Realitas Pemuda Indonesia: Rusaknya Moral Akibat Budaya Barat
Oleh: Muhammad Akbar
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas
Negeri Makassar
Akbarusamahbinsaid.@gmail.com
Megahnya sebuah kerajaan tergantung kepada
kehebatan dari pengurus dan keluarga kerajaan. Jayanya suatu negara tergantung
kepada pemimpin dan jiwa dan peran pemudanya. Mustahil sekali kejayaan, kemegahan
dan kemakmuran dicapai apabila peran pemuda tidak bisa memberikan nilai
kontribusi kepada negaranya. Kontribusi dimaksud adalah sejauhmana kualitas
moral dan intelektual generasi muda disumbangkan kepada eksistensi
negaranya.Sudah menjadi hukum alam yang tua akan digantikan yang muda, yang
patah akan ditumbuhi tunas baru untuk terus berkembang sehingga siklus
perkembangan berjalan secara hukum alam dan kodrati.
Generasi muda merupakan harapan untuk
menggantikan mereka yang sudah tua. Sudah sepantasnya generasi muda harus siap
melanjutkan bahkan mengembangkan apa yang sudah dilakukan oleh orang
sebelumnya. Hal ini akan terus berjalan sesuai dengan perkembangan zaman dan
menjadi pengaruh besar dalam perkembangan sebuah bangsa dan negara ke depan.
Generasi muda yang mempunyai moral atau dalam
islam disebut sebagai akhlak merupakan konsekuensi yang harus ada apabila
sebuah bangsa ingin maju dan berkembang. Tidak akan mungkin negara bisa
berkembang apabila generasi muda dari bangsa itu sendiri tidak memiliki akhlak
yang mulia tetapi justru mengedepankan kemungkaran menuju kerusakan.
Rasulullah SAW telah jelas mewasiatkan kepada
umatnya bahwa kokohnya kehidupan bangsa tergantung kepada moral atau akhlak
generasi muda yang ada dalam bangsa itu. Apabila generasi muda berada dalam
lembah kenistaan maka kehancuran bangsa menjadi konsekuensi yang harus
diterima.
Kita sering melihat dan sudah menjadi
pemandangan umum, bahwa generasi muda zaman sekarang sebagai tulang punggung
negara sudah sangat memprihatinkan dan sudah tidak lagi seperti akhlaknya umat
Islam.
Banyak pemuda Islam sudah tidak lagi
memperdulikan pedoman hidup Islam yaitu Qur’an dan Hadits sebagai obor yang
bisa menerangi kehidupan. Di sana-sini terjadi kerusakan moral dan akhlak,
pemuda lebih suka hidup dalam gemerlapnya dunia malam yang mengarah kepada
pergaulan bebas tentunya yang berujung kepada free sex yang terkutuk.
Banyak pemuda lebih mengetahui dan paham
dengan budaya-budaya aneh seperti budaya eropa yang sangat jauh berbeda dengan
budaya timur (Islam). Misalkan saja dari cara berpakaian yang sangat
menyilaukan mata, cara bergaul yang sungguh tidak bermoral dan beradab, cara
berbicara yang tidak mengenal lawan bicara apakah itu yang tua atau yang muda
dan masih banyak budaya dan kebiasaan luar Indonesia yang kita ambil tapi
sesungguhnya merupakan kerugian besar bagi kita pribadi dan negara kita.
Fasilitas teknologi, informasi dan komunikasi
merupakan salah satu faktor yang merubah kemuliaan perilaku generasi muda
dewasa ini. Jaringan internet misalnya, merupakan sebuah terobosan baru yang
bisa menghubungkan antara mereka yang di timur dengan mereka yang ada di barat
atau di selatan. Sehingga penyebaran informasi merupakan hal yang tidak bisa
dipungkiri sehingga seluruh informasi baik membangun maupun yang merubuhkan
akhlak akan berkontaminasi dengan kepribadian kita sebagai orang timur ditambah
dengan kurangnya nilai iman untuk menyaring arus perjalanan informasi tersebut.
