditekankan
tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan
reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para
anak anak. Berikut adalah tahapan pendidikan seks berdasarkan perkembangan
anak.
Pada
usia 0-2 tahun anak sudah memiliki kemampuan mengenali kelamin dan membedakan
antara pria dan wanita dari karakteristik fisik.
Pada
usia 2-5 tahun anak sudah seharusnya memahami konsep reproduksi paling
sederhana bahwa jika seorang pria dan wanita bersama, maka mereka dapat
“menciptakan” bayi.
Pada
usia 6-8 tahun anak sudah sewajarnya memahami bahwa akan terjadi perubahan bada
fisik mereka menginjak usia pubertas.
Menginjak
usia pubertas yaitu usia 9-12 tahun, anak harus mulai memahami konsep hubungan
antar lawan jenis yang baik dan tepat. Mereka harus paham tentang konsekuensi
dari tindakan mereka.
Menginjak usia dewasa yaitu usia 13-18 tahun, anak
cenderung tertutup perihal perbincangan yang menyangkut seks, namun jika orang
tua telah membiasakan pembicaraan ini dari awal, anak akan lebih nyaman dan
terbuka. (lihat : http://www.vemale.com 14/10/2013 )
Seks adalah sebuah masalah. Pernyataan tersebut
memiliki makna ganda, tapi memang benar adanya. Sekks memanglah sebuah masalah
ketika kita tidak dapat memilih atau menyeleksinya. Seks bukan lah sebuah
masalah ketika kita melakukan pembahasan tentang kajian seks.
Istilah diatas sangatlah menggambarkan betapa sulit
dan rumitnya seks. Akan tetapi seseulit apapun itu, seks dapat disosialisakan
sesuai dengan umur dan karakteristik anak itu sendiri. Kita ambil
contohketika anak berusia 2-5 tahun, missal seorang anak bertanya kepada
ibunya, maka ibu harus mampu menjelaskan arti darseks secara mendalam
menggunakan bahasa yang sesuai dengan usia anak tersebut.
Metode pengajaran seks kepada anak meliputi 3 aspek,
yaitu pertama, Eliminasi Bahasa, Adalah
cara menyampaikan informasi dengan menggunakan kata kata secukupnya. Dalam hal
ini, kita harus pandai dalam mengubah kata yang kurang senonoh menjadi kata
yang mudah didengar. Ini akan menyebabkan anak lebih mudah menerimanya dan
mencernanya dengan pemikiran mereka sendiri. Penggunaan kata seperti “penis”
mungkinbisa diganti dengan “burung” karena kata ini lebih mudah dimengerti
maknannya oleh anak anak.
Pertama, kita harus mempermudah
anak dalam mengerti dan memahami makna dari tiap kata yang berhubungan dengan
seks. Tapi yang sering menjadi fatal, pendidik pasti ingin menjadi orang
intelek yang mengajarkan seks kepada anak dengan takaran dari anak remaja. Hal
itu sangatlah tidak dibenarkan, karena hal itu hanya akan menimbulka rasa
penasaran dan dapat mengarahkan ke hal yang tak diinginkan.metode ini hanya
akan efektif pada anak usia 5 – 12 tahun karena mereka masih dalam tahap
pencarian dan pemahaman. Hal itu bukan merupakan suatu acuan tetap, karena
perkembangan pemikiran seorang anak juga dipengaruhi oleh factor lingkungan dan
faktor gaya belajar anak dapat mempercepat pemikiran anak.
Kedua, Toleransi dalam
seks, kita harus dapat menjadikan seks
sebagai sebuah pandangan tentang gaya pendidikan. Yang perlu diubah pertama
adalah anggapan dari pendidik bahwa seks itu memang bagian dari pendidikan
wajib bagi anak. Pendidikan merupakan awal dari pendidikan yang akan terjadi,
jadi pendidik harus mampu enyampaikan kebenaran tentang seks pada anak
didiknya. Toleransi seks juga harus mengajarkan tentang saling menghargai
perbedaan antara gender. Dalam hal ini, laki laki juga akan mempelajari system
seks perrempuan dan begitupun sebaliknya.
Menurut
saya cara ini akan menjadi sangat efektif ketika pengajar mampu menyajikan seks
dalm bentuk yang menarik. Mungkin guru bisa menggunakan alat peraga guna
memperjelas gambarang anak tentang alat kelamin lawan jenis mereka. Cara ini
dapat mengurangi rasa penasaran dari peserta didik karena mereka sudah
mengetahui bagaimana bentuknya. Toleransi seks juga harus mengajarkan tentang
perbedaan adatdan kebudayaan dengan keperluan pendidikan. Contoh sederhana
adalah dengan menimbulkan anggapan pada anak bahwa pakaian adat daerah papua
itu merupakan warisan berharga bagi bangsa ini dan bukan salah satu bentuk dari
penyelewengan seks. Ketika anak mampu melakukan toleransi seks tidak menutup
kemungkinan kalo dia akan menganggap seks itu sebagai pendidikan wajib dan
bukan suatu hal yang tabu.
