Kumpulan Makalah Olahraga: Makalah Sejarah Olahraga Renang Indonesia
MAKALAH SEJARAH RENANG INDONESIA
Oleh: Muhammad Akbar
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas
Negeri Makassar
Akbarusamahbinsaid.@gmail.com
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah. Kami memuji-Nya, memohon pertolon-gan kepada-Nya, memohon
ampunan kepada-Nya, bertaubat kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari
keburukan diri kami dan kejelekan amal-amal kami. Barang siapa yang diberi
petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang menyesatkannya,. Dan barangsiapa
disesatkan, maka tidak ada pemberi petunjuk kepadanya. Saya bersaksi bahwa
tidak tuhan yang patut disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya dan
saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Melalui kata pengantar ini penulis
lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca.
Dengan
ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah subhanaahu wata’ala. memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.
SEJARAH RENANG INDONESIA
Sejak sebelum kemerdekaan, di negara
kita telah ada beberapa kolom renang yang indah dan baik.
Akan tetapi pada waktu itu, kesempatan bagi orang-orang Indonesia untuk belajar
berenang tidak mungkin. Hal ini disebabkan setiap kolam renang yang dibangun
hanyalah diperuntukkan bagi para bangsawan dan penjajah saja.
Memang waktu itu ada juga kolam
renang yang dibuka bagi masyarakat banyak, akan tetapi harga tiket masuk
sedemikian tingginya, sehinggara para pengunjung tertentu tidak bisa membayar
tiket masuk untuk berenang.
Salah satu dari sekian banyak kolam
renang yang dibangun setelah tahun 1900 adalah kolam renang Cihampelas di
Bandung yang didirikan pada tahun 1904. Sesuai dengan tempat kelahiran kolam
renang Cihampelas, maka awal dari kegiatan olahraga renang di Indonesia dapat
dikatakan mulai dari Bandung.
Pertama-tama berdiri perserikatan
berenang diberi nama Bandungse Zwembond atau Perserikatan Berenang Bandung,
didirikan pada tahun 1917, perserikatan ini membawahi 7 perkumpulan yang
diantaranya adalah perkumpulan renang di lingkungan sekolah seperti halnya
OSVIA, MULO dan KWEEKSCHOOL.
Selain Bandung, Jakarta dan Surabaya
juga mendirikan perkumpulan-perkumpulan berenang dalam tahun yang sama.
Kemudian barulah di tahun 1918 berdiri West Java Zwembond atau Perserikatan
Berenang Jawa barat dan pada tahun 1927 berdiri pula Oost Java Zwembond atau
Perserikatan Berenang Jawa Timur yang beranggotakan kota-kota seperti : Malang,
Surabaya, Pasuruan, Blitar dan Lumajang. Sejak saat itu pula mulai diadakan
pertandingan maupun antar daerah. Bahkan kejuaraan-kejuaraan itu,
rekor-rekornya juga menjadi rekor di negeri Belanda.
Dalam tahun 1934, peloncat indah
masing-masing Haasman dan Van de Groen, berhasil keluar sebagai juara pertama
dan kedua dalam nomor-nomor papan 3 meter dan menara. Pada Far Eastern Games di
Manila, Philipina (kini kegiatan itu berkembang menjadi Asian Games sejak tahun
1951). Kedua peloncat itu juga menjadi utusan Hindi Belanda.
Di tahun 1936, Pet Stam seorang
Hindia Belanda berdasarkan rekornya 0:59.9 untuk 100 meter gaya bebas yang
dicatat di kolam renang Chiampelas Bandung, berhasil dikirim untuk ambil bagian
dalam Olimpiade Berlin atas nama negeri Belanda. Dua orang peloncat indah
masing-masing Haasman di bagian putera dan Kiki Heckle turut pula ambil bagian
dalam Olimpiade Berlin, dimana peloncat putri menduduki urutan ke 8.
Hingga tahun 1940, Nederlands
Indishce Zwembond atau NIZB telah beranggotakan 12.00 perenang. Pada zaman
pendudukan Jepang tahun 1943 - 1945, kesempatan untuk bisa berenang bagi bangsa
Indonesia semakin besar. Oleh karena pemerintahan pendudukan Jepang, membuka
seluruh kolam renang di tanah air untuk masyarakat umum. Periode tahun 1945,
perkembangan olahraga renang di tanah air praktis menurun, karena saat itu
bangsa Indonesia dalam kancah perjuangan melawan penjajah.
Hingga tanggal 20 Maret 1951, dunia
renang Indonesia praktis berada di bawah pimpinan Zwembond Voor Indonesia
(ZBVI) dan kemudian sejak tanggal 21 Maret 1951 lahirlah Persatuan Berenang
Seluruh Indonesia yang kemudian disingkat PBSI. Kongresnya yang pertama di
Jakarta, berhasil mengukuhkan Ketua yang pertama, Prof. dr. Poerwo Soedarmo,
dibantu oleh wakil ketua, sekretaris, bendahara dan komisi teknik.
Sejak saat itu, olahraga renang
Indonesia setahap demi setahap maju dan berkembang serta selanjutnya dalam
tahun 1952, PBSI menjadi anggota resmi dari Federasi Renang Dunia - FINA
(singkatan dari Federation Internationale de Nation). dan International Olympic
Committee (IOC).
