Materi Khutbah Terlengkap 2017: Mengemis Bukan Tradisi Islam
Khutbah
Pertama:
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ
وَحَذَّرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، اَلْوَاحِدُ الْقَهَّاُر،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، سَيِّدُ اْلأَبْرَارِ.
فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ
هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Saudara-saudara kaum muslimin, jamaah jum’ah yang
berbahagia!
Sudah sering kita melihat
antrian peminta-minta baik yang datang kerumah-rumah, di tengah jalan ataupun
yang sudah punya jadwal mingguan tersendiri yaitu pada hari jum’ah, tatkala
para jamaah bubar dan selesai melaksanakan shalat jum’ah mereka
berbondong-bondong mencegat setiap orang untuk dimintai sedekah dan anehnya hal
ini bukan suatu yang tabu lagi bagi kalangan ummat Islam, Mungkin karena selalu
mendapat santunan yang sudah dapat menutupi sebagian kebutuhan hidup mereka
ditambah mudahnya pekerjaan ini didapatkan sehingga profesi sebagai pengemis
ini pun menjamur dimana-mana bahkan menjadi sumber mata pencaharian hidup.
Yang sering menimbulkan salah
faham adalah adanya ungkapan: “Jangan memberi sedekah kepada peminta-minta!”,
kenapa kita dilarang memberikan sedekah kepada mereka?, padahal agama selalu
menganjurkan untuk selalu memberi sedekah, bahkan Allah telah menggambarkan
betapa besarnya pahala bagi orang yang suka bersedekah. Sebagaimana firmanNya
yang berbunyi.
Artinya: “Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui”.
(Al-Baqarah: 261)
Islam mencela pengangguran dan
peminta-minta. Agama Islam yang bersifat universal tidak saja berbicara masalah
ritual dan spiritual tapi juga menyoroti segala permasalahan sosial yang selalu
dihadapi ummat manusia. Salah satunya adalah masalah pengangguran dan
peminta-minta yang sangat dicela oleh Islam, sebab hal ini merugikan
masyarakat.
Pertama, pengangguran
dan peminta-minta menyebabkan tenaga manusia bersifat konsumtif, tidak
produktif akibatnya mereka menjadi beban masyarakat.
Kedua,
pengangguran dan peminta-minta adalah sumber kemiskinan, sedangkan kemiskinan
merupakan bumi yang subur bagi tumbuh dan berjangkitnya berbagai macam kejahatan.
Karena itulah Islam sangat
menentang pengangguran dan mencela orang-orang yang tidak mau bekerja padahal
sebenarnya mereka mampu bekerja.
Memberantas kemiskinan
Islam yang datang sebagai
pembebas bagi seluruh ummat manusia selalu menganjurkan bagi setiap pengikutnya
untuk memberikan sedekah, bahkan sedekah dengan predikat zakatpun sudah menjadi
kewajiban. Dan Islam sendiri mempunyai tujuan tertentu dalam bidang harta
dintaranya adalah memberantas kemiskinan secara bertahap, melarang hidup dalam kehinaan
serta mendistribusikan keadilan secara merata.
Bukan Tradisi Islam. Islam
mengajarkan kita untuk selalu bersedekah dan memberikan pertolongan kepada
orang yang memerlukan tetapi Islam tidak mengajarkan pengikutnya menjadi
peminta-minta atau pengemis, bahkan Rasulullah sendiri pernah menjelaskan bahwa
orang yang membawa tambang pergi kegunung mencari kayu lalu dijual untuk makan
dan bersedekah lebih baik dari pada meminta-minta kepada orang, sebagaimana
sabdanya yang berbunyi:
وَالَّذِيْ
نَفْسِيْ بِيَدِهِ لأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبُ عَلَى
ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَأْتِيَ رَجُلاً فَيَسْأَلُهُ أَعْطَاهُ أَوْ
مَنَعَهُ. (أخرجه البخاري).
