Materi Khutbah Terlengkap 2017: Kewajiban Kita Berpartisipasi Dalam Dakwah Ilallah
Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ
وَالْكَمَالِ، الْمَعْرُوْفِ بِمَزِيْدِ اْلإِنْعَامِ وَاْلإِفْضَالِ. أَحْمَدُهُ
سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ الْمَحْمُوْدُ عَلَى كُلِّ حَالٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخَلِيْلُهُ الصَّادِقُ
الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كثيرا. أَمَّا
بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ،
اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ n: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ.
Jamaah
Jum’at yang berbahagia….
Pada jum’at yang berbahagia
ini, mari kita sama-sama memanjatkan puji dan syukur kepada Allah yang telah
memberikan kekuatan kepada kita berupa kesehatan, untuk memenuhi panggilanNya,
yaitu menunaikan ibadah shalat Jum’at. Shalawat dan salam kita
berikan kepada nabi besar Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam yang telah
menuntun umat manusia dari jahiliyah, yang penuh kegelapan menuju Islam yang
terang benderang, dan juga kepada para sahabatnya serta para generasi
selanjutnya yang memperjuangkan Islam hingga akhir zaman nanti.
Mari kita sama-sama
meningkatkan rasa taqwa kita kepada Allah yang selalu melihat gerak-gerik kita,
dengan sebenar-benar takwa, Dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi
laranganNya.
Dalam kesempatan ini, saya
selaku khatib ingin membahas sebuah tema yang sangat penting sekali dan
dibutuhkan oleh umat Islam yaitu:
Kewajiban kita berpartisipasi dalam dakwah Islamiah.
Jamaah
Jum’at yang berbahagia….
Sebelum membicarakan pokok
permasalahannya, sebaiknya kita memahami: Apa itu dakwah? Dakwah secara bahasa
adalah berarti seruan, dan ajakan (kamus Ash Shihah 6/2336, kamus Mu’jamul
Wasit 1/286). Adapun menurut istilah pengertiannya banyak sekali, di antaranya
adalah menurut syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Dakwah adalah mengajak seseorang
agar beriman kepada Allah dan yang dibawa oleh para rasulNya dengan cara
membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintahkan
(Majmu’ Fatawa oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyah 15/157).
Semua umat Islam sepakat bahwa
dakwah adalah amalan yang disyariatkan dan masuk kategori fardhu kifayah. Tidak
boleh kategori diabaikan, diacuhkan, dan dikurangi bobot kewajibannya. Hal itu
disebabkan terdapat banyak perintah dalam Al-Qur’an dan As Sunah untuk
berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar, seperti firman Allah:
“Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan,
memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (Ali Imran:104).
Ayat ini bersifat umum
dan merupakan kewajiban atas setiap individu untuk melaksanakannya disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing. Huruf (من) disitu berarti penjelas. Kalau menjadi
penjelas maknanya jadilah kamu wahai kaum mukminin sebagai umat yang menyeru
kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar
(lihat Jami’ul Bayan oleh At-Thabary 4/26). Atau sebagaimana yang dikatakan
oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir, maksud dari ayat ini adalah jadilah kamu sekelompok
orang dari umat yang melaksanakan kewajiban dakwah.
Kewajiban ini wajib atas
setiap muslim, sebagaimana hadits shohih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah, telah bersabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam , “Barangsiapa yang melihat
kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, kalau tidak mampu,
hendaklah mengubah dengan lisannya, kalau tidak mampu hendaklah mengubah dengan
hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” Dan pada riwayat lain, “Dan setelah
itu tidak ada iman sedikitpun.” (Lihat Tafsil Al-Qur’an Al-‘Azhim, oleh
Al-Hafizh Ibnu Katsir, 1/390).
Jamaah
Jum’at yang berbahagia….
Ingatlah, wahai kaum muslimin
bahwa dakwah Ilallah merupakan kewajiban yang disyari’atkan dan menjadi
tanggung jawab yang harus dipikul kaum muslimin seluruhnya. Artinya setiap
muslim dituntut untuk berdakwah sesuai kemampuannya dan peluang yang
dimilikinya. Oleh sebab itu wajiblah bagi kita untuk semangat berpartisipasi
dalam berdakwah menyebarkan Islam ke mana saja dan di mana saja kita berada.