Sudah banyak sekali kasus yang bisa kita
saksikan melalui media massa bahwa generasi muda sebagai motor dan
tulang punggung negara ini sudah rusak moral (akhlak) dan perilakunya. Budaya
Islam sebagai budaya yang seharus dikembangkan dan dijadikan sebagai ukuran
atau filter penyaring dilupakan bahkan dilecehkan. Generasi muda sudah
kehilangan takaran iman yang bisa menepis pengaruh budaya luar yang merusak
kepribadian kita sebagai bangsa. Generasi muda kita banyak kehilangan arah dan
tersesat dalam area yang sangat berbahaya dan cenderung hanya menggunakan nafsu
sebagai takarannya.
Dengan rusaknya moral dan akhlak generasi
muda, maka secara perlahan akan merusak tatanan suatu bangsa dan tinggal
menunggu kehancurannya. Allah jelas telah mengingatkan kita bahwa hancurnya
bangsa diakibatkan rusaknya moral dan akhlak pemudanya dan Qur’an dan Hadits
yang diabaikan akan memberikan dampak ketersesatan dan kehancuran manusia yang
ada dalam negara tersebut.
Mari kita mengokohkan konsistensi diri bahwa
seorang generasi muda harus bisa membentengi dirinya dengan iman sehingga
akhlak yang mulia bisa tumbuh subur dalam hati sanubarinya. Hiduplah seperti
yang digariskan melalui Kitab Allah dan tauladanilah kehidupan pemuda-pemuda
Islam yang sukses menjadi tiang-tiang kuat gedung cakrawala yang bisa kokoh
walaupun dalam hempasan gelombang. Akhlak dan moral yang baik bisa
mengembangkan bangsa sehingga peran sebagai motor dan tulang punggung negara
bisa kita perankan dalam membangun bangsa dan negara besar yang bermartabat,
makmur, sejahtera dan penuh dengan sendi-sendi kebaikan dan keharmonisan, Insya
Allah.
Gila,
atau apalah q sudah bingung pokoknya menyebut generasi penerus bangsa, yang
bernama remaja itu, so bagaimana tidak, mereka yang di harapkan sebagai penerus
kelangsungan bangsa ini, tapi moralnya sudah anjlok, dan bisa di katakan sudah
si bawah titik nadir, q hanya bisa geleng-geleng kepala, serta mengelus dada,
sembari mengucap istighfar, ketika melihat pemberitaan kenakalan yang di
lakukan oleh orang yang bernama remaja itu, baik di media cetak ataupun
elektronik.
Baru-baru ini aku melihat pemberitaan,
mengenai kelakuan menyimpang remaja, coba bayangkan, remaja putri yang baru
berusia 15 tahun sudah melakukan hubungan seks bebas, gila benar, q
menanggapinya, dan yang lebih mencengangkannya lagi, remaja tersebut melakukan
hubungan yang hanya layak di lakukan oleh pasutri yang resmi tersebut,
melakukannya dengan 4 teman prianya, parahnya lagi hubungan tersebut juga
direkam oleh teman mereka sendiri via kamera HeandPhone, efeknya dari peristiwa
tersebut bisa di tebak, sang remaja putri yang di ketahui masih berstatus
sebagai pelajar SMA negri, langsung dicoret namanya dari sekolah tersebut,
alias diberhentikan, dan ke empat teman prianya juga harus meringkuk dibalik
jeruji besi, karena harus mempertanggung jawabkan atas perbuatan mereka.
Mungkin masih banyak lagi para remaja kita
yang terjerumus dalm perilaku penyimpangan , baik itu seks bebas, narkoba, dan
masih banyak lagi perilaku yang seharusnya mereka tidak lakukan.
Rasanya miris jika melihat kelakuan remaja
dijaman moden saat ini, mereka sepertinya terhipnotis oleh globalisasi, yang q
anggap tidak untuk masyaraka indonesia, dan hanya lebih pantas untuk orang-orang
barat saja, mereka mengekpresikan globalisasi sebagai kebebasan yang q anggap
sangat berlebihan.
Mau jadi apa bangsa ini jika generasi
penerusnya saja bobrok kayak gini, apa jadinya kedepan nanti jika kelakuan
remajanya jauh dari norma-norma, baik hukum, agama, dan sosial.
