Materi Khutbah Terlengkap 2017: Takwa Kunci Kehidupan Yang Hakiki
Khutbah Pertama:
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى
اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ
الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ
وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Para hadirin yang berbahagia…...
Pada hakekatnya tak ada
penyejuk yang benar-benar menyegarkan, dan tak ada obat yang paling mujarab
selain taqwa kepada Allah. Hanya taqwa
kepadaNyalah satu-satunya jalan keluar dari berbagai problem kehidupan, yang
mendatangkan keberkahan hidup, serta menyelamatkan dari adzabNya di dunia
maupun di akhirat nanti, karena taqwa jualah seseorang akan mewarisi Surga
Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Saudara-saudara yang berbahagia….
Pengertian taqwa itu sendiri
mengandung makna yang bervariasi di kalangan ulama. Namun semuanya bermuara
kepada satu pengertian yaitu seorang hamba meminta perlindungan kepada Allah
Subhannahu wa Ta'ala dari adzabNya, hal ini dapat terwujud dengan melaksanakan
apa yang di perintahkan-Nya dan menjauhi apa yang di larang-Nya.
Para hadirin yang berbahagia….
Bila kata taqwa disandarkan
kepada Allah maka artinya takutlah kepada kemurkaanNya, dan ini merupakan
perkara yang besar yang mesti ditakuti oleh setiap hamba. Imam Ahmad bin Hambal
Radhiallaahu anhu berkata, “Taqwa adalah meninggalkan apa-apa yang dimaui oleh
hawa nafsumu, karena engkau takut (kepada Dzat yang engkau takuti)”. Lebih
lanjut ia mengatakan, “Takut kepada Allah, ridha dengan ketentuanNya dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kiamat nanti.”
Para hadirin yang berbahagia….
Pada hakekatnya Allah
Subhannahu wa Ta'ala mewasiatkan taqwa ini, bukan hanya pada umat Nabi
Muhammad, melainkan Dia mewasiatkan kepada umat-umat terdahulu juga, dan dari
sini kita bisa melihat bahwa taqwa merupakan satu-satunya yang diinginkan
Allah. Allah Subhannahu wa Ta'ala menghimpun seluruh nasihat dan dalil-dalil,
petunjuk-petunjuk, peringatan-peringatan, didikan serta ajaran dalam satu
wasiat yaitu Taqwa.
Hadirin yang berbahagia…..
Pernah suatu ketika Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam berwasiat mengenai taqwa, dan kisah ini diriwayatkan
oleh Irbadh bin Sariyah bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam shalat
subuh bersama kami, kemudian memberi nasihat dengan nasihat yang baik yang
dapat meneteskan air mata serta menggetarkan hati yang mendengarnya. Lalu berkatalah
salah seorang sahabat, “Ya Rasulullah, sepertinya ini nasihat terakhir oleh
karena itu nasihatilah kami”. Lalu Nabi bersabda:
أَوْصِيْكُمْ
بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا،
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ
بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا
عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ
بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.
Artinya: “Aku
wasiatkan kepadamu agar kamu bertaqwa kepada Allah, mendengar dan mentaati,
sekalipun kepada budak keturunan Habsyi. Maka sesungguhnya barangsiapa di
antara kamu hidup (pada saat itu), maka dia akan menyaksikan banyak perbedaan
pendapat. Oleh karena itu hendaklah kamu mengikuti sunnahku dan sunnah
khulafaurrasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah kuat-kuat dengan gigi
gerahammu (peganglah sunnah ini erat-erat). Dan berwaspadalah kamu terhadap
perkara yang diada-adakan (bid’ah) karena setiap bid’ah itu sesat”. (HR. Ahmad
IV:126-127; Abu Dawud, 4583; Tarmidzi, 2676, Ibnu Majah, 43; Ad-Darimi 1:44-45;
Al-Baghawi, 1-205, syarah dan As Sunnah, dan Tarmidzi berkata, hadits ini hasan
shahih, dan shahih menurut Syaikh Al-Albani).
