Biografi Singkat Para Sahabat Rasulullah: Khalid bin Sa'id bin Ash radhiallahu anhu.
Khalid
bin Sa'id bin Ash dilahirkan di sebuah keluarga kaya dan mewah, dan termasuk
kepala-kepala suku dari seorang warga Quraisy yang terkemuka dan memegang
pimpinan. Khalid adalah seorang pemuda yang bersikap tenang, pendiam tak
banyak bicara. Tapi yang sebenarnya, pada
batinnya dan dalam lubuk hatinya, bergelora dengan hebatnya gerakan dan
kegembiraan. Suatu hari, Khalid yang sudah bangun itu masih
berada di tempat tidurnya, baru saja mengalami suatu mimpi yang sangat dahsyat. Bahwa ia berdiri di bibir nyala api yang besar, sedang ayahnya
dari belakang akan mendorongnya dengan kedua tangannya ke arah api itu dan
bermaksud hendak melemparkannya ke dalamnya.
Kemudian
dilihatnya Rasulullah datang ke arahnya, lalu menariknya dari belakang dengan
tangan kanannya yang penuh berkah hingga tersingkirlah ia dari bahaya jilatan
api. Ia tersadar dari mimpinya dengan memperoleh bekal langkah
perjuangan menghadapi masa depannya. Ia segera pergi ke rumah Abu
Bakar lalu menceritakan mimpinya itu. Dan mimpi seperti itu
sebetulnya tidak membutuhkan ta'bir lagi. Kata Abu Bakar kepadanya, "Sesungguhnya
tak ada yang kuinginkan untukmu selain dari kebaikan. Nah, dialah Rasulullah
SAW. Ikutilah dia !, karena sesungguhnya Islam akan menghindarkanmu dari api
neraka!"
Khalid
pun pergilah menemui Rasulullah SAW, lalu menumpahkan isi hatinya, dan
menanyakan tentang dakwahnya. Kata Nabi, "Hendaklah
engkau beriman kepada Allah yang Maha Esa semata, jangan mempersekutukan-Nya
dengan suatu apa pun. Dan engkau beriman kepada Muhammad, hamba-Nya dan
Rasul-Nya. Dan engkau tinggalkan penyembahan berhala yang tidak dapat mendengar
dan tidak dapat melihat, tidak memberi mudharat dan tidak pula manfaat. "
Khalid
lalu mengulurkan tangannya yang disambut oleh tangan kanan Rasulullah dengan
penuh kemesraan, dan Khalid pun berucap, "Aku bersaksi bahwa tak ada
Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad Rasul Allah."
Pada
waktu Khalid masuk Islam, belum ada orang yang mendahuluinya kecuali empat atau
lima orang, sampai dengan demikian ia termasuk dalam lima orang angkatan
pertama pemeluk Islam. Dan setelah diketahui yang
menjadi pelopor dari agama ini adalah salah seorang di antaranya putra Sa'id
bin Ash, maka untuk Sa'id, peristiwa itu akan menyebabkannya menjadi
bulan-bulanan penghinaan dan ejekan bangsa Quraisy dan akan menggoncangkan posisinya sebagai pemimpin.
Oleh
karena itu dipanggilnyalah anaknya, Khalid, lalu bertanya, "Benarkah
kamu telah mengikuti Muhammad dan membiarkannya mencaci tuhan-tuhan kita?" Jawab Khalid, "Demi Allah, sungguh ia seorang yang
benar dan sesungguhnya aku telah beriman kepadanya dan mengikutinya." Ketika itulah pukulan ayahnya secara bertubi-tubi menimpa dirinya,
yang kemudian mengurungnya dalam kamar gelap di rumahnya, lalu membiarkannya
terpenjara menderita lapar dan dahaga.
Namun
Khalid berseru kepadanya dengan suara keras dari balik pintu yang terkunci, "Demi
Allah, sesungguhnya ia benar dan aku beriman kepadanya!" Jelaslah sekarang untuk Sa'id, bahwa siksa yang ditimpakan kepada
anaknya itu belum lagi cukup dan memadai. Oleh sebab itu, dibawanya anak
itu ke tengah panas teriknya kota Makkah, lalu ia menginjak-injaknya di atas
batu-batu yang panas menyengat. Sa'id memperlakukan putranya
sedemikian rupa selama tiga hari penuh, tanpa perlindungan dan keteduhan, tanpa
setetes air pun yang membasahi bibirnya.
Akhirnya
sang ayah putus asa lalu kembali pulang ke rumahnya. Tapi di sana ia terus berusaha menyadarkan anaknya itu dengan
berbagai cara, baik dengan membujuk atau mengancamnya. Tetapi Khalid mematuhi kebenaran, "Aku tak ingin
meninggalkan Islam karena suatu apa pun, aku akan hidup dan mati
bersamanya!" katanya pada sang ayah. Maka berteriaklah Sa'id, "Kalau begitu enyahlah engkau
pergi dari sini, anak keparat. Demi Lata, kau tak bisa makan di sini!" "Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki," jawab Khalid.
