Materi Khutbah Terlengkap 2017: Perjuangan Menuju Masyarakat Tauhid
Khutbah Pertama:
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Saudara-saudara sekalian, sidang jamaah Jum’ah
rahimakumullah..
Dari mimbar yang kita muliakan
ini, ijinkanlah khatib mengajak kepada diri khotib sendiri, dan juga kepada
saudara-saudara sekalian, marilah kita selalu bertaqwa kepada Allah Subhannahu
wa Ta'ala . Selalu bertaqwa dalam arti yang sebenarnya dan selurus-lurusnya.
Menjalan-kan secara ikhlas seluruh perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala,
kemudian menjauhi segenap larangan-larangan Nya. Marilah kita lebur hati dan
jasad kita kedalam lautan Taqwa yang luasnya tak bertepi. Marilah kita isi
setiap desah nafas kita dengan sentuhan-sentuhan Taqwa. Sebab, hanya dengan
Taqwa ... InsyaAllah ... kita akan memperoleh kebahagiaan hakiki di akherat yang
abadi nanti atau kebahagiaan hidup di dunia fana ini.
Kaum muslimin A’azzakumullah…
Apabila kita mencermati
kondisi lingkungan sekitar kita, pasti akan kita akan prihatin. Kalau nurani
kita masih bersih, pasti kita akan mengelus dada menyaksikan babak demi babak
kehidupan yang kini berkembang betapa tidak saudara-saudaraku ... saat ini
nyaris dalam seluruh sektor kaum muslimin terpuruk. Dalam segi aqidah banyak
sekali umat Islam yang menganut keyakinan-keyakinan syirik, menyekutukan Allah
dalam hal ibadah. Perdukunan merajalela, penyembahan terhadap ahli kubur masih
dilakukan, pengagungan yang berlebihan terhadap seorang tokoh masih banyak kita
jumpai. Perilaku ini menurut syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab, termasuk kategori
syirik (kitab tauhid).
Kemudian dalam aspek politik,
yang tampil hanyalah permainan yang keruh penuh rekayasa, dan retorika semu.
Dalam bidang ekonomi sistem keuangan riba’ yang diharamkan Allah masih
mendominasi kehidupan. Akibatnya adalah makin lebarnya jurang antara si kaya
dan si miskin. Sementara itu, dalam lapangan sosial budaya kita disuguhi
kebobrokan moral generasi muda masa kini. Setiap hari kita menyaksikan beragam
kemaksiatan seperti: perzinaan, pemerkosaan, pembunuhan, kasus narkoba dan
sebagainya.
Saudara-saudara sekalian kaum
muslimin rahimakumullah
Menyimak keadaan yang kita sebutkan tadi, kita jadi ingat firman Allah surat Ar- Ruum ayat 41:
Menyimak keadaan yang kita sebutkan tadi, kita jadi ingat firman Allah surat Ar- Ruum ayat 41:
Artinya: “Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena ulah perbuatan tangan
nafsu manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Rasa-rasanya, firman Allah ini
benar-benar cocok dengan yang kita alami sekarang ini. Memang, jama’ah sekalian
..
Ummat dan bangsa ini sedang
berada dalam bahaya besar. Kerusakan telah menyebar dalam berbagai tempat dan
waktu. Yang menjadi pertanyaan adalah: Kanapa semua ini bisa terjadi? Dan
bagaimana cara mengobatinya berdasarkan ajaran Allah Subhannahu wa Ta'ala ?
Pertanyaan pertama, yakni,
kenapa kerusakan-kerusakan itu bisa terjadi, jawabnya adalah karena ummat ini
terputus dari tuntunan agamanya. Ya, sudah sekian lama, ummat Islam ini jauh
dari nilai-nilai Islam itu sendiri. Ada jarak antara ummat di satu sisi dengan
ajaran Islam di sisi lain, sehingga kehidupan sehari-hari kaum muslimin sama
sekali tidak mencerminkan ajaran agamanya. Bahkan, adakalanya ummat Islam
merasa asing terhadap nilai-nilai dien-nya sendiri. Satu contoh kasus, misalnya
masalah hijab bagi kaum wanita. Kaum wanita yang menutup aurat malah dikatakan
sebagai orang yang nyeleneh.