Dakwah dan amar ma’ruf
merupakan prasyarat khairu ummah. seandainya umat ini tak mau berdakwah, maka
akan mengalami kerugian dan kemunduran dalam pelbagai aspek kehidupan. Sebab
mulianya umat dengan dakwah, dan kerugiannya akibat meninggalkan dakwah. Allah
berfirman:
”Kamu semua
adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma’ruf,
mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110).
Jadi dalam ayat ini dijelaskan
bahwa Allah akan memberikan predikat yang terbaik kepada umat manusia bila
memenuhi tiga syarat yaitu:
1. Menyuruh kepada yang ma’ruf
2. Mencegah dari yang mungkar,
dan
3. Mau beriman kepada Allah.
Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Dakwah merupakan pekerjaan
terbaik, hal itu sesuai dengan firman Allah:
“Siapakah
yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal shalih dan berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri.” (Fushshilat: 33).
Adapun orang yang berdakwah
karena hanya ingin mengharapkan ridha Allah dalam dakwahnya, maka Allah akan
memberikan padanya balasan yang setimpal. Hal itu sesuai dengan sabda
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam :
لِأَنْ يَهْدِيَكَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ
لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ. (رواه مسلم).
“Sungguh jika
Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui engkau (dakwah engkau) maka itu
lebih baik bagimu daripada engkau memiliki onta merah.” (Hadits shahih riwayat Muslim dalam kitab fadha’il,
no. 2406).
Jadi, karena dakwah merupakan
perbuatan terbaik dan pelakunya akan dibalas dengan balasan yang besar. Maka
dengan segera Rasulullah tetap tegar dalam dakwah, walau diganggu, dipersulit
dan meskipun akan dibunuh tidaklah hal itu menghalangi beliau dalam berdakwah
demi tegaknya dien Islam.
Para da’i hendaknya menyadari
bahwa ancaman, intimidasi, dan teror serta ancaman bunuh dari musuh adalah
sunnatullah yang sudah dialami para nabi sebelum Nabi Muhammad dan hal itu akan
berlanjut sampai hari Kiamat.
Jamaah
Jum’at yang berbahagia….
Marilah kita sejenak merenung
dan meresapi untaian di bawah ini. Apa yang dialami Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Salam dan para sahabat dalam berdakwah? Mereka disiksa, diteror ada
yang dibunuh, bahkan ada pula yang diembargo ekonomi dalam jangka waktu yang
lama. Mereka sempat makan rumput-rumputan dan daun-daunan hingga mulut dan
lidah mereka pecah-pecah.
Apa yang dialami Imam empat yang terkenal itu?
Imam Abu Hanifah, beliau
dijebloskan dalam penjara gara-gara berdakwah dan mengatakan yang haq itu haq
dan yang batil itu batil.
Imam Malik, karena menegakkan
kebenaran beliau rela dipukuli sampai kedua tulang belikat beliau hampir lepas
karena kerasnya pukulan.
Imam Syafi’i, gara-gara
membela kebenaran beliau dimasukkan bui dan mau dibunuh oleh raja pada saat
itu.
Imam Ahmad bin Hanbal, yang
pada zamannya ada fitnah dari kaum mu’tazilah bahwa Al-Qur’an adalah makhluk
Allah. Akhirnya, beliau menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah bukan
makhluk. Dari pernyataannya yang tegas itu, beliau dimasukkan bui dan dicambuk
beberapa kali, hingga sebagian algojo yang menyiksa beliau membuat kesaksian
dengan mengatakan, bahwa Imam Ahmad dicambuk sebanyak delapan puluh kali,
jikalau gajah dicambuk seperti itu maka akan mati terkapar. Maka beliau
terkenal dengan sebutan Imam As-Sunnah, karena membela sunnah Rasul
Shallallaahu alaihi wa Salam dan Al-Haq.
Lalu apa yang diderita
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya yang terkenal yaitu Syaikhul Islam
Ats-Tsani Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah?
Ibnu Taimiyah, karena
berdakwah dan membela kebenaran, beliau rela masuk penjara, tak sempat menikah
hingga beliau mati dalam penjara. Kata-kata beliau yang cukup terkenal yang patut
kita ambil pelajaran:
“Apakah yang akan diperbuat
musuh-musuh kepadaku? Jika aku dipenjara, penjaraku adalah khalwat (untuk
beribadah pada Rabb). Jika diasingkan, pengasinganku adalan tamasya. Jika aku
dibunuh, kematianku adalah syahadah. Itulah kata-kata beliau dalam tekadnya
membela kebenaran.
