Materi Khutbah Terlengkap 2017: Islam Agama Yang Benar
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ؛
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: {يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ}. {وَمَن يَبْتَغِ
غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ}
وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ
مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ
أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري).
Saudara-saudara kaum Muslimin jamaah Jum’ah yang
berbahagia.
Dalam khutbah jum’ah ini, kami hendak memberikan
nasehat terutama untuk saya sendiri dan untuk jamaah semuanya.
Untuk memperbaiki kualitas ibadah kita, marilah
kita selalu bertaqwa kepada Allah saja, tidak kepada selain-Nya. Selalu
bersyukur kepada Allah setiap waktu, di setiap tempat, dan di setiap keadaan,
atas segala kenikmatan dan karuniaNya yang tidak dapat kita hitung. Juga selalu
menjalankan yang disyari’atkan Allah dan yang disampaikan oleh Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam, dengan cara; semua yang diperintah-kan kita
jalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan; sedangkan yang dilarang
kita tinggalkan, tidak kita lakukan, bahkan mendekatipun jangan.
Saudara-saudara jamaah Jum’ah yang dimuliakan
Allah.
Krisis yang terjadi di Indonesia beberapa tahun
yang lalu sampai saat ini, bukan saja krisis moneter tapi juga krisis
kepercayaan terhadap agama Islam oleh penganutnya sendiri. Krisis kepercayaan
terhadap kebenaran Islam sebagai agama universal dan paripurna tidak dapat
dipungkiri telah melanda banyak orang yang mengaku dirinya beragama Islam. Ini
terbukti dengan gaya hidup mereka yang dilihat secara lahiriyah masih ada saja
kesamaan dengan gaya hidup orang-orang yang nonMuslim. Misalnya dalam masalah
makan minum dengan berdiri dan dengan tangan kiri kaum Muslim masih banyak yang
ikut-ikutan berbuat demikian pada acara-acara resmi, padahal makan dan minum
dengan tangan kiri atau berdiri bukan etika Islami. Sementara kalau melihat
kaum wanita di jalan-jalan, sulit dibedakan antara seorang muslimah dengan
non-muslimah, sebab rambut sama-sama terlihat, betis sama-sama terbuka,
sama-sama menor dalam bersolek bahkan sama-sama berpakaian ketat. Yang mana
semuanya dilarang dalam Islam.
Kaum muslimin yang berbahagia…
Boleh jadi semua itu akibat ketidaktahuan atau
ketidak fahaman. Namun ketidak tahuan itu adalah akibat bahwa kebanyakan kaum
muslimin telah kehilangan kepercayaan terhadap Islam, sehingga mereka cenderung
mengabaikan ajaran-ajarannya. Mempelajari ilmu-ilmu Islam dianggap ketinggalan
jaman.Banyak orang Islam, bahkan kalangan akademik yang beranggapan mempelajari
ilmu-ilmu Islam tanpa dicampur dengan teori-teori ilmu barat, suatu
kemunduran.Tidak sesuai dengan perkembangan jaman dan seterusnya. Bukankah itu krisis
kepercayaan terhadap Islam?
Umumnya seseorang diketahui sebagai seorang
muslim, apabila ia melaksanakan shalat atau ketika diajak berbicara. Hanya
dalam beberapa kalangan atau kawasan saja terdapat suatu kelompok sosial secara
lahiriah tampak sebagai muslim, sebab perempuan-perempuan mereka berjilbab
misalnya.
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, pasti mengimani dan meyakini bahwa hanya Islam sajalah yang terbaik dan
benar, sebagai pedoman beribadah dan pedoman hidup didunia. Sebab ia meyakini
bahwa segala yang dikatakan Allah dan RasulNya pasti benar dan baik.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang ada) di sisi Allah adalah Islam.” (Ali Imran: 19)
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir dalam
tafsirnya mengatakan bahwa ayat tersebut merupakan berita dari Allah Subhannahu
wa Ta'ala bahwa tidak ada agama apapun yang diterima di sisi Allah, kecuali
Islam. Sedangkan Islam ialah ittiba’ (mengikuti) rasul-rasul Allah yang
diutus untuk tiap-tiap masa, sampai akhirnya ditutup dengan rasul terakhir
Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam. Sehingga jalan menuju Allah tertutup
kecuali melalui jalan Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam. Karenanya, siapa
yang menghadap Allah Subhannahu wa Ta'ala setelah diutusnya Nabi Muhammad
Shallallaahu alaihi wa Salam dengan menggunakan agama yang tidak berdasarkan syariat
beliau, maka tidak akan diterima. Seperti halnya firman Allah pada ayat yang
lain:
“Barang
siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) dari padanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85).
Jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah.
Demikian pula pada ayat di atas Allah
memberitahukan tentang pembatasan agama yang diterima di sisiNya, hanyalah
Islam. Dengan kata lain, bahwa selain Islam adalah agama yang batil. Tidak akan
membawa kebaikan dunia dan tidak pula akhirat. Sebab agama selain Islam, tidak
diakui dan tidak dibenarkan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala sebagai pedoman,
baik dalam hal ibadah maupun mu’amalah-mu’amalah duniawi.
Bukankah hanya Allah Subhannahu wa Ta'ala sendiri
Yang Maha Mengetahui dengan cara apa dan pedoman bagaimana, manusia akan
mendapat maslahat hidupnya? Bukankah Dzat Yang Maha Pencipta, yang lebih
mengetahui tentang apa-apa yang diciptakanNya? Dua ayat di atas menunjukkan hal
ini semuanya. Dan kenyataan ini masih ditunjang dengan bukti-bukti lain, yang
paling utama di antaranya adalah Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
“Hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu. Dan telah Aku
sempurnakan nikmatKu untukmu dan Aku telah ridlai Islam sebagai agamamu.” (Al-Maidah: 3).
Dalam kaitannya dengan hal ini seorang tokoh
ulama’ dari Yordania yaitu Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid mengatakan dalam
kitabnya Ilmu Usulil Bida’ bahwa ayat yang mulia ini membuktikan betapa
syariat Islam telah sempurna dan betapa syariat itu telah cukup untuk memenuhi
segala kebutuhan makhluk, jin dan manusia dalam melaksanakan yaitu ibadah,
seperti firman Allah:
“Dan Aku tidak menciptakan jin, dan manusia kecuali supaya mereka
beribadah kepadaKu.” (Adz
Dzari’at: 56).
Artinya kebenaran Islam adalah kebenaran
paripurna, kebenaran menyeluruh dan merupakan kebenaran yang betul-betul
merupakan nikmat Allah yang luar biasa. Betapa tidak, sebab apapun kebutuhan
manusia dalam rangka pengabdian dan peribadatannya kepada penciptanya sudah
tertuang dan tercukupi dalam Islam. Sesungguhnya manusia tidak membutuhkan lagi
petunjuk-petunjuk lain, kecuali Islam.
Kaum Muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Kesempuranaan Islam adalah kesempurnaan yang
meliputi segala aspek, untuk tujuan kebahagiaan masa depan yang abadi dan tanpa
batas. Yaitu kebahagiaan tidak saja di dunia, tetapi di akhirat juga. Karena
itu mengapa orang masih ragu terhadap kebenaran dan kesempurnaan Islam? Mengapa
orang masih mencari alternatif dan solusi-solusi lain?. Islam sudah cukup, tidak
perlu penambahan atau pengurangan untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam.
Kebenaran dan kesempurnaan Islam ini juga telah diakui oleh pemeluk agama lain
selain Islam. Hanya saja banyak di antara mereka sendiri yang menolak, seperti
disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
“Mereka
mengingkari ayat-ayat Allah, padahal diri mereka mengakui kebenarannya,
lantaran kedzaliman dan kecongkakan.” (An-Naml: 14).
Jamaah shalat Jum’at yang berbahagia.
Dari uraian di atas, seluruh ummat Islam harus
merenung ulang mengapa ia harus beragama Islam?. Bagaimana agar ia berada dalam
lingkungan kebenaran?. Seorang pembaharu abad XII Hijriah, Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahab memberikan konsep renungan kepada kita sebagai berikut:
Pertama; Seorang muslim harus merenung dan memahami
bahwa ia diciptakan, diberi rizki dan tidak dibiarkan . Itulah sebabnya Allah
mengutus rasulNya ketengah-tengah manusia. Tidak lain untuk membimbing mereka.