Padahal sebenarnya merekalah
yang justru melaksanakan perintah Allah. Kondisi ini telah jauh-jauh hari
diperingatkan oleh: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Dalam sebuah
hadits beliau bersabda:
: بَدَأَ اْلإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا
بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ.
“Islam itu
pada mulanya asing, dan nanti akan kembali menjadi asing seperti semula. Maka
beruntunglah orang yang asing.”
Saudara-saudara sekalian, jamaah jum’ah yang berbahagia…
Sekarang ini pun tengah
menggejala dikalangan kaum muslimin sebuah paham yang biasa disebut sebagai
sekulerisme (‘ilmaniyah). Paham ini mengajarkan bahwa kehidupan dunia harus
dipisahkan dari masalah agama. Menurut mereka, dunia ya dunia, jangan bawa
masalah agama. Soal agama adalah soal pribadi. Oleh karena itu, menurut paham
ini, dalam masalah hubungan sesama manusia, seperti cara bergaul, cara
berpakaian maupun cara berekonomi cukup diserahkan pada rasio atau akal manusia
saja. Sehingga, merekapun menyombongkan diri dengan meninggalkan ajaran Allah
Subhannahu wa Ta'ala terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Ajaran sekulerisme inilah yang
menjadi tantangan kita dewasa ini. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh
Syaikh Muhammad Abdul Hadi Al-Misri dalam kitabnya “Mauqif Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah Minal ‘ilmaniyah” (Sikap Ahlus Sunnah terhadap Sekulerisme). Menurut
beliau, cara hidup sekuler jelas sekali bertentangan dengan prinsip-prinsip
tauhid. Sekulerisme (‘ilmaniyah) berusaha menegakkan kehidupan di dunia tanpa
campur tangan agama, atau yang lazim disebut La diniyyah .
Sehingga tata kehidupan yang
mereka bangun bukanlah tata kehidupan yang bersumber dari wahyu Allah
Subhannahu wa Ta'ala . Dengan kata lain, sekulerisme berhukum dengan
aturan-aturan selain Allah. Padahal Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
Artinya: “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Dan hukum siapakah yang lebih baik dari pada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50).
Dalam tafsir Ibnu Katsir di sebutkan (tentang ayat ini): “Allah Subhannahu wa Ta'ala mengingkari setiap orang yang keluar dari hukumNya yang jelas, yang meliputi segala kebaikan dan melarang segala kejelekan, lalu berpaling kepada pendapat-pendapat, hawa nafsu dan istilah-istilah yang diletakkan oleh manusia tanpa bersandar kepada syari’at Allah. Seperti sikap kaum jahiliyah dahulu yang berhukum dengan hukum yang menampakkan kesesatan dan kebodohan yang mereka buat sendiri berdasarkan hawa nafsu mereka “. (Tafsir Ibnu Katsir Juz 2: 67)
Artinya: “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Dan hukum siapakah yang lebih baik dari pada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50).
Dalam tafsir Ibnu Katsir di sebutkan (tentang ayat ini): “Allah Subhannahu wa Ta'ala mengingkari setiap orang yang keluar dari hukumNya yang jelas, yang meliputi segala kebaikan dan melarang segala kejelekan, lalu berpaling kepada pendapat-pendapat, hawa nafsu dan istilah-istilah yang diletakkan oleh manusia tanpa bersandar kepada syari’at Allah. Seperti sikap kaum jahiliyah dahulu yang berhukum dengan hukum yang menampakkan kesesatan dan kebodohan yang mereka buat sendiri berdasarkan hawa nafsu mereka “. (Tafsir Ibnu Katsir Juz 2: 67)
Jama’ah jum’ah rahimakumullah ...
