Bagaimana Cara Memilih Pemimpin Dalam Islam
Bagaimana kriteria pemimpin yang
baik menurut islam?. Sebentar lagi kan pemilu, biar kita gak salah pilih.
Trim’s
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma
ba’du,
Terdapat keterangan yang bagus yang
dijelaskan Syaikhul Islam dalam karyanya as-Siyasah as-Syar’iyah tentang
kriteria pemimpin yang baik. Beliau menjelaskan,
وينبغي أن يعرف الأصلح في كل منصب فإن
الولاية لها ركنان : القوة والأمانة
”Selayaknya untuk diketahui siapakah orang yang paling
layak untuk posisi setiap jabatan. Karena kepemimpinan yang ideal, itu
memilikidua sifat dasar: kuat (mampu) dan amanah.”
Kemudian beliau menyitir beberapa
firman Allah,
إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ
الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
“Sesungguhnya manusia terbaik yang anda tunjuk untuk
bekerja adalah orang yang kuat dan amanah.” (QS. Al-Qashas: 26).
Dalil lainnya, pujian yang diberikan
oleh penguasa Mesir kepada Nabi Yusuf,
إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ
أَمِينٌ
“Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang
berkedudukan tinggi (kuat secara posisi) lagi dipercayai pada sisi kami”. (QS. Yusuf:
54).
Demikian pula karakter Jibril yang
Allah amanahi menyampaikan wahyu kepada para rasul-Nya, karakter Jibril yang
Allah puji dalam al-Quran,
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ( )
ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ ( ) مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ
Sesungguhnya Al Qur’aan itu benar-benar firman (Allah
yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), ( ) yang mempunyai kekuatan, yang
mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, ( ) yang ditaati
di sana (di alam malaikat) lagi amanah. (QS.
At-Takwir: 19 – 21).
Demikianlah kriteria pemimpin ideal
yang Allah sebutkan dalam al-Quran. Kuat dalam arti mampu secara profesional
dan amanah. Kemudian,
Syaikhul Islam menjelaskan batasan kuat (mampu) dan batasan amanah,
والقوة في كل ولاية بحسبها فالقوة في
إمارة الحرب ترجع إلى شجاعة القلب وإلى الخبرة بالحروب والمخادعة فيها فإن الحرب
خدعة وإلى القدرة على أنواع القتال… والقوة في الحكم بين الناس ترجع إلى العلم
بالعدل الذي دل عليه الكتاب والسنة وإلى القدرة على تنفيذ الأحكام
Sifat ‘kuat’ (profesional) untuk setiap pemimpin,
tergantung dari medannya. Kuat dalam memimpin perang kembali kepada keberanian
jiwa dan kelihaian dalam berperang dan mengatur strategi. Karena inti perang
adalah strategi. Demikian pula kembali kepada kemampuan dalam menggunakan
senjata perang…
Sementara kuat dalam menetapkan
hukum di tengah masyarakat kembali kepada tingkat keilmuannya memahami keadaan
yang diajarkan al-Quran dan sunah, sekaligus kemampuan untuk menerapkan hukum
itu. Selanjutnya, beliau menjelaskan
kriteria amanah
والأمانة ترجع إلى خشية الله، وألا
يشتري بآياته ثمنا قليلا، وترك خشية الناس؛ وهذه الخصال الثلاث التي أخذها الله
على كل من حكم على الناس
Sifat amanah, itu kembali kepada kesungguhan orang
untuk takut kepada Allah, tidak memperjual belikan ayat Allah untuk kepentingan
dunia, dan tidak takut dengan ancaman manusia. Tiga kriteria inilah yang Allah
jadikan standar bagi setiap orang yang menjadi penentu hukum bagi masyarakat.
Kemudian beliau mengutip firman
Allah,
فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ
وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ
اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia,
(tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan
harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS.
Al-Maidah: 44)
Mampu (Profesional) dan Amanah, Mana Prioritas?
Anda semua tentu menyadari, untuk
mendapatkan pemimpin yang memiliki dua kriteria ini sekaligus, sangat sulit
untuk ditemukan. Hingga Syaikhul Islam di halaman lain dalam buku itu
menyatakan,
اجتماع القوة والأمانة في الناس قليل،
ولهذا كان عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- يقول: اللهم أشكو إليك جلد الفاجر، وعجز
الثقة
Kemampuan dan amanah jarang bersatu pada diri
seseorang. Karena itu, Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu pernah mengadu kepada
Allah, ”Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu: orang fasik yang kuat (mampu) dan
orang amanah yang lemah.”
Di sinilah Syaikhul Islam
menyarankan untuk menerapkan skala prioritas. Mana karakter yang lebih
dibutuhkan masyarakat, itulah yang dikedepankan.
Dalam posisi tertentu, sifat amanah lebih
dikedepankan. Namun di posisi lain, sifat mampu dan profesional lebih
dikedepankan.
Syaikhul Islam membawakan riwayat
dari Imam Ahmad, ketika beliau ditanya,
’Jika ada dua calon pemimpin untuk memimpin perang,
yang satu profesional tapi fasik, dan yang satu soleh tapi lemah. Mana yang
lebih layak dipilih?’
Jawab Imam Ahmad,
أما الفاجر القوي، فقوته للمسلمين،
وفجوره على نفسه؛ وأما الصالح الضعيف فصلاحه لنفسه وضعفه على المسلمين. فيغزي مع
القوي الفاجر
Orang fasik yang profesional, maka kemampuannya
menguntungkan kaum muslimin. Sementara sifat fasiknya merugikan dirinya
sendiri. Sedangkan orang soleh yang tidak profesional, maka kesolehannya hanya
untuk dirinya, sementara ketidak mampuannya merugikan kaum muslimin. Dipilih
perang bersama pemimpin yang profesional meskipun fasik.
Sebaliknya, jika dalam posisi
jabatan itu lebih membutuhkan sifat amanah, maka didahulukan yang lebih amanah,
sekalipun kurang profesional. Syaikhul Islam menyebutkan,
وإذا كانت الحاجة في الولاية إلى
الأمانة أشد، قدم الأمين؛ مثل حفظ الأموال ونحوها
Jika dalam kepemimpinan itu lebih membutuhkan sifat
amanah, maka didahulukan yang memiliki sifat amanah, seperti bendahara atau
semacamnya.
Kemudian, beliau memberikan
kesimpulan dalam menentukan pemimpin,
قدم أنفعهما لتلك الولاية وأقلهما
ضررا فيها
Diutamakan yang lebih menguntungkan untuk jabatan itu,
dan yang lebih sedikit dampak buruknya.
Nasehat
Pemilu
Anda yang akan menyalurkan hak
pilihnya, saat ini kita lebih membutuhkan amanah dan profesional. Ingatlah
bahwa hak pilih kita termasuk amanah, dan persaksian di hadapan Allah. Yang
semua itu nantinya akan kita pertanggung jawabkan di hadapan-Nya. Jangan
digunakan sembarangan dan jangan mengedepankan hawa nafsu. Allah mengingatkan
kita,
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ
إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Takutlah kalian terhadap hari yang pada waktu itu kamu
semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan
yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun
tidak didzalimi. (QS. Al-Baqarah: 281).
Semoga Bermamfaat, Shukran
Jazakallah Khairan@
0 Response to "Bagaimana Cara Memilih Pemimpin Dalam Islam"
Post a Comment