Orang tua, media( cetak & elektronik ),
dan lingkungan pergaulan
Lalu siapa yang harus disalahkan denga
rusaknya moral remaja bangsa ini??, siapa juga yang dapat menyelamatkan moral
remaja bangsa ini??1.orang tua
So, sewajarnya donk orang tua harus tau
kelakuan anaknya baik saat dirumah ataupun diluar rumah, sebab orang tualah
yang bisa membibmbing anaknya, ditambah lagi perhatian orang tua, jangan taunya
anaknya baik di rumah saja, sedangkan saa di luar rumah kelakuan sang anak jauh
dari kata baik, peran orang tua sangat penting untuk menunjang sang anak
melakukan kegiatan yang positif baik diluar rumah ataupun di luar rumah.
1. media
Media?, media jika diibaratkan antara lain
sesuatu yang memiliki kepribadian ganda, satu sisi berhati malaikat, dan satu
sisinya berhati iblis, so tapi aku tidak menyalahkan medianya kok, coz
tergantung dari seseorang, apakah dia dapat mengambil nilai-nilai positif dari
media tersebut.
Media saat ini dirasa sanga jauh dari kode
etiknya, tidak bisa membedakan mana yang harus di konsumsi oleh public, dan
mana yang tidak layak dikonsumsi oleh publik, media sebagai sumber informasi
nomor satu seharusnya dapat memberikan informasi yang layak di cerna oleh
public, bukannya malah menjadi inspirasi seseorang untuk melakukan tindakan
yang dirasa negative, namu tidak semuanya media memberikan informasi yang
dirasa negative terkadang juga media memberikan sumber-sumber yang positif.
Terlepas dari itu semua, semuanya terganung
dari pemikiran seseorang yang menyerap informasi dari media tersebut, apakah
baik, atau sebaliknya, apakah buruk.
2. Lingkungan pergaulan
Tidak bisa dipungkirkan lingkungan pergaulan
juga termasuk salah satu factor yang dapat mempengaruhi remaja unuk melakukan
perbuatan yang negatif maupun positif, sebab dari lingkungan pergaulanlah kita
dapat tahu sesuatu yang sebelumnya belum kita ketahui, dari sini kita memilki
teman yang dapat menunun kita kejalan yang menuju kemasa depan yang cearh,
namun dari sini juga kita menemukan teman yang menuntun kita kejalan
kehancuran.
So, kita harus pandai-pandai memilih dan
menilai lingkungan pergaulan kiata, agar kita tidak menyesal dikemudian hari.
Sejujurnya tulisan ku ini bukanlah hujatan,
atau pandangan ku terhadap para remaja, sebab masih banyak koq para remaja yang
berprestasi, baik di tingkat nasional atau bahkan internsional, so jadi jangan
rusak masa remajamu dengan hal-hal yang negative, sebab nyesal di kemudian hari
tiada gunanya
Saya khawatir kondisi yang menimpa kita saat
ini adalah awalnya kehancuran negeri ini. Fakta sejarah telah mengungkap
penyebab kehancuran suatu kaum adalah karena hancurnya moral penguasa dan
warganya. Romawi hancur karena kebejatan moral, dinasti Umayyah dan Abbasiyyah
lenyap begitu saja di kawasan Laut Tengah, kota-kota muslim Andalusia jatuh
karena pemimpinnya terlena oleh duniawi, Majapahit runtuh karena rakusnya
generasi penerus, dan banyak lagi negeri lainnya yang intinya mengalami
kehancuran karena kebejatan moralnya.
Mungkinkah negeri ini akan hancur? Mungkin,
sebab sudah menjadi rahasia umum kebejatan moral yaitu korupsi di negeri ini
mengakar pada pemimpin dan penguasanya, sehingga warganya pun tanpa sadar dan
tanpa merasa bersalah ikut dalam budaya korupsi ini. Kita tidak tahu seperti
apa kehancuran besarnya akan terjadi, tapi kita bisa melihat kondisi-kondisi
kecil yang sedang terjadi.
Konflik etnis seperti tak pernah selesai,
metoda otonomi daerah (atau konsep federasi) yang bertujuan mengimplementasikan
Bhinneka Tunggal Ika sepertinya dijadikan alat untuk memisah-misahkan diri
sebagai arogansi suku atau daerah, saling ketergantungan bergeser menjadi sikap
kesombongan terhadap kelebihan sumber daya masing-masing. Negeri yang dikenal
dengan seribu lautan namun minim dalam sarana dan prasaran maritim, baik untuk
pengolahan kekayaan alam maupun sistem transportasinya. Negeri dengan potensi
kekayaan alam yang sangat tinggi tapi berutang banyak.