Padahal, tauhid yang merupakan
fondasi agama Islam, merupakan sebuah keyakinan yang menyandarkan seluruh aspek
kehidupan hanya kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Menurut Syaikh Muhammad bin
Jamil Zainu dalam kitabnya “ Al-Firqotun Naajiyah” (Golongan Yang Selamat)
menyatakan bahwa yang dimaksud tauhid adalah mengesakan Allah dengan beribadah.
Di mana Allah Subhannahu wa Ta'ala menciptakan alam semesta ini tidak lain
hanyalah agar beribadah. Firman Allah:
“Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembahKu.” (QS. Ad-Dzariyat: 56).
“Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembahKu.” (QS. Ad-Dzariyat: 56).
Di dalam kitabnya yang lain,
yakni yang berjudul “Hudz Aqidataka Minal Kitab was Sunnah” Syaikh Muhammad bin
Jamil Zainu menegaskan bahwa tauhid merupakan salah satu syarat diterimanya
amal seseorang. Artinya, tanpa keberadaan tauhid, amal seberapa pun banyaknya
tidak akan diterima Allah .
Demikianlah saudara sekalian, jama’ah rahimakumullah…
Jelas sekali, bahwa kehidupan
sekulerisme yang kini meng-gejala dengan kebebasannya, amat bersebrangan dengan
tauhid, fondasi ajaran agama kita. Oleh karena itu kita semua harus waspada terhadap
konsep hidup sekuler itu. Kemudian, bagaimanakah solusinya, bagaimanakah
menye-lesaikan serangkaian problem-problem yang kita bicarakan tadi? Bagaimana
agar kita bisa keluar dari fitnah yang begitu banyak tersebut?
Saudara sekalian ...
Resepnya tidak ada lain
kecuali kembali kepada Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi Muhammad
Shallallaahu alaihi wa Salam dengan pemahaman salafus shalih. Sebab, mengikuti
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi adalah jalan satu-satunya menuju keselamatan. Melalui
langkah ini ada jaminan yang kuat bagi kita untuk menyelesaikan berbagai
kemelut yang menimpa kita. Ketika Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dan
sahabatnya di Mekkah, yakni di awal-awal beliau menyampaikan wahyu, situasinya
hampir sama dengan keadaan yang kita hadapi saat ini. Yaa, hampir sama. Hanya
bentuknya saja yang berbeda, namun inti dan subtansinya tidak berbeda. Kalau
dulu ada perzinaan, misalnya, sekarangpun banyak perzinaan dengan berbagai
model.
Oleh karena itu, untuk
mengobati kondisi ummat yang seperti sekarang ini, tidak bisa tidak, kita harus
memulai sebagaimana Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam membina ummat. Masalah
tauhid, harus dibenahi terlebih dahulu, sebelum urusan-urusan lainnya. Sebab,
seperti itulah yang juga dilakukan para salafus shalih. Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ.
“Sebaik-baiknya
manusia adalah pada generasiku, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian
orang-orang setelah mereka”. (HR.
Mutafaq ‘alaih).
Saudara-saudara sekalian…
Sebagaimana saya sebutkan
diatas, bahwa tauhid adalah fondasi agama Islam. Maka kalau fondasi ini roboh,
roboh pula bangunan Islam yang lain. Sebaliknya, kalau tauhid ummat ini kuat
berarti fondasi yang menopang seluruh bangunan Islam itu pun kuat juga. Dengan
demikian mengembangkan tauhid merupakan masalah yang sangat strategis bagi
upaya membangkitkan kembali ummat ini. Upaya-upaya untuk membangun kembali umat
Islam, yang tidak memulai langkahnya dari pembinaan tauhid sama artinya dengan
membangun rumah tanpa fondasi. Sia-sia belaka.
Oleh karena itu, pembinaan
tauhid harus menjadi program yang harus diprioritaskan oleh seluruh kalangan
kaum muslimin ini. Pembinaan tauhid sebagaimana yang difahami salafus shalih
harus disosialisasikan kepada seluruh ummat. Sehingga mereka memahami jalan
kehidupan yang benar, meninggalkan pola hidup yang bengkok.
تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا
بَعْدَهُمَا، كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ.