Artinya ia, hidup dan ada di muka bumi karena diciptakan Allah, ia diberi
berbagai fasilllitas, rizki yang lengkap, mulai dari kebutuhan oksigen untuk
bernafas sampai rumah sebagai tempat berteduh dan lain-lainnya sampai hal-hal
yang di luar kesadaran manusia. Semua itu bukan untuk hal yang sia-sia. Di
dalam Al-Qur’an Allah menerangkan:
“Maka
apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami mencipta-kan kamu secara main-main
saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?. Maka Maha Tinggi
Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain
Dia.” (Al-Mukminuun: 115-116).
Karena manusia tidak seperti binatang, yaitu tidak
dibiarkan bebas sia-sia, tidak diabaikan dan tanpa aturan, maka Allah
menghendaki aturan untuk manusia. Tentu hanya Allah yang mengetahui aturan
paling tepat dan membawa maslahat buat manusia, sebab Dia-lah pencipta manusia
dan segenap makhluk lainnya.
Aturan itu adalah yang dibawa oleh Muhammad Rasul
yang diutusNya untuk kepentingan ini. Aturan itu adalah aturan yang menata
kehidupan manusia agar selamat di dunia dan di akhirat kelak. Konsekwensinya,
siapa yang taat kepada rasul-Nya, maka ia akan selamat dan masuk Surga. Sebuah
kesuksesan masa depan yang gemilang, yang didambakan oleh setiap insan yang
berakal sehat dan berfikiran normal.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ
الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا َرُسْولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى:
قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه
البخاري).
“Tiap-tiap ummatku masuk Surga kecuali yang menolak. Ditanyakan kepada
beliau: “Siapa yang menolak ya Rasululllah?” Beliau menjawab: “Siapa yang taat
kepadaku ia akan masuk Surga dan siapa yang durhaka kepadaku maka ia telah
menolak”. (HR. Al-Bukhari).
Jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Konsep yang kedua: Seorang muslim harus memahami
bahwa Allah tidak ridla, jika dalam peribadatan kepadaNya, Dia disekutukan
dengan selainNya. Sekalipun Malaikat yang dekat denganNya ataupun Nabi
utusanNya, sebagaimana firmanNya:
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah
seseorangpun didalamnya disamping (menyembah ) Allah..” (Al-Jin: 18)
Konsep yang ketiga: Jika sudah menjadi orang yang
taat kepada Rasul Allah, dan bertauhid kepada Allah, maka konsekwensi
berikutnya yang harus dipahami adalah prinsip Wala’ dan Bara’. Artinya
loyalitasnya hanya diberikan kepada Allah dan RasulNya dan orang-orang yang
beriman. Sebaliknya ia tidak memberikan kecintaan dan kasih sayangnya kepada
siapapun yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun kerabat terdekatnya.
Kaum
muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Itulah hakikat Islam yang dengan ucapan singkat
berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya;
bersikap patuh terhadapNya dengan cara menjalankan ketentuan-ketentuanNya; dan
bersikap membebaskan diri; mem-benci dan memusuhi kemusyrikan beserta para
pendukungnya.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: قُلْ هَذِهِ سَبِيْلِيْ أَدْعُوْ إِلَى اللهِ عَلَى
بَصِيْرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَا مِنَ
المْشُرْكِيِنْ.َ
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ؛ قَالَ اللهُ تَعَالَى: اَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَنَّ
مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ.
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah…
Berdasarkan keterangan dan uraian kami pada
khutbah pertama, maka ummat Islam hendaknya benar-benar mampu membuktikan bahwa
syari’at Islam yang akan menghantarkan pemeluknya menuju sukses hidup di dunia
dan di akhirat, Sedangkan agama lain selain Islam jelas batil dan tidak
bermanfaat.
Sebagai bukti seorang telah mempercayai Islam
sebagai agama yang benar, maka ia harus mengikuti dan taat kepada Rasul Nya,
bertauhid kepada Allah dan hanya memberikan loyalitasnya kepada Allah,
RasulNya, dan kaum Muslimin, serta memberikan permusuhan kepada musuh-musuh
Allah dan RasulNya.
Sedangkan jalan ke sana sekarang harus ditempuh
dengan tashfiyah (pemurnian) dan tarbiyah (pendidikan), sebab
ajaran Islam telah banyak disusupi ajaran-ajaran asing, yang dianggap merupakan
bagian dari ajaran-ajaran Islam.
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ
قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ
فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
0 Response to "Materi Khutbah Terlengkap 2017: Islam Agama Yang Benar"
Post a Comment