Kemudian
ditinggalkannya rumah yang penuh dengan kemewahan dan kesenangan itu. Demikianlah Khalid melalui bermacam derita dengan pengorbanan dan mengatasi
segala rintangan demi keimanan. Dan sewaktu Rasulullah SAW
memerintahkan para sahabatnya hijrah yang kedua ke Habasyah, maka Khalid
termasuk salah seorang anggota rombongan. Ia berdiam di sana beberapa
lamanya, kemudian kembali bersama teman-temannya ke kampung halaman mereka di
tahun yang ke-7 kenabian.
Mereka
dapatkan kaum Muslimin telah membebaskan Khaibar. Khalid kemudian bermukim di
Madinah, di tengah-tengah masyarakat Islam yang baru. Di mana ia termasuk salah seorang angkatan lima pertama yang
menyaksikan kelahiran Islam, dan ikut membangun bangunannya. Sejak itu Khalid selalu beserta Nabi dalam barisan pertama pada
setiap peperangan atau pertempuran. Dan karena kepeloporannya dalam
Islam ini dan keteguhan hatinya dan kesetiaannya, jadilah ia fokus peliharaan
dan penghormatan.
Sebelum
wafatnya, Rasulullah mengangkat Khalid menjadi gubernur di Yaman. Sewaktu sampai kepadanya berita pengangkatan Abu Bakar menjadi
khalifah dan pengukuhannya, ia lalu meninggalkan jabatannya datang ke Madinah. Ia kenal benar kelebihan Abu Bakar yang tak tertandingi oleh siapa
pun. Tetapi ia berpendirian bahwa di antara kaum Muslimin yang lebih
berhak dengan jabatan khalifah itu adalah salah seorang dari keturunan Hasyim,
misalnya Abbas atau Ali bin Abi Thalib.
Pendiriannya
ini dipegangnya teguh, sampai ia tidak berbaiat kepada Abu Bakar. Namun Abu Bakar tetap mencintai dan menghargainya, tidak
memaksanya untuk mengangkat baiat dan tidak pula membencinya. Setiap disebut namanya di kalangan Muslimin, khalifah besar itu
tetap menghargai dan memujinya, suatu hal yang memang menjadi hak dan miliknya. Belakangan pendirian Khalid bin Sa'id ini berubah.
Tiba-tiba
di suatu hari ia menerobos dan melewati barisan-barisan di masjid, menuju Abu
Bakar yang sedang berada di atas mimbar, maka ia pun membaiatnya dengan tulus
dan hati yang teguh. Abu Bakar memberangkatkan
pasukannya ke Syria (Suriah), dan menyerahkan salah satu panji perang kepada
Khalid bin Sa'id, sampai dengan demikian berarti ia menjadi salah seorang
kepala pasukan tentara. Tetapi sebelum tentara itu
bergerak meninggalkan Madinah, namun Umar menentang pengangkatan Khalid bin
Sa'id, dan dengan gigih mendesakkan usulnya kepada khalifah, sampai akhirnya
Abu Bakar merubah keputusannya dalam pengangkatan ini. Abu Bakar Ash-Shiddiq meringankan langkah ke rumah Khalid meminta
maaf padanya dan menjelaskan pendiriannya yang baru.
Abu
Bakar menanyakan Sa'id ke kepala dan pemimpin pasukan mana ia akan bergabung,
apakah kepada Amar bin Ash anak pamannya, atau kepada Syurahbil bin Hasanah? Maka Khalid memberikan jawaban yang menunjukkan kebesaran jiwa dan
ketakwaannya. "Anak pamanku lebih
kusukai karena ia kerabatku, tetapi Syurahbil lebih kucintai karena
Agamanya."
Kemudian
ia memilih sebagai prajurit biasa dalam kesatuan Syurahbil bin Hasanah. Di medan pertempuran Marjus Shufar di daerah Suriah, yang
terjadi dengan dahsyatnya antara Muslimin dengan orang-orang Romawi, ada
seorang syahid yang mulia. Ketika kaum Muslimin mencari-cari
para syuhada sebagai korban pertempuran, mereka menemukan jasad Khalid dalam
kondisi tenang, diam, dengan seulas senyum tipis.
Sumber: Buku
Sahabat-Sahabat Rasulullah Sallallahu alai’hi wasallam
Penerbit: Pustaka
Ibnu Katsir
0 Response to "Biografi Singkat Para Sahabat Rasulullah: Khalid bin Sa'id bin Ash radhiallahu anhu."
Post a Comment