Ketiga, Penumbuhan pengetahuan
tentang seks, ini adalah apa yang kita bahas sejauh ini. Ketika muncul
pertanyaan “bagaimana”, maka akan timbul jawaban “lakukanlah”. Lakukan disini
bermakna untuk menyuruh agar mengajarkannya. Pengajar harus lebih dulu belajar
tentang seks sebelum mengajarkannya. Ketika pengajar lebih mendalami materi
maka peserta didik akan merasa lebih nyaman dan menjadi yakin akan apa yang
disampaikan oleh guru. Dengan adanya metode ini maka diharapkan jika pendidikan
seks menjadi materi wajib yang harus dikuasai oleh setiap guru di Negara ini.
Pendidikan
seks menjadi sangat sacral ketika kita menengok kebelakang dan melihat fakta
tentang kejahatan seksual di Indonesia. Rendahnya latar belakang pendidikan seks
hanya akan mengakibatkan tingginya angka kejahatan seksual. “Ketika sesorang
mendapat ilmu secara kurang mendalam, secara akan secara alami mencari,
menggali, atau mungkin mengembangkan sendiri ilmu itu.” , seperti halnya
anak anak yang masih terdapat dalam masa perkembangan. Berkembangnya anak
adalah sesuatu yang sangat krusial, perlu dampingan orang dewasa guna
mengarahkan kehal yang positif dan bermanfaat bagi apa yang ia perlukan bagi
dia kedepannya. Pendidikan seks sangat bermanfaat bagi masa depannya maka dari
itu pendidikan seks menjadi sesuatu yang penting bagi anak anak.
Pendidikan
seks menjadi sangat penting sekaligus menjadi sesuatu yang sangat berbahaya.
Penting karena dapat menghindarkan dari hal hal yang buruk, dan berbahaya
karena dapat menjerumuskan pada hal yang negative seperti seks bebas dan
sejenisnya. Kemana arah pendidikan seks sendiri tergantung pada pribadi masing
masing dan peran pengajar sebagai pembimbing atau pengahar pada hal hal
positif. Meski pendidikan seks merupakan bagian dari mapel penjasorkes, semua
guru terutama guru SD mutlak memerlukan ini karena pendidikan seks merupakan
dasar dari penyelamatan anak dari peecehan seksual.
Konseling
Menurut C. G. Wrenn, konseling adalah
relasi pribadi yang dinamik antara dua orang yang berusaha memecahkan masalah
dengan mempertimbangkannya bersama – sama. (Wrenn, 1951:59)
Jadi bisa disimpulkan bawha konseling seks merupakan
proses diskusi yang akan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan seks. Anak
usia dini membutuhkan ini karena ini akan berguna bagi perkembangan
psikologinya ketika memasuki masa remaja. Ketika anak tidak mendapatkan
konseling ini, maka anak akan mengeksplorasinya sendiri dengan cara mereka.
Bisa dibayangkan, anak akan mencari menggunakan media yang sekiranya dapat
menyajikan informasi tentang seks.
Mengingat kondisi anak yang belum bisa menentukan mana
yang baik dan mana yang buruk, anak akan melihat apa yang pertama ia temukan.
Bayangkan saja jika anak menemukan sebuah situs yang merupakan situs porno,
maka anak akan memperhatikan dan menelaah apa yang ada didalamnya. Kemungkinan
terburuk yang akan terjadi adalah anak akan memperaktekan apa yang dia lihat
dalam tayangan itu. Anak memang cepat memahami suatu informasi melalui visual
lebih cepat daripada melalui audio. Jadi pada dasarnya anak memang harus
mendapat bimbingan pendidikan seks yang sesuai dengan umurnya.
Langkah – langkah dalam melakukan konseling yaitu,
(1)Analisis, dalam tahap ini kita harus menemukan suatu rumusan dari masalah
itu dan pengumpulan data. Dalm tahap ini akan diketahui asal usul masalah dan
harus dengan cepat menentukan hipotesis dalm masalah tersebut.
(2) Sintesis, merupakan langkah merangkum atau mngurutkan data data dari
proses Analisis tadi. Data yang dirangkum haruslah mempermudah pemahaman dan
bukan mempersulit proses. Langkah ini penting karena merupakan langkah awal
dari proses konseling itu sendiri.
(3) Diagnosis, ini merupakan langkah utama. Dalm langkah ini pembahasan akan
lebih menjorok pada permasalahan, sebab-akibat, dan hasil analisa. Dalam
langkah ini akan kita dapatkan metode yang dapat kita gunakan dalm proses
konseling nantinya. Pemilihan metode penyuluhan akan sangat penting mengingat
latar belakang psikologis dari tiap orang itu berbeda beda.