Hingga tahun 1952 telah terdaftar
sebanyak 29 perkumpulan, tergabung dalam PBSI. Oleh karena itu kemudian
didirikan top-top organisasi olahraga berenang di tingkat daerah. Perkembangan
olahraga berenang di Indonesia kian hari kian berkembang, hal ini ditandai
dengan penyelenggaraan perlombaan renang hampir setiap tahun di tingkat
nasional. Begitu pula halnya dalam setiap pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional
(PON), cabang olahraga renang menjadi nomor-nomor utama.
Dengan makin berkembangnya prestasi
olahraga renang di Indonesia pada tahun 1952, Indonesia mengirimkan duta-duta
renangnya ke arena Olympiade di Helsinki, kemudian tahun 1953 kembali Indonesia
ambil bagian dalam Youth Festival di Bukarest. Pada tahun 1954 regu polo air
Indonesia dikirim untuk mengikuti Asian Games ke II di Manila, Philipina.
Pada tahun 1954, berlangsung kongres
PBSI ke II, diselenggarakan di Bandung dengna menghasilkan susunan pengurus
yang diketuai oleh D. Seoprajogi, ditambah satu sekretaris, bendahara dan 3
komisi teknik. Kongres PBSI yang ke III diselenggarakan di Cirebon, dimana
dalam kongres ini memilih kembali kepengurusan baru yang ketuanya masih tetap
di jabat D. Soeprajogi, ditambah 3 pengurus lainnya.
Untuk ke IV kalinya PBSI
menyelenggarakan kongres pada tahun 1957 di Makasar (sekarang Ujung Pandang)
Kongres ini menghasilkan beberapa keputusan, diantaranya memilih susunan
kepengurusan yang baru dengan ketua D. Soeprajogi. Kemudian atas permintaan
peserta kongres istilah persatuan dalam singkatan PBSI, diganti menjadi
Perserikatan. Dengan demikian PBSI dalam hal ini menjadi singkatan dari
Perserikatan Berenang Seluruh Indonesia.
Di tahun 1959 diadakan Kejuaraan
Nasional Renang. Kejuaraan ini untuk pertama kalinya mengadakan pemisahan
antara Senior dan Junior di Malang, Jawa Timur. Berlangsung pula kongres PBSI
ke V, dimana pada kongres itu disamping memilih kepengurusan baru yang ketuanya
masih tetap dipercayakan kepada D. Soeprajogi, juga kongres ini merubah nama
Perserikatan Berenang Seluruh Indonesia (PBSI) menjadi Perserikatan Renang
Seluruh Indonesia (PRSI).
Perubahan ini timbul dengan
pertimbangan bahwa terdapatnya dua induk organisasi olahraga yang mempunyai
singkatan sama PBSI. Selain cabang olahraga renang, singkatan ini juga
digunakan oleh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. Pada Kongres di Malang
Jawa Timur Ketua PRSI, D. Soeprajogi di dampingi oleh 2 wakil ketua, dua
sekretaris, bendahara, pembantu umum ditambah komisi teknik dengan 2 orang
anggota.
Kemajuan olahraga renang secara
keseluruhan berkembang kian pesat dan dalam tahun 1962, berhasil menampilkan
nama-nama besar seperti Achmad Dimyati, Mohamad Sukri di bagian putera, sementara
Iris, Tobing, Lie Lan Hoa, Eny Nuraeni serta banyak lagi di bagian puteri.
Dalam tahun 1963 di Jakarta, kembali PRSI menyelenggarakan kongres dan berhasil
menyusun kepengurusan baru dengan ketua umum D. Soeprajogi.
Selanjutnya di dampingi 3 orang ketua,
2 orang renang, loncat indah dan polo air. Keputusan lain yang diperoleh dalam
kongres PRSI ke VI itu adalah merubah kembali istilah "Persatuan".
Hingga sekarang PRSI merupakan singkatan dari Persatuan Renang Seluruh
Indonesia. Meskipun dalam falsafahnya bahwa olahraga itu tidak bisa dikaitkan
dengan politik. Namun dalam kenyatannya perkembangan politik di dalam negeri
pada waktu itu membawa pengaruh besar terhadap perkembangan olahraga.
Pada tahun 1963 Indonesia harus
mengundurkan diri dari pesta olahraga GANEFO, dimana pesertanya ada beberapa
negara yang memang belum menjadi anggota FINA. Untuk menghindarkan kemungkinan
adanya skorsing, Indonesia dalam hal ini PRSI mengambil langkah pengunduran
diri sebagai anggota FINA. Pada tahun 1966, Indonesia kembali menjadi anggota
FINA. Pada tahun itu Indonesia mengambil bagian dalam Asian Games ke V di
Bangkok.
Musyawarah PRSI ke VII berlangsung
kembali di Jakarta pada tanggal 24 - 27 April 1968. Salah satu keputusannya
mengukuhkan kepengurusan baru PRSI dengan ketua umum tetap dipercayakan kepada
D. Soeprayogi, di tambah dengan 2 orang ketua, 2 sekretaris, bendahara dan
panitia teknik yang terdiri atas 3 orang masing-masing untuk renang, loncat
indah dan polo air.
Terimah Kasih atas
kunjungan Ta' semoga artikel ini bermamfaat... @Wassalam
2 Responses to "Kumpulan Makalah Olahraga: Makalah Sejarah Olahraga Renang Indonesia"
assalamualaikum. mas saya boleh minta file pdf.nya apa tidak.? untuk referensi skripsi saya. kalau boleh kirim via email. barusan saya sudah ngemail anda. terimakasih
Alaikum mussalam... iye boleh mas. kita kirimkan saja alamat email ta?
Post a Comment