“Telah aku
tinggalkan bagimu dua perkara yang tak akan tersesat darimu setelah berpegang
pada keduanya: Kitabullah dan Sunnahku.” (Dishahihkan
Al-Albani dalam kitab Al-Jami’, diambil dari kitab Al-Firqatun Naajiyah)
Dalam hadits yang disebutkan, Ibnu Mas’ud berkata:
خَطَّ رَسُوْلُ اللهِ n خَطًّا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ:
هَذَا سَبِيْلُ اللهِ مُسْتَقِيْمًا. وَخَطَّ خُطُوْطًا عَنْ يَمِيْنِهِ
وَشِمَالِهِ، ثُمَّ قَالَ: هَذِهِ السُّبُلُ لَيْسَ مِنْهَا سَبِيْلٌ إِلاَّ
عَلَيْهِ شَيْطَانٌ يَدْعُوْ إِلَيْهِ. ثُمَّ قَرَأَ قَوْلَهُ تَعَالَى: وَأَنَّ
هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ
فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam membuat garis
dengan tangannya, seraya bersabda kepada kami: “Ini jalan Allah yang lurus.” Dan beliau membuat garis-garis banyak
sekali dikanan kirinya, seraya bersabda: “Ini jalan-jalan yang tak satu pun
terlepas dari intaian syetan untuk menyesatkan”. Kemudian beliau membaca ayat
153 surat Al-An’am: “Dan bahwa yang Kami perintahkan ini adalah jalanKu yang
lurus. Maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain.
Karena jalan-jalan lain itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian
itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (HR.Ahmad dan Nasa’i,
Shahih)
Saudara sekalian, sidang jama’ah jum’ah
rahimakumullah…
Kalau kita meneladani
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam maka yang pertama kali beliau serukan
adalah masalah tauhid. Sebelum membicarakan hal-hal lain, beliau selama kurang
lebih 13 tahun di Mekkah menda’wahkan konsep pengesaan Allah Subhannahu wa
Ta'ala ini kepada sahabat-sahabat beliau. Dengan tauhid beliau membangun ummat.
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ، أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا
وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah
Kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Pada khutbah kedua ini,
kembali saya mengajak kepada diri saya sendiri dan jama’ah sekalian. Marilah
kita bertaqwa dengan taqwa yang sebenar-benarnya kepada Allah Subhannahu wa
Ta'ala . Marilah kita mempelajari Islam ini dari landasannya yang paling asasi
yakni tauhid. Marilah kita hidupkan budaya mempelajari tauhid dalam kehidupan
beragama kita sebelum yang lain-lainnya.
Sebagai ringkasan dari khutbah
yang pertama, bisa saya simpulkan bahwa kondisi ummat yang carut marut sekarang
ini; banyaknya kesyirikan dan bid’ah, merebaknya budaya sekulerisme (kehidupan
tanpa tuntunan agama), meggejalanya berbagai fitnah hanya bisa di atasi dengan
kembali kepada sumber ajaran kita yang murni yakni Al-Qur’an dan Sunnah.
Sementara itu berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman salafus shalih
itu, langkah awal dalam membangun masyarakat adalah dengan menanamkan tauhid.
Sebab yang diseru Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam pertama kali di
Mekkah adalah tauhid, sebelum menyeru masalah-masalah lain.
Oleh karena itu, jama’ah
sekalian, sudah waktunya meraih kembali jalan kebenaran tersebut. Sudah lama
kita terperosok dalam lubang kebodohan. Kita terlalu sering mengulang kesalahan
serupa. Solusinya adalah kita pelajari kembali Islam ini dari masalah tauhid.
Semoga Allah membimbing kita semua. Amin.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ بِهِ عِبَادُكَ الصَّالِحُوْنَ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ بِكَ مِنْهُ عِبَادُكَ الصَّالِحُوْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ بِهِ عِبَادُكَ الصَّالِحُوْنَ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ بِكَ مِنْهُ عِبَادُكَ الصَّالِحُوْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.