(4) Konseling, ini adalah proses dimana kita harus menyampaikan solusi atau
arahan yang telah didapatkan lewat proses sebelumnya. Langkah ini merupakan
tindakan nyata yang berupa sosialisasi. Konseling dapat dikatakan sukses apa
bila sudah tidak ada pertentangan dalam suatu pemikiran.
(5) Tindak Lanjut, ini hanyalah langkah optional yang akan ditempuh oleh pengajar
ketika peserta didik belum mengerti mengenai pentingnya pendidikan seks. Mengingat
bahwa target pendidikan ini adalah anak SD, maka guru pasti akan melakukan
langka ini (Muhammad
Surya, 1998).
Psikologi
Pertambahan usia menyebabkan perubahan hormon dan
psikologis anak yang berubah, dimana masa anak-anak ke masa remaja, anak-anak yang
berada pada masa peralihan cenderung berupaya untuk mencari jati dirinya,
memberontak, dan bertindak semaunya. Psikologis anak juga harus diperhatikan,
agar sang anak tidak melakukan tindakan yang salah, peran orang tua sangat
penting untuk mendekatkan dengan sang anak, agar sang anak lebih terbuka kepada
orang tuanya. Dengan demikian orang tua dapat memberikan nasehat kepada sang
anak tentang apa yang boleh dilakukan dan yang dilarang untuk dilakukan. Akan tetapi nasehat hanya akan membuat anak merasa terkekang
dan menjadi bersikap lebih tertutup kepada orang tua mereka.
Dalam
hal ini peran orang tua sebagai pengarah dan pedoman sangat dibutuhkan untuk
mendampingi setiaplangkah anak. Yang terpenting bagi orang tua adalah
meinimalisir perkataan yang membuat anak merasa tersudut. “Jadi apakah seks
perlu didalami anak menurut psikologi anak?” jawabnya iya, karena anak akan
terganggu ketika rasa penasarannya tak terjawab. Dan ketika rasa penasaran tak
terjawab, anakakan berusaha mencari tau itu karena rasa ingin tau adalah sifat
alami anak. Jadi jangan pernah menutupi arti seks kepada anak karena hanya akan
menumbuhkan rasa penasaran di pikiran anak.
Simpulan
Dari
analisis diatas, dapat kita simpulkan kalau pendidikan seks amat penting bagi
anak dalam segi social, psikologi, dan perkembangannya. Pendidikan seks akan
menjadi lebih penting ketika kita melihat sisi positif yang akan didapat dengan
memperhitungkan sisi negative yang akan didapat. Dan sangat disarankan agar
pengajar terutama pengajar SD menguasaindan mampu menyampaikannya kepada anak
didiknya.
Tidak
ada jaminan kalau kasus pelecehan seksual pada anak akan berkurang, tapi akan
lebih baik jika kita mapu mencegah hal tersebut. Anak sudah mulai mengerti
tentang seks pada usia 2 tahun. Cara penyampaiannyapun berbeda tergantung
kepada siapa dia menyampaikannya. Ada tiga metode yaitu: (1) eliminasi kata (2)
toleransi bahasa seks (3) penumbuhan definisi seks sedari dini. Dari segi
konseling, dapat menggunakan lima tahapan konseling yaitu: (1) analisis (2) sintesis
(3) diagnosis (4) konseling (5) tindakan lanjut.
Oleh
karena itu pendidikan seks sangat penting bagi anak. Dengan bantuan dari
pengajar, diharapkan peserta didik dapat mengerti definisi seks secara utuh.
Daftar
Pustaka
Warren R. Johnson, winifred Kempton. SEX EDUCATION AND
COUNSELING OF SPECIAL GROUPS. United States of America: Charles C
Thomas, 1981.
LN, Syamsul Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ROSDA,
Bandung, 2009
Surya, Muhammad , Dasar – Dasar Penyuluhan, DEPARTEMEN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, Jakarta, 1988
Referensi
Media Masa
Siti Aisyah (2013). “Komnas Anak: Kasus Kekerasan Seksual pada
Anak Meningkat Pesat Tahun Ini” diunduh dari (http://news.detik.com/read/2013/07/18/165714/2307281/10/komnas-anak-kasus-kekerasan-seksual-pada-anak-meningkat-pesat-tahun-ini?n992204fksberita) pada 2 november 2013
Anonim. (2013). “Ajak Anak Bicara tentang Seks” diunduh dari (http://www.vemale.com/topik/menyusui/35362-ajak-anak-bicara-tentang-seks.html) pada 3 november 2013
0 Response to "Realitas Pendidikan Indonesia: Pendidikan Seks Terhadap Anak"
Post a Comment