Siapakah yang mampu
menundukkan orang-orang yang segala alternatif perjuangannya adalah serba baik,
sebagaimana beliau? Tidak ada, kecuali Maha Perkasa yang dengannya justru
menaklukkan manusia ke dalam lindungan syari’at Islam nan agung dan penuh
rahmat (Lihat buku Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah oleh Abul Hasan An-Nadawi).
Ibnul Qayyim, dalam membela
kebenaran ia rela diikat badannya lalu diarak keliling kampung dan diludahi
masyarakat, namun beliau tetap tegar dalam berdakwah sampai akhir hayatnya
(Dari kitab Zadul Ma’ad).
Adapun ulama-ulama yang
baru-baru ini meninggalkan kita, yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin
Bazz (2000 M) dan Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani. Mereka adalah
ulama-ulama yang gemar berdakwah dan menyebarkan Islam hingga akhir hayatnya.
Begitu juga Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsai-min yang telah wafat pula (1421 H /
2001 M).
Jamaah
Jum’at yang dimuliakan Allah….
Seorang da’i haruslah pandai
dalam menyampaikan dakwah. Sebab darinyalah satu sebab dari beberapa sebab umat
dapat paham Islam yang benar. Oleh karena itu dakwahnya harus sesuai Al-Qur’an
dan As Sunah serta sesuai dengan manhaj nubuwwah Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Salam . Sebagaimana hal itu sesuai dengan firman Allah:
“Serulah
manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
(An-Nahl: 125).
Seorang da’i haruslah selalu
introspeksi diri, apakah dakwahnya karena Allah atau karena yang lain:
Dalam firman Allah di atas
tadi, kata bil hikmah, Imam Syafi’i memberi komentar: “Setiap hikmah dalam
Al-Qur’an berarti As-Sunnah”.
Dan berkaitan dengan kata
As-Sunah artinya adalah dakwah itu harus mengikuti sunnah Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam, bukan berdakwah mengajak orang pada golongan,
partai tertentu yang marak hari ini, demokrasi, sekularisme dan lain-lain yang
antagonis dengan Islam, silakan lihat komentar Imam Syafi’i dalam kitab
Al-Madkhal fil Aqidah, hal 24.
Jamaah
Jum’at yang berbahagia….
Dakwah itu mempunyai urgensi
yang banyak sekali, namun intinya kurang lebih adalah tersebarnya kebenaran
pada umat manusia (khususnya kaum muslimin), lalu mereka bisa merubah pola
pikir hidupnya dari jelek menjadi baik, dari beribadah kepada makhluk berubah menjadi
beribadah kepada Khaliq. Lalu mereka membela Islam, mendakwahkan Islam
semampunya hingga dengan usaha mereka setelah rahmat Allah manusia masuk Islam
secara berbondong-bondong.
Maka alangkah bahayanya kalau
dakwah itu sampai tidak berjalan, mogok total tanpa ada yang menjalankan, maka
ketika itu adzab Allah akan turun ke bumi menimpa manusia semuanya. Apakah di
dalamnya itu orang beriman atau bukan beriman. Firman Allah:
“Dan
peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim di
antara kamu, dan ketahuilah Allah amat keras siksanya”. (Al-Anfal: 25).
Jamaah
Jum’at yang berbahagia…
Demikian ringkasan dari kutbah
Jum’at yang saya sampaikan, yang intinya sebagai bahan ringkasan dari khutbah
tersebut adalah marilah kita tingkatkan partisipasi kita dalam berdakwah sesuai
dengan kemampuan kita, profesi kita, hingga Allah memanggil kita, karena
keutamaan umat ada dalam dakwah dan kerugian umat akibat meninggalkan dakwah.
Sekali lagi mari kita tingkatkan semangat kita berdakwah sesuai dengan manhaj
salafush shalih. Semoga Allah menolong kita dalam menjalankan perintahNya dan
menjauhi laranganNya. Amin ya Robbal’alamin.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ
كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا
اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا
الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ
وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا
الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ
الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ
وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
0 Response to "Materi Khutbah Terlengkap 2017: Kewajiban Kita Berpartisipasi Dalam Dakwah Ilallah"
Post a Comment