Hadirin yang berbahagia…..
Tentang sabda Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam: “Aku wasiatkan kepadamu agar kamu bertaqwa kepada Allah,
mendengar dan mentaati”, tersebut di atas, Ibnu Rajab berkata, bahwa kedua kata
itu yaitu mendengar dan mentaati, mempersatukan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun taqwa merupakan penjamin kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Hadirin sidang Jum’at yang berbahagia…..
Di samping itu taqwa juga
merupakan sebaik-baiknya pakaian dan bekal orang mu’min, hal ini seperti yang
digambarkan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam firmanNya surat Al-A’raaf
ayat 26 dan Al-Baqarah ayat 197. Allah berfirman:
Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang terbaik. (Al-A’raaf: 26).
Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang terbaik. (Al-A’raaf: 26).
Allah Ta'ala menganugerahkan
kepada hamba-hambaNya pakaian penutup aurat (al-libas) dan pakaian indah
(ar-risy), maka al-libas merupakan kebutuhan yang harus, sedangkan ar-risy
sebagai tambahan dan penyempurna, artinya Allah menunjuki kepada manusia bahwa
sebaik-baik pakaian yaitu pakaian yang bisa menutupi aurat yang lahir maupun
batin, dan sekaligus memper-indahnya, yaitu pakaian at-taqwa.
Qasim bin Malik meriwayatkan dari ‘Auf dari Ma’bad Al-Juhani berkata, maksud pakaian taqwa adalah al-hayaa’ (malu). Sedangkan Ibnu Abbas berpendapat bahwa pakaian taqwa adalah amal shalih, wajah yang simpatik, dan bisa juga bermakna segala sesuatu yang Allah ajarkan dan tunjukkan.
Qasim bin Malik meriwayatkan dari ‘Auf dari Ma’bad Al-Juhani berkata, maksud pakaian taqwa adalah al-hayaa’ (malu). Sedangkan Ibnu Abbas berpendapat bahwa pakaian taqwa adalah amal shalih, wajah yang simpatik, dan bisa juga bermakna segala sesuatu yang Allah ajarkan dan tunjukkan.
Adapun taqwa sebagai
sebaik-baiknya bekal sebagaimana tertuang dalam firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 197:
“Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepadaKu, hai
orang-orang yang berakal”
Para hadirin yang berbahagia….
Ibnu Katsir rahimahullah
menafsirkan ayat tersebut, dengan menyatakan bahwa kalimat “sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah taqwa”, menunjukkan bahwa tatkala Allah memerintahkan
kepada hambaNya untuk mengambil bekal dunia, maka Allah menunjuki kepadanya
tentang bekal menuju akhirat (yaitu taqwa).
Para hadirin yang berbahagia…..
Seandainya kita mampu
mengaplikasikan atau merealisasikan, kedua ayat di atas bukanlah suatu hal yang
mustahil, dan itu merupakan modal utama bagi kita untuk bersua kepada Sang
Pencipta. Saudara-saudara yang berbahagia, banyak sekali faktor-faktor
penunjang agar kita bisa merasakan ketaqwaan tersebut, di antaranya:
1. Mahabbatullah
2. Muraqabatullah (merasakan adanya pengawasan Allah)
3. Menjauhi penyakit hati
4. Menundukkan hawa nafsu
5. Mewaspadai tipu daya syaitan
2. Muraqabatullah (merasakan adanya pengawasan Allah)
3. Menjauhi penyakit hati
4. Menundukkan hawa nafsu
5. Mewaspadai tipu daya syaitan
1. Mahabbatullah
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
“Mahabbah itu ibarat pohon (kecintaan) dalam hati,
akarnya adalah merendahkan diri di hadapan Dzat yang dicintainya, batangnya
adalah ma’rifah kepadaNya, rantingnya adalah rasa takut kepada (siksa)Nya,
daunnya adalah rasa malu terhadapNya, buah yang dihasilkan adalah taat
kepadaNya, bahan penyiramnya adalah dzikir kepadaNya, kapan saja, jika
amalan-amalan tersebut berkurang maka berkurang pulalah mahabbahnya kepada
Allah”. (Raudlatul Muhibin, 409, Darush Shofa).