Artinya: “Demi
jiwaku yang berada di tanganNya sungguh seseorang yang mengambil tali di antara
kalian kemudian dia gunakan untuk mengangkat kayu di atas punggungnya lebih
baik baginya daripada ia mendatangi orang kemudian ia meminta-minta kepadanya
yang terkadang ia diberi dan terkadang ia tidak diberi olehnya”. (HR.
Al-Bukhari).
Dan beliau juga memberikan
uswah kepada kita agar jangan meminta pertolongan selama kita masih mampu untuk
mengerjakannya. Bukan berarti kita ingin menghindari kewajiban kita sebagai
muslim dan sebagai makhluk sosial, yang walau bagaimanapun diantara mereka yang
meminta-minta tersebut memang pantas mendapatkan sedekah, tetapi kita hanya
berhati-hati agar jangan sampai terjerumus dan terjebak pada orang-orang yang
hanya menggunakan pekerjaan mengemis sebagai topeng dan menampak luaskan
kemiskinan dan terlebih lagi yang kita takutkan adanya anggapan bahwa Islam
adalah agama bagi orang miskin dan terbelakang.
Oleh karenanya hendaklah para
da’i atau pendakwah Islam tidak hanya membatasi dakwahnya dalam masalah ritual
dan spiritual belaka, karena Islam tidak hanya terbatas pada hubungan vertikal
antara Tuhan dan manusia tapi Islam juga mengajarkan hubungan horisontal yaitu
hubungan antara manusia, sehingga jika sistem keseimbangan yang diajarkan ini
benar-benar diterapkan akan dapat menciptakan masyarakat yang baik atau
baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur.
Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan ini
jelaslah saudara-saudara!, bahwa Islam sangat mencela orang yang tak mau
berusaha dan hanya bisa meminta-minta, apalagi dengan berdalih bahwa pekerjaan
mengemis kepengemisan dan kemiskinan itu sudah ditakdirkan Allah Subhannahu wa
Ta'ala . Padahal Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam pernah bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ
عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُوْ
خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا. (الترمذي وابن ماجه).
Artinya: “Sekiranya
kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, tentu Allah
memberi rizki kepadamu, seperti halnya Allah memberikan rizki kepada burung
yang pergi dalam keadaan lapar, tetapi pulang dalam keadaan kenyang”. (HR.
, Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah shahih dan Al-Hakim dari Umat)
Kemudian bagi orang-orang kaya
jangan hanya bisa menumpuk harta dan berfoya-foya tanpa peduli bahwa di dalam
harta mereka terdapat hak peminta-minta dan orang yang hidup di dalam kekurangan,
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh surah Adz-Dzariyat ayat 19 yang
berbunyi:
Artinya: “Dan
pada harta-harta mereka ada hak untuk orang-orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian”. (Adz-Dzariyat: 19).
Bahkan kalau kita telaah
kembali beberapa ayat Al-Qur’an yang turun di Mekkah sangat mengecam arogansi
orang-orang kaya Mekkah yang tidak perduli terhadap fakir, miskin, dan
anak-anak yatim. Allah menegaskan dalam firmanNya:
Artinya: “Tahukah
kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”. (Al-Ma’un: 1-3).
Dalam ayat di atas sangat
jelas bahwa orang yang mendustakan agama / hari Qiamat disejajarkan dengan
orang yang mencampakkan anak yatim dan tidak menganjurkan orang lain untuk
menyantuni fakir miskin. Betapa hinanya derajat orang yang seperti ini dan tak
ada tempat yang lebih layak baginya selain kawah api Neraka yang membara.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ
مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْكَامِلِيْنَ الْمُؤَدِّيْنَ لِوَاجِبَاتِهِمْ مَعَ
الْمُخْلِصِيْنَ السَّائِلِيْنَ. أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.
Khutbah
Kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا}
وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ
أَجْرًا}
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
0 Response to "Materi Khutbah Terlengkap 2017: Mengemis Bukan Tradisi Islam"
Post a Comment