Apa kita tak pernah belajar pada fakta
sejarah? Kita belajar tapi kita tak pernah mengimplementasikan dan mencegahnya.
Kerakusan pribadi atau golongan mengeksploitasi kekayaan negeri untuk
kepentingan sendiri. Kita tak akan pernah maju dan bertahan seperti Jepang dan
Cina yang memiliki moral yang tinggi. Mereka punya militansi yang tinggi
terhadap negerinya, tidak hanya pada saat keamanan dirongrong pihak lain, namun
dalam kehidupan sehari-hari di masa damai.
Kita pernah punya konsep strategi Repelita
Orde Baru –yang menurut saya yang bodoh– yang bagus, kita melihat hasilnya
selama 25 tahun terakhir kemajuan terlihat nyata, namun sayang konsep yang
bagus dikotori oleh moral korupsi yang tinggi. Kini penguasa pencetus Repelita
tersebut hancur, namun sayang sejuta sayang konsep yang bagus tersebut tidak
ditindaklanjuti, seolah-olah yang bagus menjadi jelek hanya karena keluar dari
pikiran pemimpin atau penguasa yang telah dicap jelek.
Negeri ini diguncang dari dalam oleh
pemimpin-pemimpinnya, dirongrong oleh negeri tetangga karena dianggap tidak
becus memberdayakan wilayah potensial, tak lupa dipukul keras oleh alam akhir
tahun lalu.
Wahai penguasa
Beri kami optimisme!
Segarkan Islam kami!
Jangan kau hancurkan negeri kami!
Untuk sebuah cita-cita
بلدة طيبة ورب غفور
“Negeri yang baik dalam lindungan Tuhan Yang
Mahapengampun” (QS Saba 34:15)
Ditengah carut marut dan centang perenang
dunia pendidikan Indonesia yang diwarnai dari berderet kasus
asusial,pencabulan,kasus foto dan video porno yang diproduksi oleh dunia
pendidikan Indonesia. Menandai gagalnya sistem pendidikan akhlak dan moral
bangsa Indonesia.
Mengapa bisa sedemikian parah wajah
pendidikan di Indonesia…?
Ya…bangsa ini memang bisa dikatakan berhasil
mendidik anak bangsa menjadi orang yang cerdas atau sedikit cerdas, tetapi
gagal mendidik anak bangsa menjadi orang yang berakhlak dan bermoral…
Mengapa ini terjadi….?
Negara ini menganggap bahwa kemajuan
pendidikan hanya dari segi kecerdasan otak saja. Sedangkan pendidikan moral dan
akhlak yang menyangkut kepada pendidikan agama sangat kurang dan hampir tidak
terpikirkan oleh pemerintah. Inilah yang membuat akhlak dan moral anak bangsa
hancur…
Mungkin sebahagian dari kita mengalaminya,
waktu di sekolah dulu berapa jam pelajaran agama yang kita peroleh di
Sekolah….. Sedangkan pendidikan agama untuk anak-anak tanggung jawabnya
diberikan kepada keluarga masing-masing.
Inilah ciri dari pendidikan sekuler…dan
inilah hasilnya…
Untuk apa orang pandai tetapi tidak
berakhlak….
Solusi yang ditawarkan….
Indonesia banyak mengadopsi sistem pendidikan
sekuler, inilah yang membuat hancur pendidikkan di Indonesia terutama
pendidikan akhlak dan moral.
Indonesia harus mengembangkan pola pendidikan
Iran
Jika dikelola dan dikembangkan dengan baik
dan didukung oleh pemerintah, maka pola Iran ini sangat baik dalam mendidik
moral dan akhlak anak-anak ketika menimba ilmu…
Disiplin yang keras dan pengawasan anak-anak
selama 24 jam melatih moral dan akhlak untuk selalu disiplin dan terbiasa
mematuhi aturan yang ada…
Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita
semua.
0 Response to "Realitas Pemuda Indonesia: Rusaknya Moral Akibat Budaya Barat"
Post a Comment