2.
Merasakan adanya
pengawasan Allah.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah
melihat apa-apa yang kamu kerjakan”. (Al-Hadid: 4).
Makna ayat ini, bahwa Allah mengawasi dan menyaksikan
perbuatanmu kapan saja dan di mana saja kamu berada. Di darat ataupun di laut,
pada waktu malam maupun siang. Di rumah kediamanmu maupun di ruang terbuka.
Segala sesuatu berada dalam ilmuNya, Dia dengarkan perkataanmu, melihat tempat
tinggalmu, di mana saja adanya dan Dia mengetahui apa yang kamu sembunyikan
serta yang kamu fikirkan”. (Tafsir Al-Qur’anul Adzim, IV/304).
3.
Menjauhi penyakit
hati
Para hadirin.
Para hadirin.
Di dunia ini tidak ada yang namanya kejahatan dan
bencana besar, kecuali penyebabnya adalah perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat.
Adapun penyebab dosa itu teramat banyak sekali, di antaranya penyakit hati,
penyakit yang cukup kronis, yang menimpa banyak manusia, seperti dengki, yang
tidak senang kebahagiaan menghinggap kepada orang lain, atau ghibah yang selalu
membicarakan aib orang lain, dan satu penyakit yang tidak akan diampuni oleh
Allah yaitu Syirik. Oleh karena itu mari kita berlindung kepada Allah
Subhannahu wa Ta'ala dari penyakit itu semua.
4.
Menundukkan hawa
nafsu
Apabila kita mampu menahan dan menundukkan hawa nafsu,
maka kita akan mendapatkan kebahagiaan dan tanda adanya nilai takwa dalam
pribadi kita serta di akhirat mendapat balasan Surga. Seperti firman Allah yang
artinya:
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada Tuhannya dan menahan diri dari keinginan nafsunya, maka sesungguhnya Surgalah tempat tinggalnya.” (An-Nazi’at: 40-41)
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada Tuhannya dan menahan diri dari keinginan nafsunya, maka sesungguhnya Surgalah tempat tinggalnya.” (An-Nazi’at: 40-41)
5.
Mewaspadai tipu
daya syaithan
Para hadirin yang berbahagia.
Para hadirin yang berbahagia.
Seperti kita ketahui bersama bahwasanya syaithan
menghalangi orang-orang mu’min dengan beberapa penghalang, yang pertama adalah
kufur, jikalau seseorang selamat dari kekufuran, maka syaithan menggunakan
caranya yang kedua yaitu berupa bid’ah, jika selamat pula maka ia menggunakan
cara yang ketiga yaitu dengan dosa-dosa besar, jika masih tak berhasil dengan
cara ini ia menggoda dengan perbuatan mubah, sehingga manusia menyibukkan
dirinya dalam perkara ini, jika tidak mampu juga maka syaithan akan menyerahkan
bala tentaranya untuk menimbulkan berbagai macam gangguan dan cobaan silih
berganti.
Saudara-saudara yang
berbahagia, maka tidak diragukan lagi, bahwa mengetahui rintangan-rintangan yang
dibuat syaithan dan mengetahui tempat-tempat masuknya ke hati anak Adam dari
bujuk rayu syaithan merupakan poin tersendiri bagi kita.
Para hadirin yang berbahagia,
demikianlah apa-apa yang bisa saya sampaikan, marilah kita berharap kepada
Allah semoga kita termasuk orang-orang yang Muttaqin yang selalu istiqomah pada
jalanNya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِيِمْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ
مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ
وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.
0 Response to "Materi Khutbah Terlengkap 2017: Takwa Kunci Kehidupan Yang Hakiki"
Post a Comment